JAKARTA (VoA-Islam) – Ramadhan adalah moment bagi mujahid dakwah untuk menyegarkan kembali dari kondisi futur (melemah) menjadi lebih bergairah, baik dalam hal beramal maupun berdakwah. Futur yang berkepanjangan, akan membuat seorang aktivis dakwah menjadi antipati, traumatik, dan bermalas-malasan.
Dalam Kitab Lisanul Arab, futur bermakna diam setelah giat, dan lemah setelah semangat. Secara terminologis, futur ialah sebuah kendala yang menimpa para aktivis dakwah. Efek buruknya berupa “inqitha” (terputusnya aktivitas) setelah istimsar (kontinu) dilaksanakan. Sedangkan efek minimalnya adalah timbulnya sikap acuh tak acuh, berkembangnya rasa malas, berlambat-lambat dan terlampau santai.
Amal yang paling disenangi oleh Rasulullah Saw adalah amal yang dikerjakan secara kontinu oleh pelakunya. Namun tak dipungkiri, jika grafik keimanan seorang aktivis dakwah terkadang naik, terkadang turun. Dalam Islam, kondisi inilah yang disebut dengan futur.
Abdullah bin Mas’ud pernah meratap tatkala “menderita” suatu penyakit pada akhir hayatnya. Beliau berujar, “Sesungguhnya aku menangis, lantaran diriku diserang penyakit ini pada saat futur.
Fenomena futur ini menjadi permasalahan tersendiri, hingga Rasulullah saw bersabda: “Wahai Abdullah, janganlah engkau seperti fulan, sebelum ini ia rajin bangun pada malam hari (shalat tahajjud), namun kemudian ia tinggalkan sama sekali.” (HR. Bukhari, dalam Kitab al-Fath al-Basri No. 1152, 3/37).
Sebuah riwayat dari Abdullah bin Amar ra, Rasulullah Saw pernah bersabda: “Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnah (petunjuk)-ku, maka dia telah beruntung. Namun, barangsiapa yang beralih kepada yang lain, berarti ia telah celaka.” (Musnad Imam Ahmad)
Ibnu al-Qayyim ra berkata: “Saat-saat futur bagi seorang yang beramal adalah hal wajar yang harus terjadi. Tatkala masa futur seseorang masih membawa kea rah muraqabah (pengawasan oleh Allah) dan pembenahan langkah, dan selama ia tidak keluar dari amal-amal fardhu, dan tidak melaksanakan sesuatu yang diharamkan oleh Allah, diharapkan ketika pulih, ia akan berada dalam kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sekalipun, sebenarnya, aktivitas ibadah yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin oleh seorang hamba tanpa terputus.”
Rasulullah juga mengingatkan, “Amal yang paling disenangi oleh Rasulullah Saw adalah yang dikerjakan secara terus menerus oleh pelakunya.”
Boleh jadi, penyebab seseorang menjadi malas adalah karena terlalu memanjakan perut. Umar bin Khattaab ra sampai berkata: “Jauhilah oleh kalian rasa kenyang dalam makan dan minum. Karena sesungguhnya hal tersebut dapat merusak tubuh, pembawa penyakit dan menjadikan malas untuk shalat…”
Gambaran Mujahid Futur
Jasim bin Muhammad bin Muhalhil al-Yaasin dalam bukunya yang berjudul “Waspada terhadap Penyakit Futur” : analisis, sebab akibat dan terapinya”, menjelaskan gambaran kaum muslimin yang terjangkit futur. Ada kontradiksi dalam dirinya. Di satu sisi memelihara diri dari percikan kotoran najis, namun ia tidak memelihara diri dari kotoran ‘ghibah’ (mengumpat keburukan orang lain) dan dusta.
Ada pula manusia yang banyak mengeluarkan sedekah, namun di sisi lain ia tetap mempraktekkan transaksi riba. Ada pula yang rajin bertahajud pada malam hari, namun ia sering mengundur-undur waktu shalat wajib.
“Mereka seperti saudara-saudara Yusuf as, tatkala memasuki kota Mesir dan mengikat mulut-mulut ontanya agar tidak memakan makanan yang bukan milik mereka. Namun mereka lupa, mencampur adukkan antara sikap wara’ (berhati-hati dari dosa) dan menyambar makanan yang bukan milik mereka,” kata Jasim.
Seorang aktrivis dakwah seyogianya memiliki mental yang kokoh dan tekad yang kuat, sehingga ketika dihadapi oleh situasi sulit, ia tidak akan berhenti di tengah jalan, atau mundur dari jalan dakwah. Aktivis dakwah yang tak dibekali mental yang kuat, akan merasakan bahwa jarak perjalanan dakwah ini begitu jauh, sehingga langkahnya menjadi letih dan semangatnya lambat laut memudar.
Perlu kiranya untuk bernostalgia pada masa-masa awal ketika perjalanan dakwah sedang bergairah-gairahnya. Ini diperlukan untuk mengasah semangat guna melanjutkan perjuangan yang belum usai. Al Junaid pernah berkata: “Betapa rindunya aku pada saat-saat awal.” Maksudnya, saat ia merindukan masa awal, ketika memiliki kegigihan semangat dalam memperjuangkan agama Allah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang aktivis dakwah menjadi futur: Jika hidup ditengah masyarakat yang malas, maka akan tertular oleh kemalasan. Kesalahan yang pernah dilakukan atau dianggap sebagai kesalahan, menyebabkan seorang aktivis dakwah lebih memilih diam, hingga timbul lah sikap antipati yang berujung pada sikap enggan dan malas.
