SOLO (voa-islam.com) - Sejak pecahnya bentrok antara umat Islam dan kelompok preman pimpinan Iwan Walet, pemberitaan di beberapa media nasional justru menyudutkan umat Islam yang sebenarnya sebagai korban.
“Kami meluruskan berita miring media-media sekuler yang berkali-kali menyudutkan umat Islam dengan cara mengundang para korban,” ujar Drs. Yusuf Suparno selaku Sekjen Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) saat dihubungi voa-islam.com, Selasa (8/5/2012).
Menurut Yusuf, pemberitaan di beberapa media nasional ada sejumlah orang yang memainkan deru knalpot sepeda motor atau menantang-nantang warga di lokasi lalu dikeroyok itu sama sekali tidak benar.
Yunianto misalnya, ia hanyalah warga muslim biasa yang baru pulang mengantar jenazah di TPU Purwoloyo Pucang Sawit Jebres dan kebetulan melewati Tanggul Pasar Kampung Sewu.
Yunianto tiba-tiba dipukul hingga terjatuh oleh orang-orang yang sedang nongkrong di tempat pencucian motor milik Iwan Walet. Ia menyelamatkan diri namun motor bebek miliknya dibakar di lokasi tersebut.
Korban penganiayaan lainnya yang bernama Shandy pun demikian. Ia termasuk orang yang melewati TKP usai pulang mengantar jenazah dan dikeroyok.
Bahkan Agus Pamuji, seorang pedagang onde-onde di Pasar Gedhe ikut dianiaya, padahal seperti warga yang lainnya usai shalat zhuhur ia penasaran dan mendekati TKP untuk menyaksikan, namun apes dirinya pun ikut dikeroyok. Ketiga korban tersebut mengalami luka-luka akibat sabetan senjata tajam dan memar.
Ibu lurah dan tokoh masyarakat Gendakan mewacanakan agar Iwan Walet pindah dari desa tersebut karena sering meresahkan, apalagi Iwan Walet memang bukan orang Gendakan, dia orang Kepatihan, Solo
Sementara itu Yusuf mengungkapkan bahwa tokoh masyarakat di Gandekan sudah merasa resah dengan keberadaan Iwan Walet lantaran kerap membuat ulah.
“Ibu lurah dan tokoh masyarakat Gendakan mewacanakan agar Iwan Walet pindah dari desa tersebut karena sering meresahkan, apalagi Iwan Walet memang bukan orang Gendakan, dia orang Kepatihan, Solo,” ungkapnya.
Meski Iwan Walet sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat pasal 170 KUHP tentang penganiayaan namun LUIS tetap menuntut pihak kepolisian untuk menangkap pelaku penganiayaan lainnya yang berjumlah sekitar 40 orang.
“Iwan Walet sudah ditangkap dan dijerat pasal 170 KUHP tentang penganiayaan secara bersama-sama, namun laskar Islam tetap meminta supaya 40 orang lainnya yang menurut keterangan saksi korban juga harus ditangkap,” tuturnya.
Young Indonesia harus dibubarkan karena meresahkan, organisasi seperti ini banyak di Solo seperti Gondes, Wisanggeni dan yang lainnya
Ia juga menyampaikan sejumlah keganjilan dalam proses penangkapan pimpinan preman Kristen Iwan Walet dan anak buahnya. Wakil Walikota Solo Fx Hadi Rudyatmo menurut informasi ikut mengawal kepulangan 3 orang yang dibebaskan polisi karena tidak cukup bukti.
“Awalnya 5 orang ditangkap tapi menurut keterangan kepolisian 3 orang tak cukup bukti lalu dilepas. Anehnya, menurut informasi yang diterima LUIS, 3 orang yang dilepas ini justru dikawal oleh AD 2 (Wakil Walikota Solo Fx Hadi Rudyatmo) dari kepolisian ke kelurahan,” jelasnya.
Selain itu LUIS meminta ormas preman anarkis Young Indonesia pimpinan Iwan Walet yang terlibat dalam di balik aksi penganiayaan agar dibubarkan. “Young Indonesia harus dibubarkan karena meresahkan, organisasi seperti ini banyak di Solo seperti Gondes, Wisanggeni dan yang lainnya,” tegasnya.
Yusuf menambahkan, Young Indonesia juga dibeking para pengusaha Cina dan kerap melakukan pungli dengan dalih uang keamanan kepada para pedagang.
“Menurut informasi yang diterima LUIS Young Indonesia dibekingi orang-orang Cina. Mereka juga kerap meminta uang keamanan dari toko-toko besar, lalu konon uang itu digunakan untuk membeli beras dan dibagikan ke orang-orang miskin sebagai kamuflase,” tandasnya. [Ahmed Widad]