View Full Version
Kamis, 22 Dec 2011

Khairul Ghazali: Saya Bukan Khawarij, Bukan Pula Neo Khawarij

Jakarta (voa-Islam) – Terpidana kasus perampokan CIMB Niaga Medan, Khairul Ghazali menolak dirinya disebut Khawarij atau pun Neo Khawarij.  Pernyataan itu dilontarkan di Hotel Sahid, Jakarta, beberapa waktu lalu (17/12) saat Peluncuran Buku yang ditulisnya “Mereka Bukan Thagut”. Dalam sesi tanya jawab, Khairul ditanya peserta yang hadir, apakah anda seorang Khawarij? Atau Neo Khawarij?

Sambil tersenyum, Khairul Ghazali menjawabnya. Vonis 6 tahun penjara yang dijatuhkan kepadanya, kata Khairul, tidak terkait sebagai pelaku perampokan Bank CIMB, melainkan karena ia dianggap Hakim Pengadilan Negeri Medan, telah menyembunyikan informasi.

“Jadi  saya sesungguhnya, saya bukan pelaku langsung yang terlibat tindakan perampokan CIMB. Lagi pula, saya tidak pernah mengajarkan murid-murid saya untuk melakukan perampokan. Saya hanya mengajarkan, bahwa Islam melegalisasi Fa’i, tapi  Fa’i dalam pengertian merampas harta di medan perang, dan itu dilakukan tidak dengan senjata ataupun kekuatan. Tapi kemudian, ucapan saya itu diekploitasi oleh murid-murid saya untuk kepentingan tindakan-tindakan kriminil, dengan  menjual nama saya,” ungkap Khairul.

Murid-murid yang Membangkang


Lebih lanjut Khairul mengakui, sebagian besar yang melakukan perampokan itu adalah murid-muridnya yang belajar ngaji dan hafalan Qur’an padanya. Ketika itulah, ia dikait-kaitkan dengan peristiwa perampokan tersebut. “Murid-murid saya mengunakan pemikiran saya dengan menjual nama saya. Nah, ketika melakukan penembakan di Hamparan Perak, saya dibilang mengajarkan Fa’i dengan cara merampok. Saya hanya mengajar ngaji dan hafal Qur’an, bukan mengajar menembak.”

Tapi kemudian, ketika Densus 88 menggerebek rumah Khairul, dimana ketika itu  murid-muridnya secara kebetulan berada di kediamannya. Saat Densus memeriksa tas-tas muridnya, ditemukan tiga pucuk senjata api, yang Khairul sendiri tidak tahu menahu ada diantara muridnya yang membawa senjata. Merujuk UU yang berlaku, Khairul dituding telah melindungi murid-muridnya yang membawa senjata dan melakukan aski perampokan di Bank CIMB Niaga.

“Jadi sebetulnya, saat itu nasib sial saya saja. Kan, tidak mungkin saya memeriksa satu persatu tas milik tamu-tamu saya yang notebene murid-murid saya. Di rumah, saya punya klinik bekam dan terapi ghurah, maka yang datang ke rumah saya pun jumlahnya puluhan, tiap hari ada saja yang datang  untuk berobat.

Sebagai pendakwah, Khairul Ghazali mengajarkan murid-muridnya tentang ideologi Islam dan harusnya menegakkan syariat Islam dengan cara hikmah dan bijaksana. “Saya tidak pernah mentakfirkan atau menthagutkan orang lain. Sama sekali tidak pernah,” ujarnya.

Atas pertanyaan, apakah di dalam penjara ada tekanan, sehingga anda merubah paradigma atau pemikiran sebelumnya. Apakah anda seorang khawarij atau neo khawarij? Lalu dijawab Khairul Ghazali:

"Dari dulu pun saya tidak Khawarij, apalagi Neo Khawarij. Sama sekali tidak. Saya berpaham Ahlu Sunnah Wal Jamah, yang mengambil referensi dan bertingkah laku dari ulama-ulama terdahulu.  Jadi jelas, saya bukan khawarij atau pun Neo Khawarij, sampai sekarang,” tegas Khairul Ghazali mengklarifikasi. Desastian


latestnews

View Full Version