JAKARTA (Voa-Islam) – Kelompok liberal pendukung Irshad Manji dan Lady Gaga kerap menuding ormas Islam yang selama ini giat memerangi kemaksiatan menolak dialog. Padahal ormas Islam seperti FUI, FPI, MMI dan MIUMI menyatakan siap untuk berdebat dan berdoalog jika panitia penyelenggara membuka forum secara terbuka.
Persoalannya, meski diskusi ini terbuka untuk umum, ormas Islam tidak pernah diajak terlibat untuk menyampaikan argumennya. Jadi bohong besar, jika ormas Islam dituding menolak dialog, juga bohong besar jika kaum liberal menyukai dialog. Ingin bukti kebohongan kaum liberal yang menyukai dialog??
Dedengkot Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Absar Abdallah yang hadir saat acara bedah buku “Allah Liberty And Love” karya Irshad Mandji (04/05/2012) pernah mengatakan, “Kami selalu membuka ruang dialog dengan siapa saja, tapi kalau sudah mengedepankan kekerasan dengan mengatakan orang yang berbeda pendapat dengan mereka adalah kafir ini bukanlah sikap yang intelektual,” jelas aktivis Islam Liberal yang juga anggota dari Partai Demokrat ini.
Upaya untuk membuka ruang dialog antara Irshad dengan aktivis Islam yang hadir dalam peristiwa Salihara justru ditolak oleh Irshad Manji sendiri. Ketika itu Irshad menolak usulan seorang audiens yang merasa perlu membuka ruang dialog di kajian tersebut. Audiens itu adalah perwakilan aktivis Islam yang menentang diskusi buku Irshad Manji tersebut.
Irshad justru mengatakan bahwa pihak yang tidak setuju dengannya (kelompok yang ingin membubarkan acaranya) adalah kelompok yang tidak bisa dirubah cara berpikirnya.“Saya tidak percaya bahwa dialog kita dengan mereka akan merubah cara berpikir mereka. Pikiran mereka telah tercipta seperti itu, pikiran mereka telah terdogma untuk tidak berubah,” bantah Irshad kepada pengusul tersebut.
Irshad justru lebih ingin fokus kepada doktrinasi mengenai motivasi kekuatan ‘cinta’, yang sebenarnya isi dari orasi ‘cinta’nya tidak lebih dari mengajak para peserta untuk berani melawan nilai-nilai agama yang murni menuju keberanian hidup yang liberal.
“Kita harus menciptakan keberanian teman – teman kita ini, terutama bagi mereka yang merasakan pertarungan batin dan ingin sekali mengeluarkan kenyakinan dan kebebasan mereka. Tapi mereka tidak tahu caranya, kita perlu menanamkan keberanian, “ ajak Manji.
Iqbal, salah satu perwakilan masyarakat yang menolak Irshad Manji mengatakan, tidak ada masalah untuk berdialog dengan tenang dan terbuka dengan Manji.“Ya nggak ada masalah, kalau mau dialog ayo,” tantang Iqbal.
AJI pun Tolak Dialog
Sehari sesudah kejadian Salihara, di Kantor Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) sendiri, wartawan – wartawan muslim dari Jurnalis Islam Bersatu (JITU) yang hadir saat itu, menyayangkan sikap panitia yang menutup acara tergesa – gesa, padahal waktu belum menunjukkan pukul 21.00 WIB.
Di Kalibata, diakhir acara terdapat dua penanya yang mengajukan pertanyaan ke Irshad dan para pembicara. Salah satunya adalah wartawan dari Hidayatullah.Com yang juga wakil dari JITU. Wartawan muslim ini hendak mengkritisi beberapa pemikiran Irshad di kajian tersebut, termasuk beberapa statemennya mengenai kehadiran media – media Islam seperti Sabili, Arrahmah.com, Voa-Islam.com dengan sebutan media propagandis yang fundamental dan mengajarkan doktrin terorisme -- terpaksa terbatalkan, karena moderator yang sudah mengiyakan, tiba-tiba menyatakan acara sudah selesai dan ruang diskusi ditutup.
“Heran, padahal tadi saya tunjuk tangan, dan saya sudah di iyakan moderator masuk dalam list antrian penanya, tapi pas giliran saya kenapa tiba tiba dibatalkan dengan alasan waktu sudah habis, padahal waktu masih belum jam sembilan malam. Apa karena saya mewakili media Islam, saya tidak tahu,” jelas Indra.
