SOLO (voa-islam.com) – Berkedok dialog ilmiah, para aktivis alergi nahi munkar melampiaskan fitnah dan ghibah ormas Islam tanpa mengundang ormas yang dihujatnya. Jauh dari ilmiah!!
Hal itu terjadi dalam Dialog Publik bertema “Peran Anak Bangsa dalam Menghadapi Theologi Kekerasan” di Solo, Sabtu (24/3/2012).
Awalnya acara yang diselenggarakan Lembaga Al Iqtida’ Bi Akhlaqilrosul –dulu bernama Yayasan Songgo Buwono– itu berjalan biasa saja, yakni membahas kondisi kekinian bangsa ini. Di tengah acara, Bambang Saptono, sang moderator menyentil ormas Islam dengan menanyakan perihal aktivitas yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) dalam memberantas kemungkaran.
“Apa yang dilakukan FPI itu benar atau tidak?“ tanya pemilik Sanggar Pakuwon itu tendensius.
Khamsun Nur Arif, sang narasumber, menjawab bahwa apa yang dilakukan oleh FPI itu tidak benar. “Jika ditinjau dari hukum positif, apa yang dilakukan oleh FPI itu kurang benar karena yang berhak menangani kemaksiatan adalah aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian,” ujar aktivis GP Anshor itu.
Pembahasan pun melebar sampai ke mana-mana, karena moderator yang berprofesi sebagai tukang ruwat itu, menyeret topik diskusi ke banyak persoalan yang di luar topik.
Ulah modetator inilah yang menyulut kekecewaan peserta dialog. Menurut Farid, salah satu peserta, dialog itu sangat tidak ilmiah, tak lebih dari ajang pergunjingan massal. Warga Pasar Kliwon itu menyesalkan panitia yang tidak mengundah pihak-pihak yang diserang dalam forum tersebut. ”Seharusnya pihak FPI juga diundang dalam acara ini supaya fair,” kesalnya.
Kekesalan senada juga diungkapkan Budi, Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Solo Raya. ”Kenapa diskusi ini tidak membahas sesuatu yang jelas menjadi permasalahan umat. Mengapa acara ini terkesan memojokkan menyudutkan antar saudara muslim sendiri,” kecamnya.
Bahkan Ustadz Irsyad Fikri yang juga menjadi pembicara, menyatakan risih dengan acara tersebut. ”Saya tidak mau membahas permasalahan ormas Islam dalam forum ini. Ini namanya ghibah sesama umat Islam”, ujar staf pengajar Ponpes Al-Mukmin Ngruki itu. [fjms/Kru FAI]