DEPOK (VoA-Islam) – Ketahuilah, keimanan seseorang bisa batal, hanya karena mengucapkan perkataan yang mungkar. Sebagai contoh, ucapan seorang suami kepada istrinya, punggung istriku seperti punggung ibuku. Atau ucapan seperti semua agama dikatakan sama. Inilah yang dinamakan mencampurkan keimanan dengan kemusyrikan.
“Padahal Allah menuntut kita untuk memiliki iman yang murni, yang tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang syirik, sekalipun sedikit. Sangat disayangkan, berislam tapi masih percaya dan menggunakan pawing hujan. Maka, bersihkanlah segala debu dan atribut syirik yang ada dalam keimanan kita. Sekali-kali jangan pernah menganggap remeh sesuatu yang mungkar,” ungkap Ustadz Tizar Zein dalam Kuliah Dhuha Special Ramadhan di Masjid Ukhuwah, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Ahad (22/7) pagi.
Menurut Tizar Zein, mempelajari Islam tanpa amal tak ubahnya seorang orientalis yang menjadikan Islam sebagai alat kepentingan. Islamolog asal Belanda seperti Snouck Hurgronje, misalnya, justru berupaya menghancurkan Islam dari dalam. Itulah sebabnya, ilmu dan amal tak bisa dipisahkan.
“Maka, berbahagialah, umat Islam yang masih diberi kesempatan untuk menjumpai Ramadhan tahun ini. Tidak ada tahu, apakah tahun depan kita akan menemui kembali Ramadhan, bulan yang mulia ini. Maka bersyukurlah, umat Islam yang bergairah di bulan suci Ramadhan,” demikian dikatakan
Tak dipungkiri, negeri ini telah didominasi oleh kaum sekuler. Dalam kondisi itu, umat Islam Indonesia tidak memahami Islam secara utuh. Akibatnya, berislam, namun mencampurkan antara hak dengan yang batil. “Alam demokrasi, nyatanya telah mengacak-acak kita dalam beragama. Sidang Isbat saja harus dengan voting,” ujar Ustadz Tizar memberi contoh. Desastian