View Full Version
Jum'at, 18 May 2012

MIUMI: Budaya yang Tidak Merusak Tidak Berbenturan dengan Islam

JAKARTA (VoA-Islam) – Bagaimana Islam memandang budaya? Akankah Budaya  selalu berbenturan dengan Islam? Menurut Wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Fahmi Salim, Islam tidak berbenturan dengan budaya lokal, tentunya budaya yang direkonstruksi ulang dan diisi oleh nilai-nilai Islam di dalamnya.

Islam adalah agama yang bersumber dari wahyu, sedangkan budaya adalah hasil kreasi dan olah pikir manusia yang dipengaruhi oleh alam dan lingkungan di sekitarnya. Budaya itu ada yang senafas dan sejalan dengan misi Islam, terkandung nilai-nilai tauhid,  memotivasi seseorang untuk berorientasi, tidak hanya di dunia, tapi juga di akhirat.

Dikatakan Fahmi, sesungguhnya budaya itu bisa dimanfaatkan untuk mendukung dakwah. Hal itu pernah dilakukan Walisongo, seperti Sunan Kalijaga yang menjadikan wayang kulit sebagat sarana dakwahnya. Apa yang sudah dilakukan walisongo, hendaknya kita hargai sebagai ijtihad.

Di masa sekarang, hendaknya kita lanjutkan dan sempurnakan lagi agar tidak bercampur sinkretis.  “Budaya yang masih kental dengan unsur Hindu,dan hal-hal yang terkandung kekufuran, sebaiknya dihilangkan, lalu diisu ulang dengan nilai-nilai Islam.”

Pemimpin gerakan dakwah pada masa modern, seperti Hasan al-Banna, ternyata sangat menghormati seni budaya, dengan mendirikan sebuah teater bernuasakan Islam.  Untuk mendukung dakwah, digelarlah teaterikal kisah-kisah kepahlawanan Islam. Budaya yang bernafaskan Islam ini tentunya tidak bertentangan.

Apresiasi Keberanian Polri

Menyinggung soal konser Lady Gaga yang bakal digelar 3 Juni mendatang di Jakarta, Fahmi Salim sependapat dengan sikap Front Pembela Islam dan sejumlah ormas Islam lainnya, yang menyatakan penolakannya  terhadap perilaku dan simbol-simbol kekufuran yang selama ini menjadi icon seorang Lady Gaga.

“Yang menolak, bukan hanya kalangan Islam kok, tapi juga kaum Kristiani. Saya menilai, Lady Gaga, jelas-jelas menghina simbol-simbol agama, terutama Kristen. Tak hanya itu, Gaga telah mempertontonkan aurat secara seronok. Sudah tak terbantahkan, bahwa Lady Gaga itu juga salah satu icon pornografi. Meski di Indonesia sendiri, banyak artis-artis pelantun dangdut yang tak kalah ekstrim dengan Lady Gaga, bukan hanya goyangnya yang erotis, tapi juga penampilannya. Tak dipungkiri, dangdut erotis seperti Trio Macan dan sejenisnya begitu marak di kampung-kampung,” ungkap Fahmi.

Meski Satgas Pornografi telah dibentuk oleh pemerintah, fakta dan realitanya, pornografi dan pornoaksi di Tanah Air hingga saat ini sulit dikendalikan. Keberadaan Satgas Pornografi jelas tidak efektif, sementara tontonan di Televisi, konten porno di dunia maya menjadi hidangan sehari-hari. 

Sebagai ulama muda, Wakil Sekjen MIUMI ini memberi apresiasi kepada Kapolri dan Kapolda yang tidak memberi rekomendasi (perizinan) kepada pihak penyelenggara konser Lady Gaga. 

Fahmi menyesalkan perihal tuduhan kelompok liberal dan simpatisannya, yang menyebut sejumlah aktivis Islam sebagai kelompok yang melakukan kekerasan atas nama agama, dikarena penolakannya terhadap kekufuran Lady Gaga.

“Sesungguhnya, kemungkaran atas nama agama itu berbahaya. Adalah sebuah kefasikan, jika ada kelompok liberal yang mengatakan, maksiat berasal dari Islam, yang haram dibilang halal. Kita tidak setuju dengan kekerasan, tapi kemungkaran  atas nama agama, kemaksiatan atas nama kebebasan berekspresi dan berpendapat, itu jauh lebih berbahaya,” tegas Fahmi Salim mengakhiri perbincangan. Desastian


latestnews

View Full Version