BEKASI (voa-islam.com) – Lima ratusan warga Muslim Kelurahan Harapan Jaya Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, bersiap siaga dengan berbagai macam senjata tajam, menghadapi teror fisik kelompok preman Ambon.
Kemarahan warga terhadap komunitas preman Ambon dipicu insiden pemalakan pada Senin dinihari (26/12/2011). Pukul 01.00, dua orang preman Ambon membuat gara-gara di Futsal Corner milik Haji Dasuki. Dalam kondisi mabok, dua orang preman Ambon meminta uang kepada Uki Firmansyah, anak Haji Dasuki yang sedang berada di kantor futsal, jalan Sultan Agung Bekasi.
Uki minta agar dua preman Ambon itu duduk dan bicara baik-baik. Namun preman itu tidak terima dan malah marah-marah, hingga perkelahian pun tak terhindarkan. Dalam kondisi tidak siap, Uki membela dari keroyokan dua orang preman yang berbadan lebih besar. Akhirnya Uki babak belur dan terluka berdarah-darah di beberapa bagian wajahnya karena diserang memakai benda tajam oleh preman Ambon yang oleh warga dikenal sebagai anak buah John Key.
Kasus pengeroyokan preman Ambon terhadap anak Haji Dasuki inipun diselesaikan secara damai antara kedua belah pihak oleh Polsek Medan Satria, Senin siang. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, dua orang preman Ambon itu ditahan di Polres Metropolitan Bekasi. Kesepakatan damai ditempuh agar tidak memicu bentrokan antara warga Muslim Betawi dengan preman Ambon.
Namun beberapa jam setelah kesepakatan damai, pihak preman Ambon melakukan provokasi dengan menantang perang di rumah Haji Dasuki. Menjelang magrib pukul 17.30 WIB dua buah mobil komplotan preman Ambon mendatangi rumah Dasuki dan melemparkan parang sepanjang satu meter. Di kantor RW yang bersebelahan dengan rumah Haji Dasuki, belasan preman Ambon itu meludahi dan memaki-maki warga sambil menuding-nuding dan meludahi.
“Tadi pas menjelang magrib ada dua mobil menyerang rumah Pak Haji Dasuki. Orang kafir itu melemparkan parang sepanjang satu meter dan melontarkan kata-kata kotor. Mereka meludahi kita-kita orang dan memaki dengan kata-kata setan, anjing dan macam-macam. Mereka berdiri sambil menuding-nuding warga di sini,” papar Kamaluddin (30) tokoh pemuda setempat. “Saya dan Pak RW yang sedang merapikan kantor RW melihat langsung kejadian itu,” tambahnya.
Enam orang warga di kantor RW itu tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak memegang apa-apa, sementara belasan preman itu bersenjata tajam.
“Tadi sore mereka datang pakai mobil, melempar parang ke rumah Haji Dasuki. Kita nggak ada reaksi karena kita gak siap. Kita lagi nyantai, beres-beres di kantor RW,” ujar Abidin Husein yang baru beberapa bulan menjabat Ketua RW 16.
Provokasi preman Ambon itulah yang membangunkan solidaritas warga kampung dengan melakukan penjagaan di rumah Pak Haji Dasuki, Futsal Corner dan beberapa di beberapa lokasi kampung yang sering jadi tempat mangkal para preman Ambon.
Untuk mengantisipasi serangan dari para preman Ambon, warga pun bersiaga dengan menghunus golok, samurai, pedang, parang, celurit, besi, pentungan dan benda-benda lainnya. Selain warga setempat, TKP juga dijaga ketat aparat kepolisian dan Satpol PP.
“Jadi kami warga sini merasa mereka mau melanjutkan kejadian tadi malam. Kita siap siaga, karena ancaman mereka akan balik lagi,” ujar Jamaluddin.
