JAKARTA (voa-islam.com) - Ustadz Abu Rusydan menyatakan bahwa peluncuran novel “Kabut Jihad” tulisan Khairul Ghazali merupakan bagian strategi licik BNPT dalam upaya deradikalisasi.
“Jadi kalau beliau hari ini mau mengajak diskusi fair mari kita diskusi dengan cara fair. Bagaimana melawan jihad, mengupayakan deradikalisasi berangkat dari sebuah novel? Absurd, imajiner, fiktif. Sementara kita membicarakan deradikalisasi, ini menurut saya bukti ketidakadilan dan ketidak-fair-an BNPT. BNPT licik dalam urusan ini! Bagaimana kita serius dengan selengeannya Khairul Ghazali?” ujarnya dalam diskusi peluncuran novel “Kabut Jihad” di Hotel Borobudur, Jl. Lapangan Banteng Selatan No.1, Jakarta Pusat, pada hari Rabu (20/6/2012).
Ia mengingatkan Khairul Ghazali agar bersikap adil dalam membicarakan masalah jihad. “Beliau mengajak supaya bagaimana kita dengan alasan jihad jangan melakukan fai, merampok dan sebagainya. Sebaliknya jangan dengan alasan meluruskan pengertian tentang jihad anda melakukan delegitimasi terhadap ajaran jihad maupun pelaku jihad, harus adil kita,” tutur ulama asal Kudus yang disinyalir pernah menjadi petinggi Jamaah Islamiyah ini.
Sementara kita membicarakan deradikalisasi, ini menurut saya bukti ketidakadilan dan ketidak-fair-an BNPT. BNPT licik dalam urusan ini! Bagaimana kita serius dengan selengeannya Khairul Ghazali?
Ustadz Abu Rusydan mengisahkan dialog antara dirinya dengan ustadz Abdullah Sungkar saat hendak dikirim berjihad di Afghanistan yang tujuannya merupakan bagian dari tarbiyah agar nantinya bisa diajarkan kepada umat Islam di Indonesia.
“Kalau hari antum bertanya kepada saya; ya ustadz, bagaimana kalau saya ingin melaksanakan ibadah jihad di Indonesia? Saya jujur saya katakan saya tidak mengerti. Tetapi saya punya kewajiban untuk mengantarkan bahtera generasi antum ini ke medan-medan jihad supaya antum sekalian melihat sendiri peragaannya, seperti kalian melihat peragaan wudhu dan shalat, bagaimana jihad itu diwujudkan. Hari ini yang paling dekat Afghanistan," kenangnya.
Dari kisah tersebut terungkap bagaimana tulusnya tujuan pengajaran jihad. Ia juga sepakat dengan para penanggap lainnya bahwa Khairul Ghazali dalam novelnya justru begitu tendensius dan bahkan telah melakukan delegitimasi terhadap jihad.
Jadi ini ayyuhal ikhwah yang perlu dicatat. Keliru sekali apa yang digambarkan oleh Khairul Ghazali. Saya setuju itu tendensius. Tadi saya mengatakan beliau sedang melakukan delegitimasi,” paparnya. [Ahmed Widad]