BEKASI (voa-islam.com) - Perjuangan umat Islam di Perumahan Harapan Indah Bekasi untuk mempertahankan sepetak lahan parkir masjid Al Furqon yang diserobot pengembang untuk dibangun pusat pertokoan terus berlanjut. Padahal empat tahun berjalan sejak 2008 kisruh lahan parkir seluas seribu meter milik masjid AL Furqon yang menurut ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) sudah ditukar guling, tapi pihak pengembang PT. HDP (Hasanah Damai Putra) tetap ngotot bahwa lahan itu masih miliknya dan sampai hari ini belum mendapatkan solusi.
Menurut Imam masjid Al Furqon Ustadz Lukmanul Hakim, masalah ini bukan masalah bisnis semata tapi masalah syi’ar Islam yang terus dihalangi. Padahal Al Furqon cuma satu-satunya masjid berbanding empat puluh satu gereja di Kota Harapan Indah Bekasi seluas lebih dari 2000 Hektar.
“Ini bukan masalah bisnis, tapi ini masalah syi'ar Islam, kenapa? Karena ini satu-satunya masjid yang sentral yang berada di pinggir jalan yaitu masjid Al Furqon. Di sini banyak kemaksiatan, selain itu di sini (Perumahan Harapan Indah, red) ada lebih dari empat puluh satu titik gereja baik legal maupun ilegal kita tidak mengusik-usik, tapi kenapa kok ini masjid satu-satunya justru dipermasalahkan? Ini pun swadaya masyarakat.” Ungkapnya kepada voa-islam.com, Jum’at (9/12) sore di teras Masjid Jami’ Al Furqon.
Ironisnya berbeda dengan pembangunan gereja yang tumbuh subur tanpa hambatan, menurut Ustadz Lukman pihak pengembang PT. Hasanah Damai Putra (HDP) selalu mempermasalahkan umat Islam yang hendak mendirikan rumah ibadah meskipun itu adalah mushalla-mushalla kecil.
“Jadi yang di pinggir jalan masjid cuma ini saja, di dalam memang ada mushalla-mushalla kecil tapi setiap membangun mushalla itu selalu ribut dulu, selalu rusuh dulu, maka saya katakan ini (PT. HDP) manajemen rusuh. Kenapa demikian? Karena memang kalau mau bikin mushalla ribut dulu; mau mendirikan mushalla Baitul Husna ribut dulu, mushalla Al Alif juga ribut dulu, rusuh dulu baru mereka sadar. Padahal mereka bukan mau bikin masjid tapi mushalla kecil-kecilan tapi ribut dulu, kalau tidak ribut dulu tidak selesai, itulah PT. HDP.” Jelasnya.
Ia juga mengeluhkan berlarut-larutnya permasalahan sengketa halaman parkir masjid Jami’ Al Furqon yang sampai saat ini belum mendapatkan titik temu.
“Kalau bicara Al Furqon, masjid ini paling lama sudah empat tahun, coba bayangkan! sebenarnya sudah lelah saya. Kenapa mereka selalu mau menutup syi’ar ini? Umat Islam baru mau berkembang sedikit di sini dijatuhkan, kemudian ditutup syi’arnya.” Keluhnya.
Imam masjid Al Furqon ini pun menyatakan bahwa pihak DKM sebenarnya siap untuk membayar tanah seluas seribu meter yang menjadi lahan parkir masjid namun sayangnya pihak PT. HDP tetap tidak mau.
“Kalau bicara bisnis, dua ribu hektar lebih dikelola PT. HDP itu, halaman parkir itu tidak ada apa-apanya, cuma seribu meter. Padahal kalau diungkit lagi pun kita siap bayarin tapi mereka tidak mau dan berkali-kali kita ingin bertemu dengan owner PT. HDP selalu tidak bisa” tutupnya. (Ahmed Widad)