View Full Version
Rabu, 27 Jun 2012

Agar Tidak Mubazir, Saatnya Kaum Muslimin "Perang Gerilya"

JAKARTA (VoA-Islam) – Ketua Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Jakarta, Ustadz Nanang Ainurrofiq Lc, mengatakan, sampai kapanpun musuh-musuh Allah akan terus melakukan makar dan provokasi terhadap kaum muslimin dalam menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini. Untuk itu, umat Islam jangan terpancing dengan stigma-stigma yang mereka hembuskan.

“Makar dan provokasi itu sudah dilakukan musuh Allah sejak dulu.  Padahal, gerakan separatis di Papua yang hingga saat ini terus melakukan makar, tidak pernah disebut-sebut sebagai pusat makar. Sementara itu di Solo, pemerintah terus memberi stigma teroris dan makar, hanya karena Solo adalah basis gerakan Islam yang ingin tegaknya syariat Islam di bumi Indonesia,” kata Ust Nanang.

Modus kebencian mereka terhadap Islam terus terulang, dari mulai provokasi hingga boikot.  Untuk menghadapi musuh-musuh Islam itu, kaum muslimin harus mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan yang ada. “Kalau mereka mengganggu melalui opini, maka umat Islam harus membalas dengan opini pula. Meski resistensi tak bisa dihindari pada akhirnya.”

Menurut Nanang, sudah saatnya umat Islam melakukan “perang gerilya”, yakni suatu metode pertempuran antara orang yang lemah melawan yang kuat. Ketika kaum  muslimin dalam keadaan lemah dan tidak punya kekuatan secara politis, hendaknya bersikap cermat, penuh perhitungan, tidak melakukan hal-hal yang mubazir, baik tenaga, waktu, amunisi,dan sebagainya.

Dengan perang gerilya, pejuang muslim dapat berbaur dengan masyarakat, sehingga kekuatan mereka bisa terlindungi di tengah masyarakat. Dengan masuknya ke tengah masyarakat, diharapkan urusan jihad tidak hanya dibicarakan oleh segelintir orang, tapi semua komponen kaum muslimin.

Sementara itu, musuh Islam terus menciptakan strategi kontra gerilya, yakni memisahkan pejuang muslim dari masyarakat  dengan cara menciptakan resistensi-resistensi, stigma garis keras, teoris, dan sebagainya. Itu dilakukan untuk memperlemah kekuatan kaum muslimin.

Pembenahan Ke dalam

Ustadz muda yang satu ini mengaku terus melakukan evaluasi dan pembenahan JAT sebagai organisasi dakwah. Menurutnya, banyak pelajaran yang harus diperbaiki dalam rangka menegakkan syariat Allah melalui tahapan-tahapan dakwah. "Dalam kondisi apapun, kami akan terus memikirkan dan mempersiapkan kekuatan kaum muslim."

Ketika ditanya soal friksi di kalangan ikhwan, Ainurrofiq menyerukan, agar kaum muslimin tidak terjebak, terhadap bentuk provokasi yang bisa melemahkan perjuangan itu sendiri. Saat ini, umat Islam harus konsentrasi dalam hal dakwah wal idad. Jangan sampai konflik internal di kalangan terbatas menjadi konsumsi publik, sehingga menyebabkan terpecah-belahnya kaum muslimin.

“Untuk membangun kekuatan (energi) yang besar dan kemampuan untuk berjihad, hendaknya dilakukan secara simultan, bukan sporadis. Jika dilakukan secara sporadis, biasanya akan timbul tenggalam. Oleh karena itu harus simultan,” tandas Nanang.

Sejak badai fitnah melanda anggota JAT, organisasi dakwah ini, seperti diakui Nanang, terus melakukan pembenahan dan konsolidasi internal. “Pihak luar melihat, seolah JAT vakum. Setelah berbenah ke dalam, JAT berupaya untuk kembali bangkit dengan menjalin interaksi dengan gerakan Islam lain yang sejalan.”  

Di tingkat bawah, badan-badan JAT sudah mulai bergerak  dengan memperkuat lini. Tentu saja, ada sanksi jika ada anggota yang melanggar syariat. Namun jika menyangkut perbedan pandangan, strategi  dan kebijakan, akan diberi keleluasan untuk mendengar aspirasi anggota sehingga tersalurkan dengan baik.

Dikatakan Nanang, semua aktivitas yang dilakukan kaum muslimin harus disikapi sebagai bagian dari dakwah. Momentum dakwah ini harus dimanfaatkan untuk menyampaikan Islam seluas-luasnya,mulai dari level bawah hingga pejabat paling atas. Dengan demikian, terjadi kristalisasi di masyarakat, mana yang benar-benar memperjuangkan dan membela Islam, dan mana yang berhadap-hadapan dengan kaum muslimin.“Kaum muslimin hendaknya bahu membahu dalam menyampaikan dakwah . Tidak boleh saling mematahkan program sosialisasi dakwah,” imbau Ketua JAT Jakarta mengingatkan.  Desastian


latestnews

View Full Version