JAKARTA (VoA-Islam) – Terbetik kabar, mendekati hari H Lady Gaga sudah mendapatkan Visa kunjungan ke Indonesia dari pihak keimigrasian. Namun, terbetik kabar pula, pihak imigrasi akan mencabut kembali Visa Lady Gaga tersebut atas alasan keamanan.
Sejak awal, Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, mengatakan, pihak imigrasi seharusnya melakukan pemantauan terhadap orang asing yang datang ke Indonesia. Termasuk memantau kedatangan Irshad Manji dan Lady Gaga di tanah Air. Pihak imigrasi bisa memutuskan apakah visa itu kategori kunjungan tetap atau tidak tetap. “Jadi imigrasi harusnya melakukan pengawasan ketat kepada mereka selama 24 jam. Saya menduga, jangan-jangan ini sudah menjadi modus yang berulang-ulang, sehingga orang asing yang bermasalah bisa leluasa ke Indonesia,” kata Mustofa.
Menurut Mustofa, ini menyangkut kedaulatan negara. Jika da penolakan dari masyarakat, pihak imigrasi sangat berwenang untuk tidak memberi visa kepada orang asing dengan alasan keamanan. Pihak imigrasi bahkan tidak bisa disetir oleh negara lain.
“Jika betul Lady Gaga berhasil mendapatkanVisa, maka pihak imigrasi bisa mencabut kembali Visa yang sudah diberikan (post mager) dengan alasan keamanan. Bagaimanapun imigrasi punya aturan sendiri. Tentu saja, pihak imigrasi punya kewenangan penuh, tanpa rekomendasi atau pertimbangan dari institusi hukum atau pihak lain untuk mencabut Visa seseorang jika dianggap berbahaya dan mengancam keamanan di negeri ini.
Dubes AS Lebay
Seperti diberitakan sebelumnya, Dubes Amerika Serikat (AS) Scott Marciel mendatangi Mabes Polri dan DPR RI yang menawarkan diri untuk mengirim tim keamanan ke Polri guna membahas keamanan konser Lady Gaga. Suatu hal yang tak pernah dilakukan pemerintah AS pada konser-konser penyanyi asing asal Amerika lainnya.
Menanggapi hal tersebut, Mustofa menilai intervensi Duta Besar AS untuk Indonesia yang berupaya melobi Polri dan DPR agar memberi rekomendasi diizinkannya konser Lady Gaga di Jakarta, sebagai tindakan yang berlebihan. "Saya kita itu sesuatu yang lebay. Sebelumnya, tidak pernah ada pentas artis dari Luar Negeri, sampai harus melibatkan kedubes negaranya dengan mendatangi dua institusi tersebut (Polri dan DPR. Ini sudah diplanningkan. Ini bukti,di balik konser Lady Gaga, ada misi khusus yang ingin disampaikan. Biasanya, ketahuannya belakangan.”
Mustofa juga mempertanyakan, kenapa Lady Gaga dihadirkana pada bulan Rajab, bulan sucinya umat Islam. Secacara bersamaa, muncul gerakan massa muda sambil membawa atribut “We Won Lad Gaga” seraya berteriak histeris. Jelas, ini sesuatu yang janggal. Padahal kita tahu, sosok Lady Gag yang selama ini dikenal sebagai selebritis penghancur moral, icon pornografi, dan pemuja setan. Ini Indonesia, bukan Amerika
Lady Gaga, kata Mustofa, tidak seperti artis asing lainya. Gaga punya ciri khas berbeda, yakni berpotensi merusak iman semua agama, mengganggu kerukunan umat beragama, membawa symbol-simbol zionis. Karena itu, seharusnya, yang melek itu bukan hanya umat Islam dan ormas Islam, tapi juga dari kalangan Kristen. Padahal, di luar negeri, kelompok Kristen konservatif dan LSM Budhis melakukan aksi penolakan. Ini aneh.
Ketika ditanya, sejauh mana Zionis Yahudi terlibat dalam konser Lady Gaga? Mustofa menegaskan, Zionis Internasional sesungguhnya sudah lama menancap di negeri ini. Mereka akan nebeng di segala ini dan di semua negara. “Kita tahu, di Indonesia, banyak sekali yang menjadi agen Zionis Yahudi. Termasuk promotor dan musisi yang dikuasai zionis, dimana mereka menjadi agen-agennya. Inilah strategi zionis yang menyusup melalui jalur budaya,” bongkar Mustofa.
Mustofa yang juga kader Muhammadiyah ini curiga, pihak promotor Lady Gaga telah melakukan kebohonga publik. Dia menjual tiket sebelum ada izinnya. Jangan-jangan hal ini sering dilakukan dengan bendera yang berbeda. Saya menduga, ada yang membekingi promotor tersebut. Tak dipungkiri, ada promotor yang merupakan anak pejabat, sehingga dibekingi oleh orang kuat.
Meski baru Pimpinan Wilayah yang menyatakan sikap penolakan Lady Gaga, namun PP Muhammadiyah juga akan mengambil sikap yang sama. “Mengingat Pak Ketua Umum, Din Syamsudin masih berada di luar negeri, sehingga ini hanya soal waktu saja. Ormas Islam terbesar di Indonesia seperti Muhammadiyah wajib menyampaikan penolakannya terhadap kemungkaran. Kami takut Allah marah, sehingga yang terkena azab bukan hanya orang yang ingkar, tapi kita semua. Itulah sebabnya Muhammadiyah menolak Lady Gaga,” ujar Mustofa. Desastian