JAKARTA (voa-islam.com) – PP Muhammadiyah membantah undangan maulidan Syi’ah yang mencantumkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsuddin sebagai salah satu narasumber. Pencantuman di luar sepengetahuan PP Muhammadiyah. Muhammadiyah dicatut?
Dalam undangan maulidan Syi’ah yang beredar, dicantumkan bahwa Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) pada Sabtu, 11 Februari 2012 menyelenggarakan Maulid Nabi dan Seminar Internasional. Pada maulidan yang diselingi dengan makan nasi tumpeng gratis ini, nama Prof Dr KH Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah) dicantumkan sebagai salah satu narasumber.
Salah satu Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dr Yunahar Ilyas, membantah keras keterlibatan Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam acara Maulidan Syi’ah. “Soal maulid Pak Din sudah membantah itu. Saya sudah cek ke Pak Din mereka tidak menghubungi dan Pak Din tidak akan datang,” tegasnya kepada voa-islam.com, Kamis (9/2/2012).
Dalam klarifikasinya, Din Syamsuddin menegaskan bahwa dia tidak akan datang di acara maulidan karena itu bukan tradisi Muhammadiyah. Terlebih lagi, panitia tidak pernah menghubunginya untuk acara Malulidan Syi’ah. “Saya tidak akan datang karena saya tidak dihubungi dan maulidan itu bukan tradisi Muhammadiyah,” ujar Yunahar menirukan bantahan Din Syamsuddin.
Kedua, Muhammadiyah meyakini bahwa Nabi Muhammad tidak pernah menunjuk siapa pun khalifah pengganti beliau, oleh sebab itu Muhammadiyah mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ini sikap Muhammadiyah terhadap Syi’ah Rafidhah.
Ketiga, Syi’ah itu menolak hadits-hadits yang tidak diriwayatkan oleh ahlul bait sekalipun itu diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dengan penolakan Syi’ah terhadap hadits-hadits dari Ahlussunnah itu, maka terjadi perbedaan sumber yang sangat banyak dan itu akan berdampak bagi perbedaan dari segi Aqidah, ibadah maupun muamalah.
“Jadi kalau ditanya ajaran Syi’ah itu bagaimana, Muhammadiyah bisa menjawab, misalnya Syi’ah membolehkan mut’ah ya Muhammadiyah menolak Mut’ah, syahadatnya asyhadu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah, berbeda dengan Syi’ah yang menambahkan wa asyhadu anna aliyan waliyullah, azannya juga tidak ditambah dengan hayya ‘ala khairil amal,” pungkasnya. [taz, ahmed widad]