AMBON (voa-islam.com) – Menyikapi insiden penyerangan kampung muslim di Air Mata Cina Ambon oleh perusuh Kristen yang memakai bom dan molotov pada Selasa (13/12/2011) dinihari, umat Islam Ambon merilis tiga pernyataan sikap di belakang Masjid Air Mata Cina yang berjarak sekitar 15 meter dari lokasi rumah-rumah warga yang dibakar salibis. Kaum muslimin melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ambon yang diwakili oleh La Suryadi menyampaikan tiga pernyataan sikap di antaranya sebagai berikut:
1. Meminta aparat keamanan agar dalam waktu 2x24 jam segera menangkap para pelaku penyerangan beserta para penggerak massanya. Jika dalam waktu tersebut aparat keamanan tidak bisa menangkap maka akan ada aksi dari ormas-ormas Islam dalam jumlah yang lebih besar.
2. Meminta kepada pemerintah agar segera memberikan bantuan kepada para pengungsi dan membangun kembali rumah milik warga muslim Air Mata Cina yang telah musnah dibakar oleh para perusuh salibis.
3. Meminta kepada Kapolda Maluku beserta jajaranya dan Pangdam Pattimura beserta jajarannya agar memperhatikan peristiwa tersebut dan mengambil tindakan tegas kepada para pelaku penyerangan.
Dalam orasinya, La Suryadi juga menegaskan bahwa kaum muslimin Ambon sudah terlalu toleran agar kondisi Ambon tetap aman. “Umat Islam Ambon sudah cukup toleran dan menjaga kondisi agar tetap aman supaya pada tanggal 25 desember nanti umat Kristen bisa dengan tenang merayakan Natal. Namun jika kaum Nasrani melakukan tindakan penyerangan seperti kejadian tadi pagi maka kaum muslimin tidak akan tinggal diam dan akan melakukan perlawanan,” ujarnya penuh semangat disambut pekikan takbir oleh seluruh warga yang menghadiri acara yang dikawal ketat oleh aparat TNI dan Polri tersebut.
Mudah-mudahan pernyataan sikap dari kaum muslimin tersebut tidak dianggap angin lalu oleh pemerintah, Kapolda Maluku dan Pangdam Pattimura.
Namun siapakah yang bisa menjamin bahwa ini adalah insiden berdarah yang dilakukan perusuh Kristen di Air Mata Cina ini adalah penyerangan yang terakhir terhadap permukiman Muslim? Karena tragedi berdarah ini menyusul penyerangan sebelumnya di kampung Waringin pada 11 September 2011 dan penyerangan di Jalan Baru Ambon pada 20 Oktober 2011 yang sampai saat ini pelaku dan provokatornya masih bebas berkeliaran. [af]