CIANJUR (voa-islam.com) – Ratusan aktivis Islam utusan berbagai gerakan Islam se-Indonesia hadir dalam acara “Silaturahmi dan Sarasehan Organisasi serta Aktivis Gerakan Islam se-Indonesia.” Acara yang diselenggarakan oleh GARIS (Gerakan Reformis Islam) ini dilaksanakan di Hotel Setia, Cianjur, berlangsung selama dua hari mulai tanggal 17-19 Desember 2011 dan mengusung tema “mari kita bangun semangat ukhuwah Islamiah dalam rangka mengcounter tuduhan terorisme dan radikalisme terhadap umat Islam.”
KH Encep Hermawan, Pimpinan Gerakan Reformis Islam (GARIS) yang menjadi penyelenggara acara tersebut mengundang dua ratusan tokoh-tokoh gerakan Islam yang mewakili berbagai gerakan Islam se-Indonesia.
“Yang diundang ada dua ratus orang lebih dari utusan berbagai ormas gerakan Islam se-Indonesia dari berbagai provinsi. Kita bermusyawarah untuk menyikapi berbagai persoalan di Indonesia agar di akhir tahun ini kita bias mengambil sikap dan langkah peduli terhadap bangsa Indonesia,” katanya kepada voa-islam.com, Sabtu (17/12/2011).
Sarasehan nasional itu secara khusus digeler GARIS untuk menyoroti berbagai kasus di Indonesia seperti kasus pembantaian di Mesuji dan kasus pembunuhan para aktivis Islam yang dituduh teroris oleh Densus 88.
“Berbagai kasus di antaranya kasus Mesuji, kasus Densus 88, ada Densus 88 anti bom yang di bawah pimpinan Gories Mere yang dananya dari Amerika dan membunuhi umat Islam,” jelas Haji Encep, sapaan akrabnya.
Ajakan terhadap umat Islam untuk menolak gerakan deradikalisasi dalam acara itu, juga disampaikan melalui slogan spanduk yang terpampang di depan pintu masuk Hotel Setia yang bertuliskan “Awas Bahaya Deradikalisasi! Upaya untuk mengamputasi Syariat Islam dan Waspadai Konspirasi Untuk Menjebak Umat Islam Menjadi Teroris serta Radikal.”
Tokoh umat Islam asal Cianjur ini juga menyoroti ketidakadilan yang menimpa umat Islam, padahal sejarah membuktikan bahwa umat Islamlah yang telah berjuang memerdekakan negara ini. Tapi sekarang berbagai aktivis Islam justru dizalimi dan dituding sebagai teroris.
“Kita meminta keadilan. Negara ini merdeka oleh pejuang-pejuang Islam dan oleh ulama-ulama kita. Karena Belanda dengan orang-orang Kristen seperti anak dengan bapak, jadi mustahil ada orang-orang Kristen yang mengaku sebagai pejuang. Kita ingin meminta keadilan, kenapa Densus 88 tidak mengatakan OPM sebagai teroris, RMS sebagai teroris, tapi kenapa giliran kita dikatakan teroris,” ungkapnya.
Haji Encep berharap, sarasehan nasional para aktivis Islam itu menjadi ajang silarurrahim yang bisa menghasilkan berbagai rumusan untuk menghentikan praktik sadis pembantaian aktivis Islam yang dituduh sebagai teroris.
“Kita ingin nantinya umat Islam yang berkumpul dalam acara ini bermusyawarah untuk melahirkan statement. Kita juga berharap kepada penyelenggara negara ini menerima masukan-masukan kita. Hentikanlah kebiadaban-kebiadaban dan kesadisan-kesadisan, hentikan rekayasa-rekayasa teroris,” tutupnya. [ahmed widad]