View Full Version
Jum'at, 16 Dec 2011

Satukan Tekad & Langkah: Media Islam Bersatu, Tak Bisa Dikalahkan

Jakarta (Voa-Islam) – Saat ini, bisnis media dunia dikuasai oleh 4 perusahaan besar, yakni Walt Disney, News Corp (milik Rupert Murdoch) Times Warner Corp dan Viacom. Ini tidak baik bagi perkembangan dunia jurnalistik. Tujuan awal jurnalisme untuk kemaslahatan umat, pelan tapi pasti, berbelok arah mengejar keuntungan, menyebarkan beberapa paham, propaganda model, mediatisasi dan lain sebagainya," terang Dr. Zafarul Islam Khan, Ahli Media asal India.

Khan menambahkan, kejayaan jurnalisme Barat terjadi, sejak Soviet runtuh. "Yang menyakitkan, Jurnalis Barat menyebarkan pandangan bahwa, setiap muslim adalah teroris dan Islam mengajarkan terorisme. Kejadian di Vietnam, Iraq, Pakistan dan kini Iran, adalah contoh riil korban penyesatan jurnalisme barat. Dan, jika ini dibiarkan, maka, Islam, mau melakukan apa saja, tetap salah di pandangan dunia, jika media-media barat masih melakukan subyektivitas di atas obyektivitas seperti yang sekarang mereka lakukan.

Muhammad Ali Harrath, pimpinan eksekutif Islam Channel, London mengemukakan media sangat kuat untuk mengontrol kita. Untuk itu kita harus memainkan peran dan menanggapi tantangan yang ada di hadapan kita. "Media yang ada sekarang mendeskriditkan muslim. Kita harus memiliki media yang bisa mengimbanginya," tandasnya.

Saat adanya konflik antara dunia Islam dan non Islam akibat penebitan kartun di Denmark, maka diperlukan dialog untuk mencoba menjembatani kesalahpahaman dan salah persepsi Barat dengan dunia Islam.

"TV yang saya kelola berhasil memproduksi acara yang mendapatkan profit cukup lumayan. Media TV ini berkontenkan acara Islami. Sekarang kita harus percaya bisa melakukan sesuatu yang besar. Kita ini adalah umat terbaik yang disebutkan di dalam Alquran," kata Ali Harrath seraya mengusulkan agar forum ini membentuk sekolah media muslim dan pusat latihan untuk jurnalis muslim.

Hal senada juga diungkapkan Dr.Abdurrahman al-Shobaily, mantan anggota Ashura Council Saudi Arabia, masyarakat kita masih hidup di bawah bayangan produksi media asing. Selama ini umat Islam hanya sebagai penikmat, namun tidak sebagai orang yang memproduksi," ungkapnya. Memang sudah saatnya, media Islam menjadi pemain dan penentu kebijakan dan issu dunia. Dunia sudah resah dan bosan dengan propaganda barat yang bermuka dua dan subyektif.

Peran Media Baru

Ada yang menarik dari pernyataan Dr. Saud Kateb dari Media King Abdul Aziz Univeristy dalam Konferensi Internasional Media Isla ke-2 di Hotel Sultan, Jakarta. Kateb mengatakan media baru bisa jadi seperti "setan" dan bisa juga seperti "malaikat".

Prof Dr Azmuddin Ibrahim, Guru Besar Fakultas Komunikasi Universitas Selangor Malaysia mengungkapkan, media baru adalah perubahan dari analog kepada teknologi. Namun media baru memberi pengaruh yang luar biasa bagi masyarakat khususnya generasi muda. "Jutaan anak-anak menjadi pengemar setia televisi, video games dan internet. Masalahnya pada media ini juga menayangkan adegan porno dan kekerasan," ucapnya prihatin.

Menurut Ibrahim, adegan kekerasan telah menjadi konsumsi sehari-hari anak-anak saat ini. "Di Amerika anak-anak sampai usia 18 tahun rata-rata melihat tayangan kekerasan sebanyak 200 ribu adegan dan 16 ribu adegan pembunuhan," ungkap Ibrahim.

Dr. Sayed Arabi Idid dari Former Rector of Islamic University in Malaysia menjelaskan, peran media begitu luar biasa. Bahkan, satu SMS saja, bisa berefek dahsyat, seperti jatuhnya pemerintahan Tunisia, yang karena didukung media, mampu berefek pada lengsernya Mubarak, Gaddafy dan lain sebagainya. New Media, kini berkenaan dengan audience yang sebenarnya. Nah, di sinilah, perlunya dunia Islam untuk menginvensi new media-sarana baru, sehingga ke depan, kita bisa mengkontrol kontent dari media yang ada.

Idid menambahi model new media yang kini menjamur seperti facebook, twitter dan lain sebagainya, bisa dimanfaatkan oleh umat islam untuk bergerak lebih maju dan bahkan lebih bisa memahamkan dunia tentang agama islam dan berbagai hal yang menyangkutnya seperti al-Qur`an, hadits, sejarah peradaban Islam dan lain sebagainya. Selain juga, negara-negara muslim harus segera berbenah untuk lebih memahami dan mampu hidup dengan teknologi, informasi dan komunikasi.

Hal senada dikemukakan pakar media Prof Dr Alwi Dahlan, media memberi dampak yang luar biasa bagi perubahan sosial dan politik. Kasus di Philipina pada tahun 2001 yang dikenal dengan sebutan "Revolusi SMS", membuat 700 ribu demonstran turun ke jalan memenuhi kota Manila, dan berakhir sukses sehingga Presiden Joseph Estrada mengundurkan diri.

Saatnya Media Islam Bersatu

Selesai sudah Konferensi Internasional Media Islam II di Hotel Sultan Jakarta, kemarin (Kamis, 15-/2011), setelah Menko Kesra Agung Laksono menutup konferensi yang dihadiri 400 peserta dari 28 negara tersebut.

Dalam sambutannya, Menko Kesra berharap, sudah saatnya umat Islam bersatu dan berbagi pendapat untuk meyakinkan dunia yang masih berpandangan negatif terhadap Islam."Kampanye-kampanye tidak adil terhadap Islam, harus segera kita luruskan. Kita harus bersatu dalam `tali` Allah, untuk menunjukkan Islam yang sesungguhnya," terang Menko Kesra.

Menteri Agama RI Suryadarma Ali dalam sambutannya mengatakan, "Konferensi ini, telah menghasilkan Piagam Jakarta. Semoga piagam tersebut mampu menjadi jembatan emas bagi kita umat Islam untuk segera melakukan kerja sama dan mampu menjadi momentum kebangkitan dan penguatan media Islam. Kita juga akan tunjukkan pada dunia, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil`alamiin," lanjut Menag.

Sementara itu, Sekjend Rabithah Alam Islami Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki berjanji, hasil kesepakatan dari konferensi, akan segera di-follow up-pi. "Riset, ide, atau apapun hal yang telah didiskusikan, akan kami terjemahkan ke berbagai bahasa dunia, agar dapat diterima media-media Islam di dunia dan dapat digunakan sebagai dasar dari perjuangan kita bersama.” Desastian


latestnews

View Full Version