JAKARTA (VoA-Islam) - Jika Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertindak lambat atau tidak mengeluarkan fatwa sesat Syi'ah, MIUMI dapat bertindak cepat untuk mengeluarkan fatwa sendiri, mengingat di dalam organisiasi MIUMI terdapat Komisi Fatwa.
KH. Muhyidin Junaidi dari MUI mengaku tidak merasa merasa terancam. “Komisi Fatwa MUI dan MIUMI akan bersinergis. Saya berharap, masing-masing lembaga jangan mengeluarkan fatwa. Lagipula, MIUMI sudah sepakat akan menjaga hubungan dengan MUI. Dan MIUMI tidak akan menimbulkan keresahan dan ketergesah-gesahan, itu kurang bagus."
Ia menyarankan kepada MIUMI, sebagai organisasi baru hendaknya menggarap yang belum digarap, jangan overlapping. Misalnya, membuat pendalaman materi dakwah di pedalaman, atau cara menghadapi Kristenisasi secara umum dan sebagainya.
Jika MIUMI mengeluarkan fatwa? Dikatakan KH. Muhyidin, umat Islam lebih terbiasa dengan fatwa MUI. “MIUMI kan lembaga baru. Fatwa di NU dan Muhammadiyah saja belum tentu diterima secara keseluruhan, tapi kalau fatwa MUI, insya Allah didengar oleh umat Islam. Bolehlah MIUMI think thanknya MUI, ataupun mitra. Saya berharap MUI dan MIUMI saling menguatkan, bukan saling membuka aib."
Seperti diketahui, MUI Jawa Timur telah mengeluarkan Fatwa Sesat Syiah. Sedangkan MUI Pusat terkesan tidak mendukung fatwa MUI Jatim tersebut. Menurut KH. Muhyidin, sejauh yang ia baca, Fatwa MUI Jatim itu (Kesesatan Syiah) adalah lebih kepada Syiah Sampang, tidak jelas, masuk kategori Syiah apa? “Apakah masuk Syiah adhdholah wa mudhillah atau Syiah secara umum. Jadi, tidak bisa digeneralisr, sifatnya lokal.Karena ajaran yang diterapkan sangat jauh berbeda,” dalih Kyai.Desastian