Ribuan pelajar itu longmarch dari Jalan Cut Nyak Dien ke Jalan Sudirman menuju RRI Pekanbaru, Jum’at (10/2/2012). Sepanjang jalan sejauh tiga kilometer itu, mereka terus berorasi dan membentangkan spanduk dan poster penolakan terhadap Valentine’s Day.
Secara bergiliran, beberapa Rohis perwakilan sekolah menyampaikan orasi yang dimulai di persimpangan Jalan Cut Nyak Dien Pekanbaru. Mereka menolak keras perayaan Valentine’s Day karena bertentangan dengan ajaran Islam. Valentine’s Day adalah budaya Barat yang notabene melegalkan seks bebas. Perilaku itu jelas merusak jiwa dan mental remaja.
Tak hanya itu, mereka juga membentangkan spanduk berisi pesan moral dan ajakan menolak hari yang identik dengan warna pink tersebut.
Aksi damai itu menarik perhatian warga karena siswa membawa poster dengan berbagai pesan moral seperti: “Say No to Valentine’s Day,” “Tutupi Aurat Jauhi Zina Dekati Surga,” “Jangan Tertipu dengan Valentine Day,” “Be My Valentine, Preett...” dan masih banyak lagi.
Usai orasi di Simpang Jalan Cut Nyak Dien, ratusan massa melanjutkan longmarch ke Jalan Sudirman. Lalu melakukan aksi teatrikal di depan Tugu Zapin yang berlokasi tepat di depan Kantor Gubernur Riau. Kemudian mereka membacakan pernyataan Sikap di depan Kantor RRI Pekanbaru.
MUI: Jangan Beri Fasilitas Valentine’s Day
Menurut kordinator pawai, Yogi Al-Giananda, aksi damai itu merupakan gerakan moral kepada pelajar yang rutin digelar tiap tahun menjelang Hari Valentine yang di dunia diperingati pada 14 Februari.
Ia mengatakan, para pawai merupakan siswa tingkat SMA berasal dari Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar, dan Siak. “Pawai menolak Hari Valentine ini sudah memasuki tahun keenam kami gelar di Pekanbaru,” katanya.
Senada itu, anggota Majelis Ulama Islam (MUI) Kota Pekanbaru, KH Hasyim yang ikut serta dalam pawai itu mengatakan, alim ulama secara tegas menentang peringatan Hari Valentine.
“Sebabnya Hari valentine selain bertolak belakang dengan ajaran Islam, perayaannya pun tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya Timur, termasuk juga bertentangan dengan masyarakat Kota Pekanbaru yang mayoritas muslim dan menjunjung nilai-nilai adat,” katanya.
Menurut dia, peringatan Hari Valentine adalah kebudayaan bangsa Barat yang tidak sesuai diterapkan karena cenderung mengundang untuk perbuatan yang dilarang agama dan menginjak-injak norma agama.
“Kepada segenap umat Islam Pekanbaru agar tidak terbawa arus budaya Barat yang dapat merusak sendi-sendi akidah, pergaulan bebas dan dekadensi moral dari perayaan Hari Valentine,” katanya.
Ia berharap, para orang tua untuk dapat mencegah anak-anaknya ikut terjebak dalam hal-hal yang bukan kewajiban agama Islam.
“Kami juga berharap agar para pengusaha pusat perbelanjaan, plaza, mal, hotel dan restoran untuk tidak memberikan fasilitas bagi perayaan Hari Valentine,” katanya. [a mumtaz/ant, mtr, trb]