AMBON (voa-islam.com) – Penyerangan kaum salibis terhadap permukiman muslim di Air Mata Cina kecamatan Nusaniwe Ambon meninggalkan luka dan kepedihan yang mendalam. Tanpa diperkirakan sebelumnya oleh warga muslim Air Mata Cina bahwa warga Kristen yang bermukim di Lorong Kolonel yang letaknya hanya dipisahkan oleh sungai selebar kurang lebih enam meter tersebut akan dengan beringas menyerang perkampungan mereka. Penyerangan yang tanpa terduga tersebut terjadi pada Selasa 13 desember 2011 pukul 01.00 WIT dinihari.
Warga muslim yang tengah tertidur lelap tiba-tiba dikejutkan dengan serangan mendadak dari para perusuh Kristen yang menggunakan batu, petasan, bom molotov dan bom rakitan. Bahkan menurut keterangan Ibu Fatimah, nama disamarkan, para penyerang mempergunakan senjata api dan bom dengan daya ledak tinggi.
Ibu Fatimah yang rumahnya habis dibakar perusuh salibis menyayangkan kinerja aparat yang lemah, sehingga senjata api dan bom bisa leluasa masuk ke wilayah Kristen. "Kenapa bom dan senjata api bisa masuk ke perkampungan Kristen tanpa diketahui aparat keamanan?" ujarnya dengan penuh emosi bersimbah air mata.
Ibu Fatimah juga kecewa dengan lambatnya aparat keamanan datang ke tempat kejadian. “Jika saja aparat keamanan cepat dan sigap bertindak mungkin kerusuhan yang lebih besar bisa dicegah,” sesalnya.
Beberapa warga Air Mata Cina mengungkap kesedihannya kepada voa-islam.com tanpa bisa menahan tangis. Rumah mereka hangus terbakar, keluarga mereka terluka, harta mereka ludes dijarah para perusuh salibis dan hanya baju yang melekat di badan. Bantuan dari pemerintah pun ketika itu belum ada sama sekali yang ada adalah bantuan beras swadaya dari warga muslim Ambon. Bahkan ketika jam 10.00 WIT ada sebagian dari pengungsi yang mengaku belum makan.
Kesedihan yang tak kalah memilukan dialami seorang pria berumur 70 tahun yang menjadi korban kebiadaban perusuh Kristen. Pengungsi di masjid Air Mata Cina larut dalam kepiluan yang mendalam, karena tak hanya rumah tinggalnya yang dibakar perusuh Kristen. Lima rumah kos miliknya yang selama ini jadi tumpuan nafkah juga ludes dibakar perusuh Kristen.
Beserta istri dan penghuni rumah kostnya yang sebagian besar mahasisiwi, kini hidup sebagai pengungsi bersama puluhan kepala keluarga yang lain di masjid Air Mata Cina yang tergolong kecil untuk ukuran masjid.
Kepada voa-islam.com, bapak yang sudah uzur ini mengungkapkan harapannya, agar polisi segera menangkap para pelaku penyerangan secepatnya beserta para provokatornya. Dan jika aparat keamanan tidak bisa menangkap para pelaku mereka meminta agar aparat keamanan menangkap ketua RT di Lorong Kolonel, sebab ia mengetahui dan melakukan pembiaran terhadap warganya yang melakukan penyerangan ke permukiman muslim Air Mata Cina. Mereka juga meminta pemerintah agar segera memberikan bantuan kepada para pengungsi berupa bahan makanan, pakaian dan membangun kembali rumah warga muslim yang telah habis dibakar oleh para perusuh Kristen. Warga juga menuntut agar aparat keamanan bertindak tegas dan cepat terhadap para perusuh tanpa menunggu kerusuhan menjadi besar dan memakan banyak korban.
Semoga harapan warga muslim Air Mata Cina direspon oleh pemerintah, aparat keamanan dan kaum Muslimin. Sampai kapan kaum Muslimin banjir air mata di kampung Air Mata Cina? [Af]