View Full Version
Rabu, 29 Aug 2012

Kontras Berkilah, Demi Minyak Kaum Syiah Harus Diusir dari Sampang

JAKARTA (VoA-Islam) - Dalam sebuah situs resmi Ahlul Bait Indonesia (ABI), seorang tokoh Syiah menulis satu artikel terkait kerusuhan sektarian di Sampang dengan judul, "Beban Sejarah Syiah Sampang. Dalam artikel itu, ia menyoroti bagaimana beban sejarah pertikaian Sunni-Syiah masa silam harus ditanggung oleh komunitas Syiah di dunia, tidak hanya di Sampang.

Situs milik kaum Syiah itu mengutip hasil investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Media online Okezone.com, 8/03/2012, merilis berita temuan Kontras Surabaya tentang fakta-fakta bahwa konflik Sampang ini sengaja diciptakan untuk eksplorasi minyak dan pengembangan investasi di kawasan tersebut.

Meski menolak disebut sebagai hasil akhir, Kontras setidaknya menemukan adanya skenario yang mengarah kepada pelancaran eksplorasi minyak, di antaranya ialah pembangunan jalan menuju tempat eksplorasi. Jalan itu, dalam data yang didapat Kontras, menabrak Dusun Nangkernang sekitar 2-3 kilometer dari jalan utama. Selain itu, dugaan diperkuat dengan adanya survei Seismik oleh pihak Pertamina terhadap dua rumah milik warga.

Sehingga, menurut Kontras, konflik ini memang sengaja diciptakan untuk "mengusir" warga yang tinggal di Dusun Nangkernang agar mengosongkan kampung. Secara kebetulan warga yang tinggal di kawasan itu sebagian besar adalah penganut Syiah di bawah pimpinan Ustad Tajul Muluk.

Meski temuan dan dugaan Kontras tersebut dirilis pada bulan Maret 2012, nyatanya 5 bulan kemudian, yaitu Agustus 2012, warga Syiah kembali menjadi korban kekerasan dengan isu SARA. Tercatat 2 korban tewas akibat konflik terbaru ini.

Menurut penulisnya, jika dugaan Kontras itu benar adanya, maka peristiwa Sampang seakan mengulang kembali teori konspirasi di balik kekerasan etnis Rohingya dan perang yang dilancarkan oleh Amerika terhadap Afghanistan dan Irak. Di mana, menurut teori konspirasi, apa yang terjadi di balik kekerasan etnis Rohingya, dan kobaran perang "Paman Sam" di Afghanistan dan Irak adalah demi alasan penguasaan terhadap sumber alam, yang kemudian dibalut dengan berbagai dalih.

IJABI Membela Kaumnya

Ketua Dewan Syura Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) sekaligus pembina pesantren Syiah, Jalaludin Rakhmat menceritakan, peringatan Maulid Nabi di Sampang yang digelar  Tajul Muluk pada 9 April 2007 silam, dihadang oleh 5.000 orang. Mereka meminta polisi membubarkan acara tersebut. Satu bulan kemudian, Tajul Muluk dilantik sebagai Ketua Umum IJABI Kabupaten Sampang periode 2007-2010, sedangkan kakaknya Roisul Hukama sebagai Dewan Penasehat IJABI.

“Namun karena adanya konflik keluarga akibat persoalan cinta, Rois kemudian pindah ke Sunni. Dia pindah ke pihak lawan Tajul Muluk untuk membangun kekuatan buat mengalahkan adiknya. Jadi dia meluaskan konflik keluarga dengan memanfaatkan potensi konflik agama,” kata Jalaludin.

Akibat konflik keluarga itulah, Kamis 29 Desember 2011, pesantren milik warga Syiah di Nangkernang, Sampang, Madura, dibakar massa. Tajul Muluk, pemilik pesantren Syiah yang dibakar massa itu, terusir dari kampungnya. Belum cukup deritanya, ia juga divonis dua tahun penjara atas tuduhan penistaan agama oleh Pengadilan Negeri Sampang.

Kini, konflik serupa kembali berulang. Minggu 26 Agustus 2012, saat 20 anak dari pemukiman Syiah di Desa Karang Gayam Madura yang bersekolah di Bangil Pasuruan, hendak kembali ke pesantren mereka di Pasuruan usai merayakan Idul Fitri di Sampang.

Murid-murid dan orang tua yang mengantarkan mereka, tiba-tiba dihadang oleh kelompok massa yang menggunakan 30 sepeda motor. Siswa Syiah yang sudah naik angkutan umum itu disuruh turun, sedangkan yang mengendarai kendaraan dipaksa pulang ke rumah mereka masing-masing.

Massa bahkan mengancam akan membakar angkot yang ditumpangi para siswa itu. Kelompok Syiah yang kemudian melawan, membuat massa makin beringas sehingga bentrokan tidak terhindarkan.Desastian/dbs


latestnews

View Full Version