JAKARTA (VoA-Islam) – Mengatasnamakan Dewan Masjid Indonesia (DMI), Daud Poliraja mencium tangan ulama Syiah asal Iran tersebut seraya menyebut dirinya sebagai murid besarnya. Hal itu dilakukan usai berbicara dalam Seminar Internasional Syiah di Jakarta, Sabtu (11/2) lalu.
“Terus terang saya pucet saat dihubungi Jalaludin Rahmat untuk menjadi pembicara di Seminar Internasional Syiah ini. Apalagi yang ada dihadapan saya adalah Guru Besar dari Iran. Tapi, karena ini majelis mulia, maka saya akan berbicara sebagai murid besar. Artinya, seminar internasional ini, saya sebagai murid harus menghasilkan keputusan atau kesepekatan besar,” ujar Daud yang juga Ketua Umum Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia (Muhsin) itu.
Daud Poliraja yang mendeklarasikan Muhsin tahun lalu bersama IJABI pimpinan Jalaludin Rahmat, mengaku terkagum-kagum dengan guru-guru besar Syiah yang telah menjelaskan tentang perjalanan munculnya madzhab Sunni dan Syiah. “Kita sudah membentuk Muhsin dengan Kang Jalal,” katanya.
Diakui Daud, banyak dinamika yang dihadapi, namun kami tetap berpegang teguh pada apa yang dikabarkan dalam alquran, yakni ketika Nabi Musa dan Nabi Khidir as bertemu. Ada tiga permasalahan itu. Kedua nabi itu berbeda pendapat dalam menafsirkan masalah tersebut.
"Tapi karena para nabi identik dengan lambang akhlakul karimah, maka perbedaan penafsiran itu tidak sampai menimbulkan masalah, justru menjadi gudang inspirasi keilmuan bagi pengikut-pengikutnya,” papar Daud. Desastian