View Full Version
Ahad, 17 Jun 2012

Konflik Suriah bukan Kepentingan Politik tapi Kepentingan Islam

JAKARTA (voa-islam.com) - Ada saja yang menghembuskan opini di kalangan umat Islam bahwa konflik yang terjadi di Suriah adalah semata-mata kepentingan politik. Negara-negara Sosialis seperti Rusia dan Cina dituding berada dibalik konflik Suriah melawan hegemoni Kapitalis AS di Timur Tengah.

Ulama kelahiran Suriah, Syaikh Syaikh Ghayyats Abdul Baqi membantah analisa tersebut dalam acara kajian Majelis Taqarrub Ilallah yang diselenggarakan FUI di Masjid Baiturrahman, Jl. Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, pada hari Sabtu (16/5/2012).

Syaikh Ghayyats sebagaimana diterjemahkan oleh ustadz Abu Harits, memandang bahwa konflik di tanah kelahirannya tersebut murni demi kepentingan Islam.

“Konflik yang terjadi di Suriah bukan sekedar konflik politik  namun murni kepentingan ad dien (agama Islam), bahwasanya kaum muslimin di negeri Suriah setelah bertahun-tahun berada di bawah tekanan rezim Nusairiyah yang undang-undang mereka terapkan bertentangan dengan Islam,” ungkap Syaikh Ghayyats saat menjawab pertanyaan jurnalis voa-islam.com.

Umat Islam yang berusaha melakukan revolusi melawan rezim diktator Bashar Al Assad menuntut hak mereka untuk mengembalikan Suriah kepada syari’at Islam.

“Undang-undang yang mereka buat adalah campuran dari orang-orang Yahudi, orang-orang kafir, orang-orang Majusi dan seterusnya. Oleh karenanya kaum muslimin yang ada di Suriah menuntut hak-hak mereka untuk kembali kepada Islam yang hakiki dan kembali kepada keadilan Islam,” jelasnya.

Ia menambahkan, revolusi negara-negara Timur Tengah juga telah menginspirasi umat Islam Suriah memperjuangkan kebebasan mereka setelah ditindas bertahun-tahun oleh Hafizh Assad dan anaknya Bashar Al Assad.

“Selama bertahun-tahun pula mereka mengalami penindasan dari rezim (Assad) maka mereka menuntut kebebasan sebagaimana yang terjadi pada negeri-negeri Arab tetangganya,” imbuhnya [Ahmed Widad] 


latestnews

View Full Version