Pernyataan itu disampaikan Pengurus Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ustadz Agus Trisundani SHI, merujuk hasil sidang pleno PP Muhammadiyah. Sedikitnya, ada lima prinsip ajaran Syi’ah yang bertolak belakang dengan akidah Muhammadiyah, antara lain:
Perbedaan pertama, Muhammadiyah meyakini hanya Nabi Muhammad SAW saja yang makshum (terpelihara dari dosa). Sedangkan Syi’ah meyakini 12 imam Syi’ah juga memiliki kemakshuman, bahkan orang yang tidak mengimani kemakshuman 12 imam Syi’ah divonis sebagai kafir. “Dengan demikian, Muhammadiyah menolak konsep ishmatul a’immah (kesucian para imam) dalam ajaran Syi’ah,” tegas Agus yang juga Sekretaris BPH Universitas HAMKA itu.
Perbedaan kedua, Muhammadiyah meyakini Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang sah pengganti Rasulullah SAW. Sementara Syi’ah menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman, bahkan berani melaknat kepada ketiga shahabat tersebut. “Syi’ah hanya mengakui kekhalifahan Ali dan berani melaknat tiga shahabat lainnya. Ini jelas bertolak belakang, sehingga Muhammadiyah menolak konsep kekhalifahan Syi’ah,” jelas Ustadz Agus yang juga Sekretaris BPH Universitas HAMKA itu.
Perbedaan ketiga, Muhammadiyah menghormati shahabat Ali bin Abi Thalib secara proporsional sama seperti penghormatan kepada para shahabat Nabi lainnya. Sedangkan Syi’ah sangat mengultuskan Ali bin Abi Thalib dan menolak shahabat lainnya. “Muhammadiyah sangat menghormati Ali bin Abi Thalib dan para shahabat lainnya. Tapi Muhammadiyah menolak kultus individu terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu,” terangnya.
Perbedaan keempat, Muhammadiyah menerima hadits-hadits shahih dari riwayat siapapun, sementara Syi’ah hanya mau menerima hadits dari jalur Ahlul Bait versi Syi’ah. Akibatnya, Syi’ah menolak ribuan hadits shahih, meskipun diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. “Penolakan ribuan hadits shahih ini otomatis melahirkan banyak perbedaan antara Islam Ahlussunnah dengan Syi’ah, baik dalam masalah akidah, ibadah, muamalat, munakahat, dan lain sebagainya,” tandasnya.
Perbedaan kelima, Muhammadiyah menolak dan mengharamkan kawin kontrak (nikah mut’ah), sedangkan Syi’ah menghalalkannya.
Menurut Ustadz Agus, dengan adanya pertentangan akidah antara Syi’ah dan Muhammadiyah itu, maka Syi’ah itu sangat berbahaya bagi Muhammadiyah. Saat ini Muhammadiyah adalah ormas Islam yang sudah mapan, terstruktur rapi dan memiliki amal usaha terbesar di dunia. Belum ada ormas Islam di dunia yang memiliki amal usaha sebesar Muhammadiyah. Agresivitas dakwah Syi’ah, jelas bisa mengganggu persyarikatan bila masuk ke tubuh Muhammadiyah.
“Kalau ada virus akidah, terutama virus Syi’ah masuk ke dalam persyarikatan Muhammadiyah, maka pasti akan merusak tatanan. Kita semua tahu, di mana ada Syi’ah di situ pasti ada konflik,” tegasnya.
Karenanya, Ustadz Agus mengajak umat Islam khususnya warga Muhammadiyah agar mewaspadai Syi’ah dan doktrin taqiyahnya. “Kami mengimbau umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah diimbau agar waspada terhadap Syi’ah beserta taqiyah-taqiyahnya,” tutupnya.
Untuk membentengi warga persyarikatan dari bahaya doktrin Syi’ah, maka Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan menggelar kajian ilmiah bertajuk “Kontroversi Syi’ah dalam Tinjauan Historis Dan Doktrin.” Acara di auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya 62 Jakarta Pusat ini akan digelar besok Sabtu, 10 Maret 2012 pukul 09.00 WIB dengan narasumber Prof DR Yunahar Ilyas Lc MA, Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi Tarjih dan Tajdid.
Informasi selengkapnya tentang kajian ini bisa menghubungi Majelis Tabligh (021-31934747) dan Mufid Habib (087888996972). [silum]