MALANG (voa-islam.com) – Umat Islam Malang, Jawa Timur menolak keras berdirinya Resto & Spa Dhoghadho, karena disalahgunakan sebagai tempat maksiat.
Puluhan umat Islam dan tokoh masyarakat Kota Malang menggeruduk Resto & Spa Dhogadho yang berlokasi di Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Rabu malam (16/5/2012). Massa yang berkumpul usai shalat isya melakukan penempelan poster dan spanduk penolakan terhadap Resto & Spa Dhoghadho.
Penolakan warga itu dilakukan karena Dhoghadho menjadi tempat maksiat berkedok Resto & Spa. Berbagai aktivitas setan yang dilakukan di dalamnya, antara lain karaoke plus minuman keras, hiburan esek-esek, dan transaksi prostitusi berupa pijat plus-plus dengan layanan zina wanita berpakaian seronok. Aktivitas mandi uap (spa) juga tak lepas dari perzinahan. Kaum laki-laki dan perempuan bercampur di dalamnya dalam kondisi –maaf – telanjang hanya dililit sehelai handuk.
Menurut Ustadz Ahmad Ghozali, warga setempat sekaligus koordinator, keberadaan tempat maksiat Dhoghadho ini sangat membahayakan warga dan kaum Muslimin. “Bagaimana tidak, kawasan Tlogomas adalah kawasan pendidikan dan terdapat banyak masjid. Kini dinodai dengan kehadiran tempat maksiat seperti itu. Padahal dua bulan sebelumnya umat Islam dan warga telah menutup kafe maksiat “Belok Kiri”, yang berada tidak jauh dari Resto & Spa Dhoghadho, masih satu wilayah RT 03,” jelasnya.
Ustadz Ghazali juga menyesalkan Ketua RT 03 yang bersikap munafik dengan mendukung keberadaan tempat maksiat kafe Belok Kiri dan Resto & Spa Dhoghadho di wilayah yang sama, yakni RT 03 RW 07 Kelurahan Tlogomas. Wilayah RT 03 telah berkali-kali menjadi sarang maksiat, dengan ketua RT yang sama. “Pertemuan dengan pihak RT sudah dilakukan, namun yang terjadi adalah warga dan umat Islam dibenturkan dengan preman,” tambahnya.
Setelah didesak warga, pihak RT 03 berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut, namun ketika dikonfirmasi kepada Lurah Tlogomas, pihak Kelurahan Tlogomas mengaku Ketua RT 03 belum menemuinya. Satu minggu kemudian Ustadz Ahmad Ghozali bersama warga dan tokoh masyarakat berinisiatif mencari tahu sejauh mana perizinan Dhoghadho. Ternyata izin HO (gangguan) tetangga kanan kiri sudah lepas, artinya sudah ditandatangani. Dan menurutnya, inilah kelicikan orang kafir.
Resto & Spa Dhoghadho Tlogomas adalah bisnis esek-esek milik seorang kafir bernama Franky Setiawan, yang mempunyai beberapa usaha sejenis di beberapa tempat selain di Tlogomas, di antaranya di daerah Beji, Kota Batu. Untuk memuluskan usaha maksiat ini, Franky menempuh segala cara, mulai dari aksi kekerasan preman yang dibenturkan dengan warga hingga memberi uang sogokan dengan kedok pendanaan acara jaran kepang beberapa minggu lalu. Sehingga sangat disesalkan sikap Ketua RT 03 yang bersifat munafik, yang sengaja membiarkan tempat maksiat berulangkali hadir di wilayah yang dipimpinnya.
Puncak keresahan terhadap kehadiran Dhoghadho, warga membuat kesepakatan menolak Dhoghadho. Kesepakatan ini didukung oleh berbagai unsur lembaga pendidikan seperti Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), lembaga pendidikan setingkat SMK yang ada di kawasan Tlogomas, para takmir masjid dan tokoh-tokoh masyarakat. Semuanya membubuhkan tandatangan untuk menolak tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho yang merusak generasi bangsa.
Berdasarkan pantauan di lapangan, aksi penyegelan warga berlangsung lancar tanpa perlawanan berarti dari pihak Dhoghadho. Puluhan umat Islam dari berbagai elemen dan warga setempat melakukan pemasangan spanduk dan poster di dua titik, yakni sekitar pintu masuk Terminal Landungsari, tidak jauh dari lokasi Dhoghadho dan di sekitar tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho.
Usai aksi penyegelan tempat maksiat itu, Ustadz Ahmad Ghozali menegaskan bahwa umat Islam tidak akan berhenti pada penutupan tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho ini saja. Aksi serupa juga akan dilakukan ke segenap penjuru Kota Malang. Untuk mewujudkan Malang Raya bersyari'at Islam yang bersih dari maksiat, maka pemberantasan kemaksiatan dan kemungkaran di daerah Malang menjadi PR bersama. “Kita berusaha menjalin ukhuwah dan persatuan umat Islam, untuk bisa bergerak bersama-sama untuk amar ma'ruf nahi mungkar,” pungkasnya. [fai]