BOGOR (VoA-Islam) - Raja dangdut Rhoma Irama yang dituduh menebar SARA dalam ceramahnya beberapa waktu lalu di Masjid Al Isra, Tanjung Duren, Jakarta pada Ahad (29/7) lalu, mengatakan, ajakan memilih pemimpin yang seiman bukanlah sebuah kampanye hitam. Meskit dipojokkan, Rhoma menegaskan, dirinya siap menanggung konsekuensi atas tudingan ceramah SARA-nya itu. Bahkan masuk penjara sekalipun.
Menurut Rhoma, apa yang disampaikan dalam isi ceramahnya tidak termasuk unsur SARA. Sebab, hal itu disampaikan dalam wadah Islam dan hanya kepada umat Islam. “Saya ceramah di hadapan umat muslim bukan nonmuslim. Dan tegaskan bahwa saat menyampaikan ceramah itu hanya menyampaikan ayat yang tertuang di Alquran. Saya siap menerima konsekuensi,” ujar ayah Ridho Irama itu usai mengisi Tablig Akbar di Masjid Raya, Jalan Pajajaran, kemarin, Jumat (3/8).
Rhoma mengingatkan bahwa ceramahnya dalam kapasitas sebagai seorang ulama, bukan bagian tim kampanye pasangan Foke-Nara. Namun dia tidak menampik banyak warga yang menyangka dirinya adalah bagian dari tim kampanye Foke. “Saya bukanlah bagian dari tim kampanye pasangan Foke-Nara, apalagi juru kampanye, saya tidak memihak siapa pun,” kilahnya.
Rhoma tak menghadiri panggilan Panwaslu terkait kontroversinya itu, karena sedang berada di tempat lain, untuk menghadiri undangan tausiah, sehingga tidak memenuhi panggilan tersebut. “Saya tidak mangkir, acara ini jauh sebelum isu SARA tersebut, jangan dilebih-lebihkan,” ungkapnya.
Rhoma juga menegaskan, dirinya sadar betul dengan isi ceramahnya dan tidak memiliki motif apapun selain ingin menyampaikan kebenaran. Namun, ia mengaku tak menyangka ceramah tersebut akan dipermasalahkan oleh Panwaslu DKI. "Apakah hal itu salah? Saya hanya menyampaikan kebenaran," kata Rhoma saat dihubungi wartawan.
Yakin tidak salah, Rhoma menyatakan tidak khawatir dengan panggilan dari Panwaslu DKI. Ia merasa ceramahnya adalah kewajibannya selaku ulama bagi umat muslim Jakarta. Bahkan sang Raja Dangdut itu akan menangani kasusnya sendirian tanpa bantuan pengacara. Ia pun mengaku menolak bantuan hukum yang ditawarkan oleh berbagai pihak."Tim Foke-Nara dan sekitar 5 kelompok lain menawari saya bantuan hukum. Namun saya tolak semua karena saya tidak takut," tegas ayah pedangdut Ridho Rhoma tersebut.
Sebetulnya, Rhoma bukan yang pertama, para ustadz yang berceramah di masjid-masjid juga sempat menyampaikan tausyiah yang sama. Di Masjid Al-Muttaqin, Kemayoran Jakarta Pusat, misalnya. Ustad Fahmi Albuqorih mengatakan bahwa ia khawatir Jakarta akan terkena bencana alam jika dipimpin oleh pimpinan non muslim."Kalau Jakarta dipimpin non muslim, maka bisa saja jakarta seperti Padang dilanda gempa dan banjir bandang," kata ustad tersebut. Desastian/dbs