JAKARTA (voa-islam.com) – Musuh terbesar umat Islam saat ini adalah Amerika Serikat (AS) yang bersekutu dengan para thaghut untuk menghadang dakwah tauhid yang mengandalkan trik kotor, fitnah dan dusta.
Hal itu diungkapkan amir Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT), Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyikapi sepak terjang AS sejak kasus Bom Bali I tahun 2002 hingga kasus terkini tahun 2012. Tantangan umat Islam semakin berat karena AS memperalat pemerintah lokal sebagai bedundalnya.
“Setan Amerika selalu memfitnah saya, karena saya berjuang menegakkan tauhid Daulah Islamiyah dan Khilafah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka setan Amerika memperalat rezim thaghut NKRI untuk menzalimi saya agar saya tidak bisa melanjutkan perjuangan menegakkan Islam. Setan Amerika pernah memerintahkan thaghut polisi untuk menangkap saya begitu bebas dari lapas Salemba dan saya ditahan sampai 2 tahun 6 bulan tanpa kesalahan sedikitpun, setan Amerika juga pernah memerintahkan rezim thaghut NKRI agar saya tidak diberi remisi hari raya waktu di tahan di lapas Cipinang,” ujarnya dalam rilisnya kepada voa-islam.com, Ahad malam (11/3/2012).
Makar berikutnya, tambah Ustadz Abu, dirinya dituduh terlibat aksi terorisme dalam pelatihan militer bersenjata di Aceh, lengkap dengan proses peradilan yang tidak fair. “Untuk mematikan perjuangan saya menegakkan Islam adalah saya dituduh terlibat berat latihan senjata di Aceh dengan tuduhan-tuduhan yang tidak jujur. Semua saksi-saksi yang memberatkan saya tidak boleh hadir di persidangan, tetapi lewat teleconference dengan dijaga ketat oleh thaghut-thaghut Densus 88 agar memberikan kesaksian seperti maunya thaghut Densus, dan mereka tidak boleh menggunakan pembela TPM, tapi harus menggunakan pembela yang ditunjuk thaghut Densus 88,” terang pendiri Pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo itu.
Meski menolak dirinya dikaitkan dengan pelatihan paramiliter di Aceh, Ustadz Abu menyatakan pelatihan itu bukan aksi terorisme, melainkan ibadah karena melaksanakan syariat I’dad sesuai perintah Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 60. Selain itu karena tidak ada seorang pun yang merasa diteror karena latihan Aceh.
“Tidak ada bukti dimasukkan perbuatan terorisme, tapi mereka paksakan karena kepentingan setan Amerika, maka jelaslah bahwa thaghut Indonesia sebenarnya kerja sama dengan setan Amerika memerangi Islam dan Mujahidin dengan dalih memerangi teroris. Mujahidin insya Allah tidak akan menyerah betapa pun kezaliman yang ditimpakan oleh thaghut NKRI dan setan AS, karena menegakkan Islam adalah amal shalih yang tidak boleh ditinggalkan karena ancaman thaghut,” tegasnya.
Fitnah AS terbaru, lanjut Ustadz Abu, dilakukan dengan menggalang opini sesat untuk mempengaruhi proses kasasi dirinya. Dengan memasukkan JAT sebagai organisasi teroris, maka proses hukum dirinya terpengaruh yang berbuah pada penolakan kasasi beberapa waktu lalu. “Semua tuduhan setan Amerika Serikat terhadap JAT dan diri saya, Ustadz Achwan, saudara Son Hadi, dan Ustadz Rosyid Ridho Ba’asyir dan tuduhan thaghut PBB terhadap diri saya seperti yang diberitakan di Koran Republika tanggal 26 Februari 2012 dan Koran Rakyat Merdeka Tanggal 27 Februari 2012 adalah tuduhan palsu tanpa ada bukti sedikit pun. Tuduhan-tuduhan bohong dan palsu ini sengaja dibuat untuk mendorong Mahkamah Agung agar meningkatkan kezalimannya terhadap diri saya dari penjara 9 tahun menjadi 15 tahun,” paparnya.
Ustadz Abu pun menuding ketakutan AS bila ditantang dialog berdasarkan fakta data. “Ketika rombongan JAT datang ke Dubes AS untuk klarifikasi tuduhan-tuduhannya, setan dubes AS tidak berani menemui khawatir terbongkar kebohongannya,” kecam dia.
Menyikapi vonis penjara 15 tahun yang diputuskan para thaghut terhadap dirinya, Ustadz Abu menyatakan tidak heran. Menurutnya, kezaliman itu sudah sesuai dengan keinginan AS yang selalu memerangi para pejuang dakwah dan khilafah. “Sebenarnya kezaliman yang ditimpakan terhadap diri saya berupa penjara 15 tahun oleh Toghut MA adalah untuk memenuhi keinginan setan Amerika agar saya tidak dapat melanjutkan perjuangan menegakkan Daulah Islamiyah atau Khilafah, bukan karena saya meneror masyarakat,” simpulnya. [taz]