JAKARTA (VoA-Islam) – Sungguh mengejutkan, hasil riset yang dilakukan Ar Rahman Qur’an Learning (AQL) tahun 2006-sekarang, ternyata hanya 15persen umat Islam yang mempunyai Al Qur’an. Sedangkan yang membaca terjemah Al Qur’an hingga khattam hanya 2 persen saja. Kenapa bisa terjadi?
Menurut Ketua Ar Rahman Al Qur’an Learning Islamic Center (AQLIC) Ustadz Bachtiar Nasir, itu tanda umat Islam tidak butuh Qur’an. Umat Islam yang tidak menyelesaikan membaca terjemah Al Qur’an menandakan derajat banga ini begitu rendah.
“Kondisi inilah yang membuat saya terpanggil, dan ingin menjadikan AQL sebagai sarana dakwah untuk mengembalikan masyarakat kepada Al Qur’an. Itulah sebabnya, saya lebih suka disebut sebagai guru ngaji saja,” ujar Ustadz Bachtiar.
Salah satu program yang dimiliki AQL Islamic Center adalah Program Wakaf Al Qur’an. Saat ini AQL telah mewakafkan Al Qur’an sebanyak 75.000 buah. Salah satu mitra yang diajak kerjasama adalah lembaga dakwah AFKN pimpinan Ustadz Fadzlan Garamatan. Untuk Irian Jaya, AQL telah mewakafkan Qur’an sebanyak 10-20 ribu buah.
Konsepnya adalah memiliki, membaca, memahami, mengamalkan, menghayati dan metadabbur Al-Qur’an. Karena itu, AQL tak hanya membagi-bagikan Al Qur’an secara cuma-cuma, tapi juga memberikan workshop untuk memberi pemahaman (understanding) masyarakat terhadap Al-Qur’an. Tak terkecuali, menyediakan 200 orang guru ngaji untuk mengajarkan Al Qur’an.
Melalui AQL Islamic Center yang dipimpinnya, Ustadz Bachtiar berupaya sasaran dakwahnya bisa diterima oleh lapisan masyarakat dari berbagai usia dan profesinya, tidak hanya kalangan menengah ke atas, tapi juga menengah ke bawah. Ia menghimbau, Al Qur’an ditanamkan kepada anak-anak sejak dini.
“Kepada anak-anak, terangkan kisah tentang mukizat Al Qur’an. Bagi orang yang berpendidikan atau akademis, jelaskan analisisis dan panduan kehidupan yang tertuang dalam Al Qur’an. AQL bukan sekedar memberantas buta aksara Al Qur’an, tapi juga buta makna Al-Qura’n. Juga tidak menjadikan Al Qur’an semata ritual, melainkan juga fungsional. Jika Al Qur’an belum dijadikan sebagai acuan, terlalu jauh kalau kita bicara khilafah Islamiyah.”
“Keunggulan Islamic Center AQL adalah One Stop Service di bidang Qur’an, mulai dari baca tulis, tajwid, tafsir, tadabbur quran, hingga wakaf Qur’an, semuanya bermodul dengan paket-paket yang kita buat. Pengajarnya dari lulusan Madinah, Mesir, Sudan, Yaman, hingga Gaza University. Santri yang belajar tidak dipungut biaya. Ada donasi dan kegiatan kewirausahaan yang dimiliki AQL.
Ketika ditanya wartawan, bagaimana komentar Ustadz tentang Korupsi pengadaan Al-Qur’an oleh Kemenag? Ustadz Bachtiar Nasir mengatakan, kualitas manusia yang melakukan hal itu, derajatnya lebih rendah dari keledai. Desastian