Jakarta (Voa-Islam) - Hilal Ahmar Society Indonesia mengabarkan, hingga akhir April 2012, jumlah korban terbunuh akibat peluru-peluru pasukan militer negara telah mencapai lebih dari 13.000 orang. Bahkan anak-anak kecil pun terbunuh karena mereka menuliskan di tembok-tembok sekolah mereka: “Kita ingin kebebasan..Kita ingin merdeka.. dan kami tidak ruku dan sujud kecuali kepada Allah.”
Tentara Bashar Al-Asad memaksa para kaum muslimin yang ditawab dipenjara untuk menyebut danmemgakui bahwa Bashar Asad adalah satu-satuny sesembahan (tuhan). “Qul La Ilaha illa Bashar” (katakana, tidak ada tuhan selain Bashar). Jika mereka menolak, penyiksaan yang keji sudah menanti mereka.
Suriah bergolak sejak 15 Maret 2011. Berbagai demonstrasi dilakukan oleh rakyat di sejumlah kota dan desa. Rakyat menuntut atas kesamaan hak, kebebasan dan kehidupan yang aman. Mereka juga menuntut kebebasan bersuara dan negara yang beradab, negara untuk hidup sejahtera tanpa penindasan dan ketakutan akan jeruji besi penjara.
Gelombang protes ini bermula ketika munculnya gelombang reformasi di Arab yang berawal dari Tunisia. Ketika reformasi sudah mencapai Suriah, para penduduk kota kecil di selatan turun ke jalan untuk memprotes penyiksaan terhadap mahasiswa. Pemerintah mengatasi demo tersebut dengan kekerasan. Presiden Bashar Al-Asad sebagai pewaris diktator ayahnya Hafezh Al-Asad kemudian mengirimkan senjata berat dan tank untuk menindas pemrotes.
Dalam perkembangannya, pada bulan Desember 2011, ribuan tentara kemudian membelot dan mulai melancarkan serangan terhadap pemerintah. PBB menilai Suriah diambang perang saudara. Pemerintahan oposisi di pengasingan kemudian dibentuk, diberi nama Dewan Nasional Suriah. Internal Dewan yang tidak terlalu kuat akhirnya terpecah berdasarkan garis ideologis, etnis atau sectarian. Pada dasarnya semuanya sepakat untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Asad.
Para pengikut Asad, sebagian besar elit khusus militernya berasal dari sekte Alawiyyin, yaitu kelompok minoritas di negara yang mayoritas adalah Sunni. Kemudian para pengikut Asad tersebut di bawah pimpinan sang presiden,dan Menteri Dalam Negeri Suriah, meliputi 17 lembaga militer negara, intelijen, dan pasukan khusus kepresidenan membunuh para demontsran yang tak berdosa. Para demotsran turun ke jalan dengan telanjang dada, tanpa membawa batu, tongkat ataupun senjata lainnya. Mereka hanya berteriak: “Damai…Tanpa kekerasan… Kebebasan …Kehormatan Negara.”
Hingga akhir April 2012 jumlah korban terbunuh akibat peluru-peluru pasukan militer negara telah mencapai lebih darti 13.000 orang. Bahkan anak-anak kecil pun terbunuh.
Para wanita yang memprotes kebijakan pemerintah juga ikut terbunuh, tercatat dari korban keseluruhan yang terbunuh, sekitar 23% nya adalah wanita, begitu juga para lanjut usia (lansia) ikut menjadi korban kebiadaban tentara-tentara Bashar Al Asad.
Cara-cara pembinasan yang dilakukan oleh paramiliter pun sangat mengerikan. Sekitar 10 ribu jiwa terbunuh karena ledakan bom, martir, dan granat. Tubuh mereka terbakar dan hancur. Ada sekitar 8 orang yang mati karena keracunan gas air mata saat demonstrasi, kemudian sekitar 318 orang terkena tembakan sniper. Belum lagi, ada 500-an orang yang meninggal karena disiksa tentara. Masih banyak lagi peristiwa-perrtistiwa yang diakibatkan oleh militer Suriah sehingga menewaskan sipil di sana.
