View Full Version
Kamis, 21 Jun 2012

Novel Khairul Ghazali Mencaci Ustadz Ba'asyir & Memuat Kebohongan

JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam bedah buku “Kabut Jihad” tulisan narapidana terorisme Khairul Ghazali, di Hotel Borobudur, Jl. Lapangan Banteng Selatan No.1, Jakarta Pusat, kebobrokan novel setebal 370 halaman tersebut ditelanjangi.

Pagi hari pukul 09.00 WIB acara bedah buku pun dimulai didahuli sambutan oleh Kepala BNPT, Ansyaad Mbai. Seolah begitu pentingnya novel fiktif ini, BNPT selaku sponsor menghadirkan para intelektual bergelar professor dan doktor, diantara mereka yang hadir adalah; Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono (guru besar Psikologi UI dan staf ahli BNPT), Prof. Dr. Muhammad Baharun (Ketua Komisi Hukum MUI Pusat dan guru besar Sosiologi Agama) dan  Dr. Ahmad Syafi’i Mufid (Litbang Depag) yang hadir terlambat.

Kali ini BNPT sengaja juga mengundang para tokoh gerakan Islam sebagai pemberi tanggapan seperti ustadz Muhammad Achwan (Amir Binniyabah JAT), ustadz Son Hadi (Direktur JMC) dan ustadz Abu Rusydan.

Sementara di meja peserta hadir berbagai perwakilan ormas dan gerakan Islam seperti FPI, MMI, Khilafah, JAT bahkan ikatan alumni Afghanistan yang ditengah-tengah mereka hadir Nasir Abbas.

Khairul Ghazali memang tak pernah menyentil thaghut, bagaimana mungkin menyentil thaghut? Sedangkan ia terang-terangan membela thaghut (baca: Mereka Bukan Thaghut).

Sudah tidak ada kejujuran dalam buku ini. Ini sangat tendensius, secara halus ingin memojokkan ustadz Abu dengan jama’ahnya

 

Sebaliknya, ustadz Muhammad Achwan justru mengungkap jika dalam novel “Kabut Jihad” Khairul Ghazali begitu menebar kebencian dengan mencaci ustadz Abu Bakar Ba’asyir (dalam novel digambarkan sebagi tokoh Abdul Somad) lewat kata-kata sarkasme.

“… tapi realita, tega-teganya seorang murid mengatakan –walaupun ini cerita pak Syukur- tapi kok saya mengisahkan dalam buku tidak tega. Apakah ujung-ujungnya nanti bukan Khairul Ghazali yang menebar kebencian? Saya bacakan halaman 169:

Lidah ustadz Somad sudah merobek-robek persaudaraan, kehangatan dan manisnya kasih sesama muslim. Bahkan boleh jadi lidahnya sudah melecehkan kejujuran, kebenaran yang konsekwensinya adalah berhadapan dengan Sang Pemilik Kebenaran. Terbayang sosoknya yang tinggi dengan mulut dan lidahnya berbusa-busa menjelaskan dan mentafsiri ayat-ayat Al Qur’an dengan mata terbeliak-beliak dan kerut-merut di dahi menandakan kesungguhan. Sementara saat itu juga api kebencian dinyalakan dengan marak. Tunggu waktu untuk memuntahkan lahar. Menyapu bersih ukhuwah dan menebarkan teror. Dengan lidahnya yang merah tanpa tulang itu pula yang menari-nari kesana kemari menebar kebencian. Tiba-tiba pak Syukur merasa muak. (novel Kabut Jihad hal. 169) ” ungkap ustadz Achwan.

Ustadz Achwan juga mempertanyakan apa tujuan Khairul Ghazali menuangkan kisah tersebut dalam novel. “ini tujuannya apa?” tanyanya.

Ia juga memandang kisah dalam novel ini bukan mengungkap fakta namun penuh kebohongan, alasannya ustadz Abu Bakar Ba’asyir tak pernah mengenal tokoh pak Syukur dalam novel tersebut bahkan Khairul Ghazali sendiri. Lebih dari itu novel ini juga dinilai sangat tendensius memojokkan ustadz Abu dan JAT.

“Kapan beliau bertemu dengan orang-orang yang terulis di sini, kalau tidak mengambil dari BAP? Ustadz Abu kemarin saya tanya; saya tidak kenal Ghazali, saya tidak kenal pak Syukur dan tidak pernah ketemu saya untuk menulis buku ini. Sudah tidak ada kejujuran dalam buku ini. Ini sangat tendensius, secara halus ingin memojokkan ustadz Abu dengan jama’ahnya,” tandasnya. [Ahmed Widad]


latestnews

View Full Version