JAKARTA (VoA-Islam) – Wakil Pemimpin Redaksi Tabloid Jum’at H. Ramlan Marjoned yang juga aktif di DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Pusat mendapat protes oleh kalangan aktivis Islam, sehubungan dengan isi Tabloid Jum’at -- media internal mingguan DMI (Dewan Masjid Indonesia) -- yang mendukung Syi’ah.
Ramlan Marjoned sempat menegur anak buahnya, RS selaku Redaksi Pelaksana (Redpel) tabloid yang menulis judul pada laporan utamanya yang berjudul “MUI Pusat: Syiah Tidak Sesat.” Yang jelas, bukan kali ini saja tabloid Jum’at kecolongan artikel pro Syiah yang ditulis oleh RS. Tulisan terkait Syiah dan ulama-ulama Syiah kerap disajikan tablid tersebut dalam beberapa edisi sebelumnya.
Perlu diketahui, RS adalah penganut Syiah yang disusupkan ke tabloid Jumat pimpinan KH. Abujamin Roham yang selama ini dikenal sebagai seorang Kristolog. Dalam tabloid Jum’at edisi XXII 13 Januari 2012 lalu, RS menurunkan beberapa tulisan berjudul: Pesan Persatuan dari Amman, Hubungan Sunni-Syiah di Indonesia Berlangsung Damai, Menumbuhkan Persatuan Sunni-Syiah, MUI Pusat: Syiah Tidak Sesat, Deklarasi Persatuan Umat Islam Dunia.
DMI rupanya telah disusupi aktvis Syiah. Sebelumnya, oknum di DMI bekerjasama dengan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) pernah mendeklarasikan Muhsin (Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia) yang berlangsung di Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta, Jum'at (20 Mei 2011) lalu.
KH. Tarmidzi Tahir Tolak Syiah
Seperti diberitakan Voa-Islam sebelumnya, Ketua Umum DMI KH. Tarmidzi Tahir mengatakan, secara akidah, Sunni tidak bisa didekatkan dengan Syiah. Karena sejak awal, lahirnya syiah itu untuk melawan Sunni. Namun secara politis, bisa saja ada jalinan persahabatan antara Syiah dan Sunni.
“Yang jelas, saya tidak merestui kegiatan deklarasi tersebut. Dan saya juga tidak ikut dan menghadiri acara itu. Bagi saya, orang boleh saja bicara ilmiah untuk membahas paham syiah dan sunni. Tapi upaya untuk menyatukannya rumit. Konflik Sunni-Syiah itu sudah ratusan tahun. Deklarasi kemarin adalah gagasan Jalaludin Rahmat, bukan DMI. Kang Jalal berupaya untuk mendekatkan Syiah dengan Sunni Indonesia.”
Diakui Tarmizi, sejak Muhsin dideklarasi atas nama Ijabi dan PP DMI, banyak telepon berdering yang ia terima untuk mengkonfirmasi dan menanyakan langsung tentang kebenaran informasi tersebut. Bahka ada yang protes, kenapa DMI mendukung keberadaan Syiah di Indonesia.
Menurut Tarmizi, syiah itu paham yang sangat keras. Jika melihat performance-nya yang hitam-hitam, itu simbol dari sebuah dendam. Di Iran, Islam Sunni sulit untuk membangun masjid di sana. Itu kenyataan yang tak bisa dipungkiri. “Biarlah keduanya berkembang di dunia. Dalam rangka perdamaian, tak perlu menutup jalan diplomasi dengan menggunakan pendekatan politis, bukan akidah,” jelasnya.
Tarmizi tidak mempersoalkan jika Sunni-Syiah dibahas dengan pendekatan ilmiah, tapi sulit jika dipaksakan dengan menggunakan pendekatan akidah. “Yang membuat acara deklarasi itu kan anak muda, Daud namanya. Sejak awal, DMI tidak merestui kegiatan tersebut. Jika ada yang mengatasnamakan DMI, jelas itu menyalahi aturan organisasi. Karena itu bisa saja diberi sanksi administrasi. Bahka, bisa saya keluarkan orang itu dari keanggotaan,” tandas Tarmizi yang membantah, jika ada anggotanya yang berpaham Syiah. [desastian]