JAKARTA (voa-islam.com) - Paham Syi’ah yang terus berkembang di Indonesia begitu meresahkan umat Islam. Insiden pembakaran pesantren Syi’ah di Madura merupakan salah satu puncak keresahan umat Islam terhadap Syi’ah yang sangat agresif menyebarkan kesesatannya secara door to door ke tengah masyarakat muslim Ahlus Sunnah.
Bahkan seolah ingin menunjukkan tajinya, beberapa kali acara tabligh akbar maupun seminar yang membahas soal bahaya dan kesesatan Syi’ah selalu diteror.
Kantor berita voa-islam.com yang pernah meliput beberapa acara yang berbicara tentang Syi’ah mencatat di antaranya, teror dari orang tak dikenal terhadap ketua DKM Masjid Sholihin yang berbuntut dibatalkannya seminar "Menghadapi Makar Syi’ah Dalam Revolusi dan Aqidah" yang sedianya diadakan oleh Gema Salam di masjid Sholihin Condet pada tanggal 30 April 2011.
Berikutnya insiden gerombolan preman yang tertangkap basah menyebarkan fatwa MUI palsu saat tabligh akbar "Membongkar Kekufuran Syi'ah" di Masjid Jami’ Amar Ma’ruf Bulak Kapal, Bekasi Timur pada Ahad, 22 Mei 2011.
Hal yang sama yaitu menyebarkan selebaran pro Syi’ah juga terjadi dalam acara Tabligh Akbar sekaligus deklarasi “Ahlussunnah Bersatu Menolak Syi’ah” di Masjid Al-Furqan DDII, Jalan Kramat Raya 45 Jakarta Pusat, Jum’at 10 Juni 2011.
Lalu di Masjid Baitul Kamal, Depok sekelompok orang membuat kegaduhan dan memprotes saat sesi Tanya jawab berlangsung dalam Tabligh Akbar ”Mengenal Hakikat Syi’ah” pada Ahad 12 Juni 2011.
Fenomena di atas harusnya menjadi catatan tokoh-tokoh Islam yang memiliki peran besar di negara ini untuk mengambil sikap tegas jika ingin stabilitas keamanan di Indonesia tetap terjaga.
Namun anehnya Menteri Agama Suryadharma Ali seperti dilansir detik.com Selasa (3/1/2012) justru ikut-ikutan menyatakan bahwa Syi’ah masih dalam koridor.
Berbeda dengan KH. Umar Shihab dan Menteri Agama Suryadharma Ali, KH. Ahmad Cholil Ridwan yang menjabat sebagai ketua MUI Pusat berpendapat untuk menyikapi soal Syi’ah yang begitu meresahkan ia memperingatkan agar Iran jangan mengekspor paham Syi’ah ke Indonesia, sebab dengan menyebarnya Syi’ah di Indonesia justru mengganggu stabilitas di Indonesia.
“Kalau pendapat pribadi saya, biarkanlah Iran itu tenang, stabil dengan paham Syi’ahnya, kita tidak perlu ekspor paham Sunni ke Iran tetapi biarkan Sunni itu tenang, stabil di Indonesia dengan pengertian Iran pun jangan mengekspor Syi’ah ke Indonesia. Karena kalau Iran berusaha; anak-anak Indonesia diberi beasiswa ke Iran lalu pulang menjadi Syi’ah dan menyebarkan paham Syi’ah pasti Indonesia pada suatu saat tidak akan stabil, tidak akan damai,” ungkapnya kepada voa-islam.com, Senin (2/1/2012).
Ia menambahkan lantaran agresifitas Syi’ah, di mana ada Syi’ah di negeri Sunni pasti terjadi keributan, hal ini terjadi karena Syi’ah adalah mazhab politik yang terlahir dari perebutan kekuasaan.
“Jadi kita tidak ekspor Sunni ke Iran dan Iran jangan ekspor Syi’ah ke Indonesia dong. Karena di mana ada Syi’ah di negeri Sunni pasti akan terjadi keributan, karena Syi’ah itu sangat agresif, dia mazhabnya mazhab politik, dia lahir karena perebutan kekuasaan, pada zaman Utsman ibnu Affan dan Ali bin Abi Thalib terbunuh baru lahirlah Syi’ah. Syi’ah itu pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum ada, pada zaman Abu Bakar belum ada yang ada Islam saja makanya diberi nama Sunni, Islam yang bukan Syi’ah itu Sunni karena memang belum ada pada zaman Nabi Muhammad Syi’ah itu,” imbuh Kyai yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Dakwa Islamiyah Indonesia (DDII) pusat ini.
Mengingat paham Syi’ah sangat berbahaya bagi ketahanan nasional, Kyai Cholil meminta kepada pemerintah untuk mengambil sikap tegas dan mencegah maraknya paham Syi’ah di Indonesia.
“Syi’ah itu kan artinya kelompok atau sempalan, jadi sangat berbahaya kalau pemerintah tidak mengambil sikap tegas dan perhatian untuk mencegah maraknya paham Syi’ah di Indonesia. Pemerintah mesti jeli, demi ketahanan nasional jangan membesarkan Syi’ah di Indonesia,” jelas alumnus Perguruan Tinggu Arab Saudi ini.
Lebih lanjut, sebagai bukti bahwa Syi’ah begitu berbahaya ia memaparkan bagaimana jama’ah haji Syi’ah asal Iran yang begitu militant melakukan demonstrasi di negeri orang (Arab Saudi)
“Buktinya pada sekitar tahun 70-an terjadi demo jama’ah haji Iran di Mekkah, jema’ah haji Syi’ah laki dan perempuan itu demo akhirnya dihadang oleh polisi Saudi Arabia, mati 140 orang Syi’ah. Jadi jema’ah haji Iran berani demo di luar negeri bawa pisau, obeng dan segala macam, akhirnya mereka mati 140 dan dalam peti mayat itu dipulangkan ke Iran. Jadi mereka itu militant, mazhabnya mereka itu begitu, mau merebut kekuasaan, kapan dia besar dia akan rebut kekuasaan. Tandasnya. (Ahmed Widad)