JAKARTA (VoA-Islam) - Akhirnya Muktamar ke VI Dewan Masjid Indesia (DMI) yang berlangsung Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta (28/4), secara aklamasi memilih mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) sebagai Ketua Umum Pimpian Pusat DMI yang baru untuk masa bakti 2012-2017, menggantikan Ketua Umum DMI sebelumnya KH. Tarmizi Taher. Untuk Jabatan Sekjen akan ditentukan kemudian.
Sebelumnya sempat digadang-gadang kandidat kuat yang juga Wakil Ketua DMI, Goodwill Zubir untuk menggantikan KH Tarmizi Taher. Namun, sebagian besar formatur, atau sekitar 30 DPW secara bulat mendukung Kalla, padahal Kalla sendiri tidak hadir dalam Muktamar karena sedang berada di AS.
Kabarnya, terpilihnya JK telah mengecewakan kubu Goodwill Zubir meski telah menjadi Pjs Ketua Umum menggantikan Dr Tarmizi Taher yang selama ini sakit. Goodwill Zubir yang juga mantan Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu rupanya dinilai tidak memabwa prospek bagi DMI ke depan, mengingat kantong JK lebih tebal ketimbang Goodwil. Bukan tidak mungkin, JK akan menggunakan DMI sebagai kendaraan politiknya untuk menuju 2014 nanti.
Ketika ditanya alasan JK dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PP DMI yang baru, Ustadz Ruswanto yang juga aktif di Korp Mubaligh, sebuah underbouw DMI, mengatakan, “Pak JK selama ini menjabat sebagai Ketua Takmir di Masjid al Markaz, Makasar, Sulawesi Selatan. Diharapkan dengan terpilihnya JK, akan menjembatani antara masjid dengan umara. Tudingan JK akan menjadikan DMI sebagai kendaraan politik, hanyalah asumsi orang saja. Yang jelas, Pak JK sudah menyatakan bersedia dipilih sebagai Ketua Umum DMI.”
Dalam Muktamar DMI tersebut, tidak disinggung badan otonom DMI yang selama ini menjadi corong propaganda Syiah. Namun, bisa dipastikan PP DMI tidak akan bekerjasama dengan Syiah, seperti yang dilakukan oknum DMI Daud Poliraja yang membentuk Muhsin bersama Ketua IJABI Jalaludin Rahmat.
Pidato Wapres Ngawur
Saat membuka Muktamar DMI ke VI di Asrama Haji Pondok Gede, Wakil Presiden Boediono, Jumat (27/4) lalu, membuat pernyataan kontroversial. Dalam pidatonya, Boediono meminta agar DMI ikut mengatur suara adzan. Boediono ingin agar adzan terdengar secara sayup-sayup saja.
Wapres juga meminta DMI, agar masjid tidak jatuh pada orang-orang yang menyebarkan paham yang tidak Islami. "Seperti radikalisme, fanatisme sektarian, permusuhan terhadap agama dan kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa berujung kepada tindak kekerasan dan terorisme. Berikut kutipan dari rilis isi lengkap pidato Boediono yang ngawur itu.
“Kita semua berkepentingan agar masjid dijaga jangan sampai jatuh ke tangan mereka yang menyebarkan gagasan yang tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme sektarian, permusuhan terhadap agama dan kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa berujung kepada tindak kekerasan dan terorisme. Islam adalah agama yang sangat toleran. Islam mengajarkan kepada kita bahwa jalan terbaik adalah jalan tengah.
Perkenankan saya menyampaikan satu hal lagi yang berkaitan dengan pengelolaan masjid.Dalam rangka mensyiarkan Islam dan memberikan citra positif bagi umat Islam, kita di Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dapat memberikan contoh-contoh yang baik bagi dunia Islam.
Dewan Masjid Indonesia kiranya juga dapat mulai membahas, umpamanya, tentang pengaturan penggunaan pengeras suara di masjid-masjid. Kita semua sangat memahami bahwa azan adalah panggilan suci bagi umat Islam untuk melaksanakan kewajiban sholatnya. Namun demikian, apa yang saya rasakan barangkali juga dirasakan oleh orang lain, yaitu bahwa suara azan yang terdengar sayup-sayup dari jauh terasa lebih merasuk ke sanubari kita dibanding suara yang terlalu keras, menyentak, dan terlalu dekat ke telinga kita.”
Desastian