JAKARTA (VoA-Islam)- Dalam sebuah jumpa pers di Hotel Sahid Jakarta, Ketua Umum MIUMI Dr. Hamid Fahmy Zarkasi menjelaskan, Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini adalah sebuah organisasi baru yang terdiri dari para intelektual, ulama dan calon ulama yang tergabung dalam berbagai kelompok ormas daerah, dan pakar disiplin keilmuan, baik Islam maupun secara umum.
Tujuan didirikan MIUMI adalah untuk membantu umat dan bangsa Indonesia dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Disebut Intelektual, karena cara kita menyelesaikan adalah dengan cara-cara ilmiah. Disebut ulama, cara-cara yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan juga dilakukan dengan cara-cara syar'iyah atau merujuk otoritas para ulama.
Dikatakan Hamid, organisasi ini tidak akan bertentangan dengan organisasi yang ada. Kata intelektual dan ulama muda ini, bukan persoalan umur yang dimaksud ataupun mendikotomi kelompok tua dan muda. Ini bukan persoalan umu, tapi semangat muda untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi umat ini, dengan didukung oleh kearifan para ulama. Biasanya yang muda itu semangat, tapi tidak arif, karena itu kita tetap mengikuti petuah-petuah para ulama yang arif, dan tokoh-tokoh senior.
MIUMI didirikan juga bukan untuk menyaingi lembaga-lembaga yang sudah ada. Tidak untuk menyaingi MUI, ataupun mengambil alih yang sudah dilakukan ormas Islam lain seperti Muhammadiyah, NU, Persis, Al Irsyad dan sebagainya. MIUMI justru memperkuat apa yang sudah mereka lakukan. Atau yang akan kita lakukan, belum dilakukan oleh ormas dan lembaga yang ada.“Sebab itu tidak ada yang baru sebenarnya,” kata Hamid.
Terpenting, MIUMI terdiri dari hampir semua kelompok keagamaan di Indonesia. Organisasi ini berusaha untuk menjalin persatuan kelompok-kelompok itu, agar di tingkat masyarakat bawah, jalinan ukhuwah antar umat Islam bisa diselesaikan. Selain itu MIUMI juga berupaya mencari akar masalah yang menimpa umat ini dengan solusi yang seilmiah dan seobjektif mungkin.
Para inisiator MIUMI pun terdiri dari orang-orang yang memiliki kepakaran dalam bidangnya masing-masing. Yang akan dilakukan MIUMI adalah, representasi kelompok, representasi bidang keilmuan yang disampaikan oleh para doktor yang mempunyai otoritas di bidangnya masing-masing. Karena itu orientasi MUIMI adalah solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi umat dan bangsa Indonesia dengan cara-cara yang lebih ilmiah untuk menuju Indonesia yg lebih beradab.
“Beradab yang dimaksud, menjunjung tinggi tradisi ilmu yang didalamnya terdapat akhlak. Jadi, solusinya berdimensi ilmiah dan amaliah, yang didalamnya ada akhlakul karimah,”ujar Hamid.
Hilangnya wibawa ulama
Hamid Fahmy Zarkasi mengatakan, sesorang bisa berbuat jahat, karena pengetahuannya soal syariah atau keislaman tidak mendalam. Untuk memperbaiki moral adalah dengan memberi tahu pengetahuan tentang moral ini. “Kita tidak akan melakukan perubahan langsung terhadap perbuatan yang dianggap amoral, tapi yang kita lakukan adalah membangun komunitas yang mengcounter terhadap kegiatan amoral itu,” kata Hamid.
Saat ditanya wartawan, apakah MIUMI tergolong majelis intelektual bergaris keras? Hamid menjelaskan, kita berbeda. “Kami menggunakan pendekatan imiah yang objektif, argumentatif dan berdasarkan syar'iah.”
Diakui Hamid, upaya untuk menyatukan produk-produk fatwa tersebut tidak mudah, mengingat ada beberapa ormas Islam di Indonesia yang punya pengikut besar. Maka, yang bisa dilakukan MIUMI adalah berusaha mendekatkan duduk masalah dengan bermusyawarah dengan tokoh-tokoh ulama dari kedua ormas besar tersebut, melalui musyawarah tarjih atau Batsul Masa'il secara bersama-sama.
“Kita akan mendekatakan manhaj yang selama ini dipandangan cukup tajam perbedaannya di masyarakat. Kami optimis membangun silaturahim dengan tokoh-tokoh Islam dengan pendekatan akhlakuk karimah, ilmiah, dan argumentatif,” ungkap Hamid.
Yang pasti, MIUMI, lanjut Hamid, bukanlah organisasi politik. MIUMI adalah majelis intelektual dan ulama. Prinsipnya, MIUMI tidak akan mencampurkan urusan keilmuan dengan politik. Seperti diketahui, banyak sudah ulama yang lari ke politik. Politiknya hidup, ilmunya mati. Nah, MIUMI ingin orang-orang yang khusus mengkaji bidang-bidang keilmuan ini tidak lari ke politik.
“Syarat keanggotaan MIUMI juga menegaskan, anggota MIUMI adalah orang-orang yang murni memegang pada tradisi keilmuan dan keulamaan. Begitu ia hengkang menjadi politisi, maka kita akan berpisah.”
Karena MIUMI adalah majelis intelektual, maka basisnya ilmu pengetahuan. Solusi persoalan politik dan ekonomi sekalipun kalau menggunakan ilmu pengetahuan selesai. “Posisi MIUMI jelas, tidak berada di atas MUI. MIUMI hanya menjelaskan apa yang sudah diputuskan MUI. Bukankah menjelaskan hadis Nabi, tidak berarti diatas nabi.”
MIUMI sendiri sudah menginformasikan ke semua ormas, meski belum ada kunjungan resmi. Bahkan MIUMI telah mengundang Kemenag , MUI, dan sejumlah tokoh pimpinan ormas Islam. Desastian