Di Hard Rock JIL Tolak Dialog
Belum lama ini, pada tanggal 10 Mei 2012, Koordinator #Indonesia Tanpa JIL, Akmal Sjafril mendapat email dari Radio Hard Rock FM Jakarta untuk menghadiri acara Provocative Proactive yang disiarkan pada hari Selasa, 15 Mei 2012. Sebelum mengiyakan, Akmal sempat bertanya dulu kepada teman-teman #IndonesiaTanpaJIL dan juga meminta nasihat dari asatidz INSISTS apakah ia dipandang layak untuk tampil di acara tersebut. Ternyata, semuanya bulat memberikan amanah itu padanya.
“Saya terima dengan lapang dada, walaupun dengan sebersit kecemasan; khawatir akan mengecewakan teman-teman #IndonesiaTanpaJIL dan umat Muslim secara umum,” kata Akmal dalam status Facebook-nya.
Sedianya, Hard Rock FM mengundang Abd. Moqsith Ghazali dari kubu JIL sebagai lawan debat Akmal dari kubu #Indonesia Tanpa JIL. Pada Hari-H, Moqsith menyatakan tidak bisa datang, karena istrinya sakit. Jika benar, tentu alasan ini bisa diterima. Maka Provocative Proactive pun menawarkan Ulil Abshar Abdalla sebagai penggantinya. Berbeda dengan Moqsith, Ulil langsung menolak. Sebab, menurut Ulil, ia sudah tidak mau berdiskusi soal 'hal-hal semacam itu lagi'. Entah apa maksudnya.
Ulil kemudian merekomendasikan Guntur Romli, tapi kembali melempar kepada rekannya sesama JIL, Saidiman Ahmad. Tapi lagi-lagi, Saidiman menolak. Lalu kru Hard Rock FM menghubungi Luthfi Assyaukanie, yang akhirnya menerima tawaran tersebut. Namun, di luar perkiraan Hard Rock FM, Luthfi pun akhirnya mundur. Alasannya, konon, karena ia merasa "tak ada gunanya berdebat dengan bigot-bigot." Tapi bukankah JIL yang selalu mengatakan bahwa diskusi dan dialektika itu senantiasa bermanfaat?
Pandji Pragiwaksono, host acara Provocative Proactive tentu saja kecewa dengan sikap pengecut kelompok JIL yang tak mau berdialog. Yang pasti, Hard Rock FM sudah menghubungi kedua belah pihak agar terjadi dialog yang berimbang. Hanya saja, pihak JIL tidak mampu memberikan nama pengganti Moqsith hingga acara berlangsung. Namun, pihak JIL justru terus menerus menyerang Hard Rock FM dengan berbagai tuduhan. Seperti dalam Twitter Guntur Romli yang mempersoalkan transport yang biasa diberi Hard Rock FM. Kata Guntur, transport itu hanya bisa untuk membeli cendol.
Jika kaum liberal sesumbar dengan kata Dialog, justru hal itu diingkari oleh mereka sendiri. Ketahuilah, Irshad Manji dan pendukungnya punya strategi sendiri, yakni Hit and Run alias pukul lalu lari. Begitulah tabiat para pengecut pengasong pluralisme dan liberalisme. Jadi mengatakan Umat Islam tidak mau berdialog dengan Irshad Manji adalah kesalahan besar.
Tak kalah penting, promotor yang membawa Irshad Manji ke Indonesia, seharusnya juga menghadirkan sosok seperti Adian Husaini, Adnin Armas atau tokoh tokoh intelektual muslim sebagai cover both side untuk menilai pemikiran Irshad yang selalu mengakui dirinya Islam namun sering mengajarkan hal – hal yang bertolak belakang dengan Islam seperti Lesbian dan keberanian mentafsirkan iman tanpa dasar keilmuan dan logika semata.
Semestinya TV One yang selama ini menggiring pertanyaan tendensius kepada tokoh-tokoh Islam anti maksiat, atas titipan kelompok liberal, mau memfasilitasi untuk membuka ruang dialog antara tokoh-tokoh Islam dengan Irshad Manji dan pendukungnya (kaum liberal) yang disaksikan oleh lapisan masyarakat. Beranikah TV One? Desastian/JITU