View Full Version
Senin, 30 Jul 2012

Eks Universitas Paramadina & Bekas Murid Cak Nur Itu Diteriaki Turun

JAKARTA (VoA-Islam) – Dalam bedah buku terbaru Artawijaya berjudul #Indonesia Tanpa Liberal di Toko Buku Islam Walisongo, seorang alumnus Universitas Paramadina dan pernah menjadi murid Nurcholish Madjid alias Cak Nur (alm), Ahad (29/7) kemarin, yang diberi kesempatan untuk menyampaikan padangannya, diteriaki salah salah seorang jamaah yang mengikuti acara bedah buku terbitan Al Kautsar tersebut.

Saat menyampaikan pendapatnya, lelaki yang kini sedang menyelesaikan S3-nya di Rusia itu, berseberangan pendapat dengan pandangan yang diungkapkan Artawijaya seputar sikap liberal dan plural Cak  Nur.  Menurut K (nama inisial), ungapan Artawijaya itu cenderung berbau fitnah. “Banyak orang yang kemudian mencatut pemikiran Cak Nur,” ujarnya.

Alumnus Paramadina jurusan filsafat itu kemudian menjelaskan Islam dalam sudut pandang filsafat, bahkan terkesan liberal. Belum sampai lima menit, tiba-tiba salah seorang jamaah interupsi, berteriak, seraya mendesak agar pembicara kedua itu agar turun dari panggung, dan berhenti berbicara. “Saya minta anda turun. Dalam Islam itu tidak ada filsafat. Anda sudah ngaco,” ujar jamaah kesal. Kekesalan terhadap pembicara kedua, juga ditunjukkan oleh jamaah yang lain. Akhirnya, turunlah bekas murid  Cak Nur itu, sehingga tidak mendapat kesempatan untuk mengungkapkan padangan filsafatnya yang liberal.

Di ruang diskusi itu, jamaah lain berbisik, “Saya kira, orang liberal tobat. Eh, gak tahunya pemikirannya berbahaya. Betul-betul liberal,” ujar jamaah kecewa.

Artawijaya, mantan wartawan Majalah al-Mujtama’, Ahad kemarin, meluncurkan buku terbarunya  berjudul #Indonesia Tanpa Liberal. Acara diselenggarakan di Masjid Toko Buku Walisongo, Jakarta. Judul #Indonesia Tanpa Liberal diambil untuk menyadarkan masyarakakat bahwa kelompok liberalis bukan hanya Jaringan Islam Liberal (JIL). Banyak LSM-LSM yang didanai asing tidak kalah bahaya dari JIL.

“LSM-LSM liberal di Indonesia, menurutnya, sering berkolaborasi dengan asing untuk menyudutkan Islam.Ketika Dewan HAM PBB mengatakan Indonesia negara intoleran, yang memberikan data-data adalah LSM dari Indonesia,” tegasnya.

Istilah Islam liberal sendiri menurut Arta, bermasalah. Karena terminologi ini tidak pernah dikenal dalam Islam.“Islam itu tidak liberal, liberal juga bukan Islam. Alumnus Ponpes Persis Bangil ini kemudian mengkritik muslim yang sudah berpikiran liberal dengan menyeleraskan nilai-nilai demokrasi dengan Islam.“Kita harus meyakini sistem Islam, sistem buatan, seperti demokrasi, telah gagal,” ujarnya.

Artawijaya memberitahukan,  umat Islam tengah dihadapkan pada persoalan RUU Kesetaraan Gender yang digodok di DPR, dimana RUU ini diback-up oleh kelompok pengusung virus Sepilis. Bukan tak mungkin, RUU ini adalah pesanan asing dengan tujuan merusak keyakinan umat Islam dan memecah belah bangsa ini. Karena itu, setelah mewaspadai keberadaan LSM-LSM yang membawa misi merusak keyakinan Islam, umat harus waspada terhadap upaya-upaya intervensi asing kepada lembaga-lembaga negara, seperti DPR, Mahkamah Konstitusi, dan Mahkamah Agung. Lembaga-lembaga negara inilah yang terus berupaya mereka tekan, desak, dan kuasai.

“Jika lembaga-lembaga tersebut berhasil mereka tekan dan kuasai, kemudian lahirlah produk hukum dan perundang-undangan yang liberal, maka negeri ini tinggal menunggu azab Ilahi,” ujarnya.


latestnews

View Full Version