JAKARTA (VoA-Islam) – Sungguh tidak fair dan mengherankan sikap kelompok liberal terhadap persoalan kemanusiaan di negeri ini. Giliran kasus Rohingya dan Suriah mereka bungkam, namun untuk kasus Sampang, mereka berteriak soal HAM.
Kelompok Kerja Advokasi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan (Pokja AKBB) Jawa Timur dalam keterangan persnya menjabarkan kronologi peristiwa berdarah yang terjadi Minggu 26 Agustus 2012. Tentu saja, kronologis yang disampaikan kelompok liberal ini mengikuti selera dan kepentingan mereka yang tak berimbang. Berikut cerita yang dikarang-karang AKKBB terkait Sampang.
Pukul 08.00 WIB
Jemaah Syiah berkumpul di rumah Ust. Tajul Muluk. Mereka melakukan persiapan untuk mengantar sejumlah 20 anak menuju Pasuruan. Ke-20 anak tersebut berencana kembali menuntut ilmu di Yayasan Pesantren Islam (YAPI), Bangil, Pasuruan. Jemaah Syiah tersebut menyewa sebuah minibus untuk mengantar anak mereka.
Pukul 10.00 WIB
Rombongan anak jemaah Syiah berangkat menuju Bangil, Pasuruan. Belum sampai keluar gerbang desa Karang Gayam, minibus dihadang oleh sekitar 500 orang. Mereka memaksa rombongan mengurungkan niat berangkat ke Pasuruan. Saat itu, terjadi perang mulut antara massa penghadang dengan jemaah Syiah Sampang. Sejumlah massa kemudian melempari minibus dengan batu. Selain itu, massa juga membakar ban minibus tersebut. Jemaah Syiah yang berada di dalam minibus kemudian berlarian pulang ke rumah untuk menyelamatkan diri.
Pukul 10.30 WIB
Massa anti Syiah kemudian mengurung rumah Ust. Tajul Muluk, tempat jemaah Syiah bersembunyi. Seorang jemaah Syiah bernama Muhammad Hasyim alias Hamamah keluar menghampiri massa anti Syiah untuk mengajak berunding. Namun, tiga orang yang diajak berunding justru mengeroyok Hamamah seketika itu juga. Hamamah terkena sabetan celurit di perutnya hingga terjatuh ke tanah.
Setelah itu, tiga orang lainnya ikut menyerang Hamamah. Melihat Hamamah dikeroyok oleh enam orang massa anti Syiah, seorang jemaah Syiah bernama Muhammad Thohir ikut membantu menyelamatkannya. Namun, Muhammad Thohir juga terkena sabetan celurit di bagian punggung. Ia menderita luka sobek sepanjang 20 cm di bagian punggung hingga tulang punggungnya terlihat. Hamamah akhirnya meninggal dunia akibat luka celurit di perutnya dan di lehernya yang sampai mau putus, sedangkan Muhammad Thohir kondisinya kritis.
Pukul 10.45 WIB
Sebanyak 500 orang dari massa anti Syiah langsung merangsek maju dan melempari rumah Ust. Tajul Muluk dengan batu. Massa juga memukul beberapa jemaah Syiah dengan kayu. Banyak perempuan dan anak-anak yang terluka akibat lemparan batu dari massa anti Syiah.
Sebagian jemaah Syiah Sampang menyelamatkan diri ke gedung SDN 4 Karang Gayam. Tetapi, beberapa jemaah Syiah yang panik akhirnya melarikan diri menuju gunung dan rumah saudaranya. Sejumlah anggota kepolisian, Brimob, dan Koramil yang ada dilokasi hanya diam dan duduk-duduk melihat penyerangan tersebut.
Pukul 11.00-17.00 WIB
Massa anti Syiah mulai membakar rumah. Tak hanya terjadi di Desa Karang Gayam. Aksi penyerangan dan pembakaran juga dilakukan di tempat lain, yaitu Desa Bluuran. Penyerangan di dua desa tersebut dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan. Bahkan beberapa ekor sapi, sejumlah motor, dan kendaraan milik jemaah Syiah juga ikut terbakar bersama rumah mereka. Jumlah rumah yang habis dibakar memang masih simpang siur.
Pihak kepolisian mengatakan bahwa 32 rumah dibakar. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara tim investigasi dengan korban, lebih dari 50 rumah jemaah Syiah habis dibakar. Termasuk rumah Ust. Iklil Al-Milal (adik Ust. Tajul Muluk) di Desa Bluuran yang ikut dibakar massa anti-syiah. Setelah aksi pembakaran tersebut berhenti, hanya tersisa 5 rumah jemaah Syiah yang tidak dibakar oleh massa.
Pukul 17.30 WIB
Sebagian jemaah Syiah yang menyelamatkan diri di gedung SDN 4 Karang Gayam akhirnya dievakuasi menuju Polres Sampang dengan menggunakan truk Kepolisian.
Desastian/viva