Sementara itu, dua ratusan ormas Betawi berjaga-jaga di Futsal Corner, dikomandoi langsung oleh Andrianto, Ketua Fotum Betawi Bersatu (FBB) DPD Bekasi.
Karena panik, warga pun menyebarkan sms meminta dukungan dari para remaja masjid dan ormas-ormas Islam se-Bekasi. Maka massa pun mengalir tumpah-ruah ke TKP. Tak ketinggalan, ormas Betawi dari Forum Betawi Bersatu ikut bersiaga satu di TKP. Beberapa ustadz dari ormas-ormas pun datang menenangkan warga agar melakukan tindakan yang benar sesuai syariat Islam.
Untuk menjaga ketertiban dan mencegah bentrokan bernuansa SARA antaretnis, pukul 21.15 WIB Kapolsek Medan Satria Kompol Triyono datang ke lokasi dan berusaha menenangkan warga.
Di tengah ratusan warga bersenjata tajam, Triyono meminta warga agar segera membubarkan diri dan mempercayakan keamanan kepada aparat kepolisian. “Bapak-bapak, kami selaku aparat keamanan mengimbau akar kita menjaga situasi kondusif. Mari kita menahan diri, kita gunakan rasional yang baik, jangan menggunakan emosional. Ini demi kita semua pak. Saya berharap percayakan keamanan kepada kepolisian,” ujarnya di hadapan ratusan warga.
Namun suasana semakin kisruh karena warga bergantian unjuk protes, pasalnya, beberapa jam sebelumnya, para preman Ambon melakukan penyerangan setelah perjanjian damai disepakati. Warga tak puas, membalas imbauan Kapolsek dengan berbagai macam ungkapan kekecewaan.
“Kami dari Gerakan Pemuda Islam telah membuat kesepakatan agar preman Ambon keluar dari sini malam ini!” teriak salah seorang warga yang disambut teriakan takbir.
“Mereka sudah lama selalu menginjak-injak kami di sini,” ujar warga lainnya.
“Tidak ada kompromi malam ini, preman Ambon harus pergi malam ini!” teriak warga lainnya.
“Usir Ambon kafir!” teriak seorang pemuda yang memegang pedang, disambut gemuruh takbir ratusan warga.
“Ambon kafir sudah merusak lingkungan!” teriak pemuda lainnya.
“Kami sudah sabar dizalimi terus pak. Kami resah, pokoknya kafir Ambon harus pergi!”
Triyono pun meminta Ketua RW agar menenangkan warganya. Namun dengan sopan, Ketua RW menjelaskan bahwa kemarahan warga malam itu adalah puncak kezaliman selama bertahun-tahun. “Maaf Pak Kapolsek, ini jujur saja. Ini adalah puncak sebetulnya. Ini puncak dari kekecewaan warga. Jadi saya tidak bisa menjamin kalau saya ngomong warga akan tenang. Apalagi ini massa sudah bercampur dengan massa dari luar. Jadi saya angkat tangan pak!” ujar Abidin Husein.
“Maaf pak, saya minta bapak-bapak tenang, kita musyawarahkan supaya kondisi aman,” ujar Triyono menenangkan warga.
Suasana makin panas, warga bersahut-sahutan meminta polisi untuk menangkap belasan preman yang telah melakukan teror di rumah Haji Dasuki sore sebelumnya.
“Tadi siang mereka bikin kesepakatan damai, sorenya mereka nantang perang, ” ujar warga.
Warga lainnya yang pernah menjadi korban premanisme Ambon, meminta agar pos para preman Ambon disweeping dan dimusnahkan, karena tempat itu adalah sumber premanisme. Menurut warga, pos berjarak 300 meter dari TKP itulah yang selama ini menjadi markas premanisme Ambon terhadap warga.
“Maaf bapak-bapak sekalian, kami dari aparat kepolisian mengimbau agar kita semua menahan diri,” imbaunya.
