BIMA (voa-islam.com) - Ahad, 27 Mei 2012 Cuaca di kota Bima panas, dan semakin panas dengan HIP (Halqah Islam dan Peradaban) yang diadakan oleh DPD II Kota Bima Hizbut Tahrir Indonesia. Siang itu HIP mengangkat tema aktual terkait terorisme dan deradikalisasi, merespon kejadian di Bima dalam kasus salah tangkap pelaku terorisme. Ruangan sesak karena peserta yang datang membludak sehingga panitia harus menambah kursi.
HIP ke-3 itu menghadirkan pembicara dari ketua JAT Nusa Tenggara ustadz Abdul Hakim. Menyinggung tema di atas ia mengatakan bahwa Bima bukanlah sarang teroris, akan tetapi sarang pejuang penegakan syariah Islam dari zaman dulu hingga hari ini.
Pembicara kedua adalah Harits Abu Ulya, pemerhati kontra terorisme dari CIIA (The Community Of Islamic Ideology Analyst). Ia pun membeberkan konspirasi dibalik proyek deradikalisasi yang digawangi oleh BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme).
Menurutnya deradikalisasi adalah upaya deislamisasi yang akan membawa kearah sekulerisme. Dan sasaran tembak deradikalisasi ini adalah Umat Islam secara keseluruhan, karena dalam persepsi BNPT sumber terorisme adalah ide-ide radikal dalam Islam.
Dalam usahanya BNPT berusaha melakukan 'monsterisasi' ide-ide radikal tersebut dan akan menjadikan non muslim hatta umat Islam phobi dengan Islam (islamophobia).
Selanjutnya, pembicara ketiga adalah Wahyudi al Maroky dari Pamong Institute yang menyoroti peran media dalam opini deradikalisasi. Ia mengatakan bahwa media terlibat aktif dalam rangka proyek derikalisasi yang menggiring opini umum seolah-oleh memang ide-ide radikal adalah biang terorisme.
Padahal akar masalah terorisme adalah hegemoni AS di dunia Islam hingga mengakibatkan keimiskinan, ketidakadilan, otoritarianisme ala demokrasi dan golbalisasi. Faktor-faktor inilah yang menagkibatkan perlawanan kepada AS dan sekutunya. [shalahuddin]