Sikap kurang percaya diri aktivis Islam dalam menghadapi tantangan dakwah dan aktivitas yang jumud (menjemukan) juga menjadi faktor penyebabnya futur. Sikap pragmatis dan munculnya perselisihan di tingkat pimpinan, dan kurangnya komunikasi di tingkat bawah, membuat aktivis dakwah menjadi tak bersemangat. Berkurangnya sarana dan perencanaan, serta minimnya SDM dan tanggungjawab yang diemban menambah hilangnya rasa percaya diri para aktivis dakwah. Sehingga memilih jalan sendiri-sendiri.
Lantas, apa yang harus dilakukan aktivis dakwah agar tidak futur? Diantaranya melakukan hal-hal berikut ini: Berdoa kepada Allah agar diberi pertolongan dan kemudahan dalam menjalankan risalah dakwah. Seperti halnya Nabi Nuh as ketika memohon kepada Rabb-Nya: “…Sesungguhnya aku dikalahkan, maka berilah pertolongan.”
Selanjutnya, jangan terlampau sering beristirahat. Imam Hasan al-Banna pernah berkata: “Mujahid yang tidur sepenuh kelopak matanya, yang makan sepenuh kunyahannya, yang tertawa sepenuh lebar sudut mulutnya, yang menghabiskan waktunya dalam senda gurau yang tiada berguna, mustahil akan termasuk orang-orang yang menang atau tidak mungkin dicatat sebagai anggota mujahidin.”
Imam Ahmad pernah ditanya. “Kapan seorang hamba dapat istirahat?” Beliau menjawab, “Ketika awal kaki menginjak Surga.” Bahkan Imam Hasan al-Banna menyebutkan karakteristik seorang mujahid sebagai berikut: Ia adalah sosok yang telah menyiapkan diri dengan perbekalan, dikuasai oleh pemikiran terhadap sesuatu yang menjadi obsesi jiwanya dan dinding-dinding hatinya, selalu dalam keadaan berfikir, perhatiannya selalu di atas kaki kewaspadaan, jika diseru ia menjawab, jika dipanggil ia penuhi panggilan itu….”
Tak kalah pentingnya adalah menyusun program dakwah disertai mengevaluasi kekurangan dan kelemahan dari pelaksanaan program yang telah direncanakan. Karenanya, aktivis dakwah jangan alergi dengan kritik yang disampaikan kepadanya. Juga penting, agar membaca kembali sejarah kejayaan kaum muslimin di masa lalu, sambil mempelajari kiat-kiat keberhasilannya. Serta mau memberi maaf kepada sesama aktivis dakwah yang pernah berselisih.
Nasihat Rasulullah
Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kalian aku beritahu dengan sesuatu yang lebih utama daripada derajat puasa, shalat dan shadaqah? Para sahabat berkata, “Tentu saja wahai Rasulullah.” Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Yaitu memperbaiki hubungan dengan manusia, jika hubungan dengan manusia sudah rusak, maka hal itu adalah pencukur, yang aku maksudkan bukan mencukur rambut, akan tetapi mencukur agama.” (HR. Turmudzi, hadits shahih).
Dalam hadits yang lain, Rasulullah Saw bersabda: “Pintu Surga dibuka setiap Senin dan Kamis. Maka diampunilah semua hamba yang tidak menyekutukan Allah. Kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya ada percekcokan. Kemudian dikatakan, “Tahanlah kedua orang ini hingga mereka berbaikan.” (HR. Muslim).
“Tidak halal bagi seorang Muslim bermusuhan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu kemudian saling menghindar satu sama lain. Yang paling baik dari keduanya adalah yang memulai salam.” Demikian sabda Rasulullah Saw.
Abu Darwis Al-Khaulani berkata, ia pernah mendengar sahabat Nabi Saw, Hudzaifah bin Yaman berkata: “Wahai Rasulullah, kami dahulu berada dalam kondisi jahiliyah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kepada kami kebaikan pada agama ini, apakah setelah kebaikan ada keburukan?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ya.”
Sahabat bertanya lagi, “Apakah setelah keburukan ada kebaikan lagi?” Rasulullah kembali menjawab, “Ya dan padanya terdapat asap.”
Sahabat bertanya, apakah asap itu? Rasulullah Saw bersabda: “Yaitu sekelompok orang yang memberi petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau akan mengetahui mereka dan engkau akan mengingkari mereka.”
Sahabat bertanya, “Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan lagi?” Rasulullah menjawab: “Ya, orang-orang yang menyeru ke pintu-pintu jahannam, siapa saja yang menanggapi seruannya, maka mereka akan mencampakkannya ke dalam jahannam.”
Sahabat bertanya lagi, “ Ya Rasulullah, beritahukanlah ciri-ciri mereka kepada kami.” Rasulullah menjawab,”Mereka adalah sama kulitnya dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita.”
Sahabat bertanya lagi,” Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mengetahui mereka?” Rasulullah menjawab,” Engkau harus komit dengan jama’ah kaum muslimin dan imam mereka.”
Sahabat kembali bertanya, “Jika tidak ada lagi jama’ah kaum muslimin dan imamnya bagaimana?” Rasulullah menjawab: “Hindarilah dirimu dari semua kelompok, sekalipun engkau harus mengigigit akar pohon hingga engkau mati dalam keadaan seperti itu.” (HR. Bukhari) Desastian