“Kami semua selama ini sudah menahan diri pak, tapi diinjak-injak terus. Pokoknya malam ini polisi harus sweeping pos preman Ambon! Bongkar itu sarang preman! Saya ini korban pak, tiap hari jadi korban!” tukas seorang pemuda.
“Soal membongkar posko itu, kita hanya bisa mengimbau karena mereka yang membuat. Kita tidak ada kewenangan untuk membongkar dan sebagainya. Nanti akan kita imbau dan kita bicarakan,” jawab Triyono.
Untuk menenangkan massa, Kapolsek menjelaskan bahwa malam ini telah terjadi kesepakatan tertulis di atas materai antara pihak Haji Dasuki dan pihak John Key Ambon.
Mewakili warga dan umat Islam, Ustadz Maulana meminta agar surat kesepakatan damai itu ditunjukkan kepada warga dan dibacakan. “Tolong dibacain saja surat kesepakatannya, biar masyarakat tahu. ,” ujar Ketua Presidium Kongres Umat Islam Bekasi (KUIB) yang juga anggota Majelis Syuro FPI Bekasi Raya itu.
Menanggapi tuntutan warga, Uki Ifua, kakak kandung Uki Firmansyah yang mengaku ikut membuat kesepakatan damai dengan pihak John Key berjanji akan memperlihatkan surat yang dimaksud, tapi suratnya masih dalam perjalanan dari Polres Bekasi menutu tkp.
“Surat pernyataan damai yang sudah saya buat nanti bisa saya tunjukkan, tapi bukan untuk massa keseluruhan. Ustadz Umar dan ketua-ketua ormas nanti bisa melihat sama-sama surat pernyataan itu dengan kita. Saya sudah kontak anggota di Polres untuk mengirimkan salinan surat itu ke sini, untuk menunjukkan bahwa masalah ini telah selesai. Saya jamin sudah selesai. Dari pihak mereka (kelompok preman Ambon, red.) juga sudah berjanji untuk tidak membuat masalah sekecil apapun yang mereka buat kepada kita,” ujar Ufia.
Untuk sementara, kericuhan warga pun reda sambil menunggu surat yang dijanjikan.
Inti surat kesepakatan tersebut, kepada voa-islam.com, Kapolsek Medan Satria menjelaskan bahwa intinya adalah kesepakatan damai antara pihak John Key dengan pihak Haji Dasuki. “Ya pokoknya kesepakatan damai antara pihak John Key dan Pak Haji yang juga disaksikan anggota DPRD,” ujar Triyono.
Sampai pukul 23.30 WIB, warga dan ormas-ormas dan masih sabar menunggu, namun surat pernyataan damai yang dijanjikan tak juga dihadirkan.
Untuk menagih surat yang dijanjikan di hadapan ratusan warga, voa-islam.com menanyakan kepada Uki Ufia. Namun dengan ia menyatakan bahwa surat dari Polres belum datang. “Iya mas, sabar. Saya juga menunggu surat itu, masih dalam perjalanan dibawa petugas Polres tapi belum sampai ke sini,” jawabnya.
Anehnya, ketika voa-islam.com menanyakan surat yang dijanjikan kepada aparat kepolisian, Triyono menjawab bahwa surat sudah disampaikan kepada pihak keluarga.
Beberapa saat kemudian, Selasa dini hari (27/12/2011) pukul 24.05 WIB para pimpinan ormas mendatangi Uki Ufia dan Kapolsek untuk menagih surat pernyataan yang dijanjikan. Namun keduanya tidak bisa menunjukkan surat yang dimaksud dengan alasan privasi keluarga.
Ketegangan dan perang mulut pun kembali memanas. Karena dua jam sebelumnya mereka menjanjikan surat kesepakatan dengan kelompok John Key. Tapi mereka ingkar janji dengan alasan privasi. “Jangan-jangan surat itu memang tidak ada?” guman seorang ustadz. Lha kok? [taz]