AMBON (voa-islam.com) – Provokasi salibis dalam acara tahunan Obor Pattimura melahirkan bentrokan massa Kristen dan Islam di Batu Merah Ambon, Selasa dini hari (15/5/2011).
Acara tahunan yang digelar tiap tanggal 15 Mei itu adalah peringatan lahirnya Pattimura yang dikenal sebagai salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Maluku.
Prosesi acara diawali dengan menyalakan obor di Pulau Saparua. Selanjutnya obor tersebut diarak melewati kampung adat secara estafet hingga masuk ke dalam Kota Ambon. Di setiap kampung adat, obor estafet itu disambut oleh para pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor tersebut sampai ke perbatasan desa adat lainnya, hingga obor tersebut sampai Pattimura Park Kota Ambon yang diakhiri dengan upacara sebagai acara puncak.
Pantauan voa-islam.com, sampai pukul 01.00 WIT, keadaan kota Ambon cukup ramai namun aman karena masyarakat sedang bersiaga menyambut arak-arakan obor Pattimura.
Kericuhan terjadi ketika arak-arakan obor diambil oleh pemuda Batu Merah di desa Tantui untuk dibawa menuju Pattimura Park. Saat arak-arakan obor sampai di perbatasan Mardika, para pemuda desa Karpan (kampung Kristen) berulah dengan merebut obor tersebut.
Menurut Arif (30), warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, pihak Kristen memancing keributan dengan melakukan provokasi terlebih dahulu. Mereka bukan hanya berusaha merebut obor tapi juga melempar pembawa obor dengan batu. Bahkan beberapa pemuda Kristen telah berjejer di pinggir jalan dengan membawa parang. “Dong orang-orang Aboru ada banyak di pinggir jalan deng parang-parang, katong sangka dong orang Batu merah," paparnya kepada voa-islam.com dengan logat Ambon.
Dihujani lemparan batu, pembawa obor dan pengiringnya pun bertakbir sembari berlarian menghindari lemparan batu.
Dalam hitungan menit, insiden pelemparan batu yang dilakukan massa Kristen pun berubah menjadi bentrokan massa antara kelompok Islam dan Kristen.
Akibat bentrokan tersebut, dua rumah milik warga Nasrani di Mardika dibakar massa dan satu rumah dirusak massa.
Beberapa jam kemudian, bentrokan bisa dibubarkan oleh aparat gabungan TNI dan Polri pada pukul 07.30 WIT, dengan melibatkan ratusan personel yang didukung kendaraan perang seperti tank dan water canon (meriam air).
Meski suasana mereda, namun tidak ada jaminan bahwa kondisi akan benar-benar aman. Sebab sampai berita ini diturunkan, angkutan umum dari luar kota Ambon belum bisa masuk ke dalam kota dan jalur lalu lintas juga belum sepenuhnya normal.
Beberapa warga yang menyaksikan bentrokan tersebut, amarah warga memuncak karena massa Kristen tak hanya mempergunakan batu, tapi juga panah, senapan angin dan bom untuk menyerang massa Islam. Keberadaan senjata tajam dan senjata api ini diperkuat dengan bukti adanya luka-luka yang diderita oleh para korban bentrokan.
Berdasarkan pantauan voa-islam di ruang Gawat Darurat Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, ada 6 pasien korban bentrokan yang tengah dirawat. Mereka mengalami luka-luka akibat lemparan batu, panah dan tembakan senapan angin. [AF]