Korban tewas yang paling banyak adalah di kota Homs, Hama, Idlib, Daraa, Dir as-Zuur, Damaskus, dan kota-kota lainnya. Di Homs pada 26 April 2012 tercatat mencapai 4.308 jiwa, sedangkan 75 jiwa tewas di kota Hama dan 480 jiwa di Idlib. Lalu korban-korban sisanya jatuh di kota-kota dan desa-desa lain di Suriah. Kebanyakan dari mereka yang tewas adalah orang Suriah asli dan terdapat dua orang wartawan Eropa dan satu asal Amerika.
Jumlah korban selalu mengalami peningkatan tiap bulannya. Pada awal kejadian di bulan Maret 2011 tercatat sebanyak 121 orang. Lalu di bulan April 2012 terjadi peningkatan sampai 1.784 orang, Diperkirakan mulai ahun 2012, sekitar 80-100 orang tewas dalam sehari.
Di penjara-penjara Suriah, terdapat lebih dari 100.000 orang tidak diketahui nasibnya, antara yang telah dibunuh, disiksa dan yang masih hidup. Yang jelas, Militer Suriah melakukan sekian penindasan di dalam penjara. Penindaan itu berupa pemukulan, penyiksaan, dan pemerkosaan. Semua itu dilakukan dengan cara yang sadis dan kejam.
Pasukan militer negara juga telah menangkap lebih dari 70.000 orang yang sebagian besar dari mereka adalah para aktivis kampus, guru, dokter, pengacara, para ulama dan juga cendekiwan yang umumnya berusia muda.
Ada sekitar 20.000 tawanan politik yang saat ini berada dalam penyiksaan militer. Selain itu ada pula sekitar 20.000 orang yang terluka akibat peluru-peluru militer, bahkan sebagian dari mereka cacat dan buntung.
Mengutip dari AFP, terdapat sekirar 25.000 orang pengungsi yang tersebar di sekitar wilayah Suriah. BBC memberitakan, para pengungsi yang menuju perbatasan utara Libanon, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak yang ditembaki oleh militer Suriah. Kepala bidang politik PBB mengatakan, sekitar 100.000-200.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Syabihah
Perlu diketahui, Syabihah (Pasukan Hantu) yang selama ini dicitrakan sebagai kelompok paramiliter Alawiyyin, terkenal sebagai momok yang menakutkan. Mereka telah bertindak sebagai aparat tidak resmi bagi rezim Al-Asad. Kelompok ini adalah orang-orang bersenjata yang setia kepada Al-Asad dan geng semi-kriminal yang terdiri dari para preman yang dekat dengan rezim. Syabihah melancarkan operasi, terutama di Aleppo.
Menurut seorang warga Suriah, sebenarnya Syabihah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk geng yang terlibat dalam penyelundupan selama pendudukan Suriah di Lebanon. Menurut penuturan sejumlah saksi dan pengungsi dari wilayah barat laut, Syabihah telah muncul kembali selama revolusi.
Sejak Juni 2011 Pemerintah Suriah melakukan kampanye bumi hangus, membakar ladang dan tanaman, menggeledah rumah, dan penembakan secara membabi buta.
Pada 11 Januari 2012, dalam sebuah aksi dukungan pro Pemerintah yang digerakkan oleh rezim Bashar al-Asad di Damaskus, terdapat slogan yang menyerukan “Syabihah selamanya, demi kerelaanmu, Asad”. Sementara pada April 2012, aktivis kelompok HAM Huquq Ihsan juga menyatakan bahwa Syabihah telah beroperasi di Homs. Seorang saksi juga mengatakan, bahwa Syabihah bertanggungjawab atas kematian 21 orang di sana selama dua hari. Desastian/Hilal Ahmar