SOLO (voa-islam.com) – Menjelang bulan Ramadhan akan tiba, masjid-masjid dan seluruh lembaga atau instansi elemen umat Islam seperti berlomba-lomba untuk menyemarakkan dan menyambut kedatangannya. Hal ini tak terkecuali seperti apa yang dilakukan oleh di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Surakarta.
Kamis pagi hingga siang (19/7/2012) bertempat di Aula MAPK MAN 1 Surakarta yang terletak disebelah timur Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) Surakarta, MAN 1 Surakarta bekerjasama dengan LSM Lazuardi Birru dari Jakarta mengadakan acara Seminar dan Bedah Buku.
Pembicara yang didaulat untuk mengisi seminar dan bedah buku ini adalah Riri Khariroh, MA. selaku Research Manager Lazuardi Birru, Dr. Muhammad Wildan selaku Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sekaligus peneliti Terorisme dan KH. M. Dian Nafi selaku pengasuh Ponpes Al Muayyad Windan Surakarta.
Sebelum ketiga narasumber tersebut memberikan pemaparannya seputar terorisme dan radikalisme, acara seminar dan bedah buku dibuka dengan sambutan terlebih dulu dari perwakilan MAN 1 Surakarta dan prolog sekaligus moderator acara dari pihak Lazuardi Birru yang diwakili oleh Syafik.
Riri Khariroh sebagai pemateri pertama mempromosikan website Lazuardi Birru di melalui Fan Page Facebook, Twitter, Youtube, Blog, dan lainnya
Selain itu, wanita kelahiran kabupaten Rembang Jawa Tengah ini juga mengenalkan TV Birru Lazuardi Birru yang bisa dibuka dan diunduh secara online gratis melalui internet. Yang menarik dari akhir pemaparannya yaitu dia mengenalkan E-Book dalam website Lazuardi Birru tersebut, sembari menitipkan pesan kepada para peserta yang hadir agar menolak dan menjauhi segala macam bentuk terorisme dan radikalisme yang mana teroris dan terorisme semuanya mengarah kepada ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Muhammad Wildan sebagai pemateri kedua melalui makalahnya yang berjudul “Menolak Terorisme” memaparkan tentang apa, tujuan, seluk beluk, sejarah, kemunculan dan siapa saja yang rawan terlibat aksi terorisme dan gampang “dijaring” oleh para teroris.
Kesimpulan yang disampaikan dalam penjelasannya dia mengajak agar umat Islam khususnya anak-anak muda untuk menolak segala bentuk terorisme dan “menebarkan Islam santun”.
Namun, secara garis besar apa yang disampaikan Wildan juga tidak jauh beda dengan pemaparan pemateri pertama. Intinya mengajak masyarakat untuk menolak dan menjauhi segala macam bentuk terorisme dan radikalisme yang mana penjelasannya bahwa aksi terorisme yang dia contohkan semuanya mengarah kepada para mujahidin baik luar maupun dalam negeri dalam melawan segala kekejaman tirani penguasa zalim.
Pemateri terakhir, M. Dian Nafi yang didaulat untuk mengulas dan membedah seputar 2 buku terbitan Lazuardi Birru. Melalui slide makalahnya menjelaskan tentang awal mula tindak kekerasan dan aksi terorisme itu karena ketidakadilan dan kemakmuran yang tidak merata ditengah-tengah masyarakat. Akan tetapi diakhir penyampaian dan kesimpulan yang dihasilkan juga tidak jauh beda dengan pemateri yang pertama ataupun yang kedua.
Bahkan apa yang disampaikan Dian Nafi seolah-olah seperti menjadi kepanjangan lidah BNPT dengan menerangkan program-program deradikalisasi yang biasanya dijalankan oleh BNPT.
Hanya saja program deradikalisasi tersebut kini dipropagandakan Lazuardi Birru dengan merubah nama menjadi “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” agar lebih diterima masyarakat.
Sebelum berakhir, para peserta diberikan buku secara gratis sebagai bentuk kampanye Lazuardi Birru dalam program deradikalisasi.
Bila diperhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh ketiga narasumber Lazuardi Birru tak ubahnya sebagai bentuk kampanye dan menuduh bahwa agama Islam adalah sumber terorisme. Hal ini didasarkan dari contoh-contoh bentuk aksi terorisme dan para teroris yang disampaikan oleh ketiga pemateri itu semuanya dikaitkan dengan Islam, menyasar umat Islam dan dikampanyekan ke tengah umat Islam, tidak kepada umat non muslim lain. [Bekti/Voa]