BEKASI (voa-islam.com) – Muhammadiyah Bekasi meningkatkan kewaspadaan untuk memagari warga persyarikatan dari doktrin Syi’ah bertolak belakang dengan akidah Islam.
Menyusul keputusan sidang pleno PP Muhammadiyah yang memperingatkan agar warga persyarikatan mewaspadai bahaya Syi’ah, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi menggelar kajian ilmiah bertajuk “Kupas Tuntas Aliran Sesat: Apakah Syi’ah Termasuk Aliran Sesat?”
Menurut Ustadz Abu Deedat Shihab MH, ketua panitia penyelenggara, kajian ilmiah itu adalah pengajian bulanan yang diadakan rutin oleh Majelis Tabligh PDM Kota Bekasi.
Karena pentingnya pengetahuan tentang hakikat Syi’ah, Abu Deedat mengimbau umat Islam khususnya warga Muhammadiyah Bekasi, agar menghadiri acara tersebut tepat waktu. “Acara diadakan pada hari Sabtu (25/2/2012) pukul 08.30 pagi. Tempatnya di Masjid Al-Jihad Perguruan Muhammadiyah Kota Bekasi Jalan Ki Mangunsarkoro 45 Bekasi,” jelas Abu Deedat kepada voa-islam.com, Jum’at (24/2/2012).
Sebagaimana diberitakan voa-islam.com sebelumnya, menurut Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Tarjih dan Tajdid, Prof Dr Yunahar Ilyas, Muhammadiyah memiliki empat sikap tentang Syi’ah:
Pertama, Muhammadiyah meyakini bahwa hanya Nabi Muhammad SAW saja yang makshum, sehingga Muhammadiyah menolak konsep ishmatul a’immah (kesucian para imam) dalam ajaran Syi’ah.
...Muhammadiyah menolak konsep kekhalifahan Rafidhahnya Syi’ah...
Kedua, terhadap konsep kekhalifahan Syi’ah, Muhammadiyah secara tegas menolak konsep kekhalifahan Syi’ah Rafidhah. Muhammadiyah meyakini bahwa Rasulullah SAW tidak menunjuk siapapun pengganti beliau sebagai khalifah. Kekhalifahan setelah Rasulullah di serahkan kepada kekhalifahan umat. Dengan prinsip ini, Muhammadiyah meyakini keabsahan kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab, Umar bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Karenanya, Muhammadiyah menolak konsep kekhalifahan Rafidhahnya Syi’ah.
Ketiga, Muhammadiyah menghormati shahabat Ali bin Abi Thalib secara proporsional, sama seperti penghormatan kepada para shahabat lainnya. Karenanya, Muhammadiyah menolak kultus individu terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
...Penolakan Syi’ah terhadap ribuan hadits shahih melahirkan banyak perbedaan antara Islam dengan Syi’ah dalam masalah akidah, ibadah, munakahat, dll...
Keempat, Muhammadiyah memiliki perbedaan yang sangat prinsipil dengan Syi’ah, berpangkal dari sikap terhadap hadits shahih. Di mana Syi’ah hanya menerima hadits-hadits dari jalur Ahlul Bait yang berakibat tertolaknya ribuan hadits shahih, meskipun diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Penolakan ribuan hadits shahih ini otomatis melahirkan banyak perbedaan antara Islam Ahlussunnah dengan Syi’ah, baik dalam masalah akidah, ibadah, munakahat, dan lain sebagainya.
Perbedaan prinsip lainnya adalah sikap terhadap Aisyah radhiyallahu ‘anha. Akidah Syi’ah mencaci maki para shahabat, terutama istri Nabi, Aisyah RA. Bagi warga Muhammadiyah, penghinaan Syi’ah terhadap Aisyah RA menjadi persoalan serius, karena Muhammadiyah sangat menghormati Aisyah RA. Bahkan nama organisasi kewanitaan di Muhammadiyah dinisbatkan kepada Aisyah RA. [silum]