View Full Version
Sabtu, 17 Dec 2011

Pengungsi Membeludak, Muslim Amaci Ambon Tak Bisa Shalat Jumat di Masjidnya

AMBON (voa-islam.com) – Tak seperti biasanya, Jum’at kemarin (16/12/2011) kaum muslimin yang bermukim di kampung Amaci (Air Mata Cina) Ambon tidak melaksanakan shalat Jum’at di masjid At-Taqwallah di kampung itu.

Pasalnya masjid yang biasa digunakan untuk shalat kini dipenuhi oleh para pengungsi korban penyerangan salibis tiga hari sebelumnya, (13/12/2011). Masjid yang relatif kecil tersebut kini dipenuhi oleh ratusan pengungsi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Ruangan masjid dipenuhi oleh pengungsi dari anak-anak kecil sampai orang tua. Sisi masjid juga dipenuhi oleh barang-barang milik pengungsi yang berhasil mereka selamatkan dari penjarahan dan pembakaran oleh pihak salibis.

Dengan kondisi yang demikian maka terpaksa kaum muslimin di Amaci memilih shalat Jum’at di tempat lain di kota Ambon. Kepada voa-islam.com, Ketua RT 001/RW 02 Amaci, Anasufi Banawi

“Tidak mungkin kita mengusir pengungsi dari masjid dengan alasan masjid akan dipergunakan untuk shalat Jum’at,” ujarnya.

Karenanya, untuk melaksanakan kewajiban shalat Jum’at, warga memilih alternatif masjid di tempat lain. Saat ini, jelas Banawi, yang diperlukan warga adalah alternatif tempat lain untuk menampung pengungsi, karena pemerintah belum menyediakan tempat penampungan bagi pengungsi. Relokasi pengungsi dari masjid ini sangat mendesak, agar aktivitas ibadah di masjid ini bisa kembali normal seperti biasanya.

“Sangat tidak manusiawi jika pengungsi yang menempati masjid sebagai tempat untuk berteduh itu harus diusir, bila tempat alternatif untuk menampung mereka belum ada,” tegas Banawi.

Di dalam masjid berukuran yang relatif kecil tersebut terdapat beberapa anak-anak kecil yang sedang tidur dan sebagian lainnya bermain sambil sesekali melintas di depan voa islam ingin mengambil gambarnya dengan kamera.

Wajah-wajah lugu anak-anak pengungsi tersebut tetap ceria meskipun harus makan apa adanya dan memakai baju sisa-sisa yang terselamatkan dari pembakaran dan penjarahan salibis.

Mereka menjadi korban dari kebiadaban salibis yang telah membakar habis rumah mereka beserta harta benda di dalamnya. Kini tidak ada lagi rumah tempat berteduh, pakaian yang layak pakai, makanan yang enak dan juga barang mainan kesayangan bagi wajah-wajah polos itu.

Semua itu telah musnah pada peristiwa selasa kelabu akibat kebiadaban para perusuh salibis. Sungguh kasihan, mereka tidak mengerti apa itu kerusuhan? Mereka juga tidak mengerti mengapa tetangga kampung mereka yang beragama Kristen yang letaknya hanya dipisahkan oleh sungai itu, tega membakar dan menjarah rumah mereka.

Anak-anak yang masih suci tersebut tidak mengerti itu semua, yang mereka tahu kini tidak memiliki rumah lagi, pakaian dan alat sekolahnya telah habis terbakar dan barang mainannya juga telah musnah tanpa sisa. Yang mereka tahu kini tempat untuk ia berteduh, tempat ia pulang setelah bermain, tempat untuk ia tidur dan makan adalah masjid yang dulu ia biasa shalat dan mengaji bersama teman-teman mereka.

Dan mereka tidak mengerti sampai kapan ia harus tidur berhimpitan dengan banyak orang di tempat yang sempit tersebut? Sampai kapan? Mungkin presiden atau menteri atau mungkin para ulama bisa menjawabnya? Ataukah anda bisa menjawabnya? [af]


latestnews

View Full Version