View Full Version
Kamis, 10 May 2012

Bravo Rektor UGM!! Berani Membatalkan Diskusi Buku Irshad Manji

Yogjakarta (VoA-Islam) – Salut untuk keberanian Rektor UGM yang telah membatalkan diskusi buku "Allah, Liberty, and Love" yang menghadirkan Irshad Manji sebagai narasumber di Kampus UGM. Pembatalan itu mengakibatkan kekecewaan, bukan hanya Manji, tapi juga almamater Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious and Cross-cultural Studies-CRCS), yang selama ini getol mengasongkan pemikiran liberal, sekuler dan pluralisme kepada mahasiswa Pascasarjana  UGM Yogyakarta ini.

Direktur Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious and Cross-cultural Studies-CRCS) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Zainal Abidin Bagir, menyatakan menerima pesan pendek tentang pembatalan diskusi Irshad Manji. “SMS (short message services)-nya mengatakan kalau Rektor UGM melarang diskusi tersebut,” kata Zainal kepada wartawan, Rabu, 9 Mei 2012.

Zainal mendapat pesan pendek tersebut dari Direktur Pascasarjana UGM, Hartono. Pesan tentang pembatalan diskusi oleh Rektor UGM, Sujarwadi, kata Zainal, baru diterimanya kemarin malam sekitar pukul 21.00 WIB. Zainal menjelaskan, CRCS selalu menggelar diskusi mingguan. Untuk diskusi yang dijadwalkan Rabu kemarin, Irshad Manji diundang berdiskusi tentang bukunya yang berjudul Allah, Liberty and Love, Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan.

Diskusi tersebut, menurut Zainal, merupakan diskusi kecil-kecilan yang digelar di ruang kelas. Zainal pun mengatakan ia memang tidak berencana mempublikasikan diskusi yang seharusnya berlangsung hari ini. Zainal menuturkan, empat tahun yang lalu (2008) Manji pernah diundang UGM untuk sebuah diskusi, dan ketika itu  tidak ada masalah. Tapi, kini sudah ada penolakan dari rektorat, diskusi tersebut harus dibatalkan. “Diskusi tahun 2008 diadakan secara besar di ruang seminar dan dihadiri banyak orang. Saat itu diskusi berjalan lancar, ujar Zainal.

Zainal Abidin Bagir mengaku sedih karena peristiwa ini justru terjadi di universitas sekaliber UGM. "Kalau berbicara saja tidak bisa, maka ruang diskusi untuk mau menerima pendapat tertutup. Tidak adanya ruang untuk menerima pendapat ini isu yang sangat mengkhawatirkan," kata Zainal, Rabu, di Gedung Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Menurut Zainal, tidak perlu disembunyikan bahwa pembatalan acara diskusi buku Irshad Manji adalah karena adanya ancaman dari sekian ormas yang tak semuanya jelas nama dan keberadaannya. "Jika perbedaan pendapat berarti menghilangkan seluruh hak orang itu dan hak orang-orang lain, bagaimana mungkin sisik-melik ini bisa dibicarakan demi mendapatkan posisi yang tepat kalau kemungkinan berbicara saja ditutup?" kata dia.

Zainal menambahkan, universitas bukanlah universitas yang berkat kerapiannya menyimpan kertas-kertas dokumen bisa lolos akreditasi atau mendapatkan sertifikasi. Tapi, lembaga terhormat yang memberi ruang untuk membangun pengetahuan."Terlalu cepat tunduk pada ancaman berarti hidup dalam dan menghidupi atmosfer kekerasan itu. Apakah kita (UGM) sudah hidup dan bernafas dari menghirup udara di atmosfer itu?" paparnya kecewa.

Irshad Manji Pucat

Begitu mendengar Rektorat telah membatalkan agenda diskusi tersebut, Irshad kecewa berat, bahkan terlihat frustasi. Ia merasa heran mengapa rektorat menolak diskusi buku miliknya. "Terakhir saya kemari tidak ada masalah," imbuhnya. Dia menduga ada tekanan dari kelompok tertentu sehingga rektorat akhirnya mengambil keputusan menolak diskusi buku ini.

Kepala Bidang Humas UGM, Wijayanti menjelaskan, pihak UGM sama sekali tak pernah melarang kegiatan diskusi akademik, termasuk kedatangan Irshad Manji."UGM menjunjung tinggi kebebasan akademik di lingkungan UGM dengan menyelenggarakan dan memfasilitasi berbagai diskusi dengan berbagai tema. UGM juga tidak pernah melarang kedatangan Irshad Manji," kata Wijayanti mewakili Rektor UGM.

Rektorat juga meminta agar diskusi itu diselenggarakan di luar kampus UGM. Menurut Ari, UGM seharusnya tidak melarang diskusi tersebut. UGM, kata Ari, bukanlah sebuah institusi politik maupun keamanan yang dapat melarang diskusi semacam itu.

Ari berpendapat diskusi yang menghadirkan Irshad Manji itu berkaitan dengan mimbar akademik. Ia menuturkan UGM sebagai sebuah institusi seharusnya tetap mempertahankan mimbar akademik. Ari mengaku kemarin ada diskusi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) universitas tersebut untuk menolak Irshad. Desastian


latestnews

View Full Version