AMBON (voa-islam.com) – Insiden pembunuhan tukang ojek Darfin Saiman di wilayah Kristen desa Gunung Nona Ambon sudah berlalu tiga bulan lalu. Di mana polisi mengamuflase kasus pembunuhan sebagai kecelakaan tunggal, meski di sekujur jenazah Darfin ditemukan luka lebam, bekas tusukan benda tajam di punggung dan pelipis, dan seluruh bajunya yang terdiri dari tiga lapis berubah menjadi merah darah. Kebohongan publik ini harus dibayar mahal dengan kerusuhan berdarah 9/11 yang memakan korban jiwa dan harta benda yang tidak sedikit sebagai akibat ketidakpuasan masyarakat muslim atas kinerja polisi yang ngawur.
Kasus Darfin Saiman terulang lagi. Seolah tak kapok dengan tragedi 9/11, peristiwa serupa terjadi tadi kemarin, Sabtu (10/12/2011) dinihari.
Pukul 04.00 WIT, seorang pemuda Muslim bernama Udin yang beralamat di desa Batumerah Kepala Air (perkampungan muslim) keluar rumahnya dengan mengendarai sepeda motor untuk suatu keperluan. Selang satu jam kemudian petugas dari kepolisian datang kerumah keluarga Udin dan mengabarkan bahwa Udin mengalami kecelakaan lalulintas dan dirawat di RST (Rumah Sakit Tentara).
Untuk memastikan kabar tersebut, keluarga Udin mendatangi tempat kejadian di jalan Tulukabesy, tepatnya di depan swalayan Citra di dekat tempat penjualan bensin (wilayah Kristen). Di tempat kejadian masyarakat yang mayoritas Kristen menerangkan bahwa Korban Udin mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk dan menabrak pembatas jalan. Anehnya, pada sepeda motor korban tidak nampak adanya bekas menabrak benda keras.
Curiga dengan keterangan saksi mata di tempat kejadian maka keluarga korban melihat keadaan korban yang sedang terbaring lemas di RST. Pada tubuh korban ditemukan adanya luka sayatan di bagian paha dan luka tersebut juga berlubang. Luka yang tidak wajar untuk sebuah kecelakaan lalu lintas yang hanya menabrak pembatas jalan.
Mendapat tanda-tanda keganjilan tersebut, keluarga Udin melaporkan kejadian tersebut kepada Polisi. Berdasarkan keterangan keluarga korban mereka mengatakan bahwa laporan mereka tidak ditanggapi secara serius oleh pihak Kepolisian. Belum didapat informasi lebih lanjut upaya apa yang akan ditempuh oleh keluarga korban untuk menuntut keadilan karena merasa keluarganya menjadi korban penganiayaan.
Kepada voa-islam.com, keponakan Udin yang tidak mau ditulis namanya pada pukul 21.18 WIT, Udin tidak jatuh dari motor tetapi dikeroyok oleh massa Kristen yang ada di tempat kejadian. Korban juga mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak mabuk seperti yang dikatakan oleh polisi kepada keluarga korban.
Kita tunggu apa yang akan dilakukan oleh polisi, apakah akan tetap dengan rekayasanya seperti biasa atau ada rencana lain? Kita tunggu saja.
Profesionalisme dan kejujuran polisi untuk mengungkap kasus tersebut secara transparan mungkin bisa mencegah agar peristiwa 11 September 2011 tidak terulang. Tidak cukupkah pelajaran dari tragedi 11/9 yang menewaskan beberapa warga Muslim, menghanguskan masjid dan ratusan rumah Muslim? Tragedi kebiadaban salibis ini bermula dari kebohongan publik yang dilakukan polisi dan Pemkot Ambon dengan merekayasa kasus pembunuhan terhadap Darfin Saiman sebagai peristiwa kecelakaan lalu lintas tunggal! [af]