JAKARTA (voa-islam.com) - Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat. Di tengah desakan umat Islam agar Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebagai otoritas yang diakui pemerintah terkait persoalan umat Islam, untuk mengeluarkan fatwa sesat terhadap organisasi Syiah, Kang Jalal, pentolan Syiah di Indonesia justru menyatakan bahwa pemerintah mendukung keberadaan Syiah.
Dalam wawancara dengan situs viva.co.id, Ahad 2 September 2012, Jalal yang belakangan mulai terang-terangan mengaku sebagai tokoh Syiah Itsna Asyariyah di Indonesia mengatakan bahwa hubungan pemerintah dengan Syiah berjalan cukup baik, paling tidak secara politis.
...Saya misalnya pernah dikirim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai wakil Syiah untuk ke luar negeri
Pria berkaca mata tebal ini kemudian mengungkapkan, "Saya misalnya pernah dikirim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai wakil Syiah untuk ke luar negeri," ujarnya.
Selain itu, terang Jalal, jika Kementerian Luar Negeri mengirimkan perwakilan Syiah untuk acara di luar negeri, maka dirinyalah yang dikirim sebagai delegasi."Syiah sesungguhnya diakui. Kami punya organisasi yang diakui secara resmi oleh negara. Kami juga terdaftar di Kementerian Dalam negeri," terangnya bangga.
Secara terbuka, dalam wawancara tersebut, Jalal juga menceritakan, sekitar satu atau dua tahun lalu pernah ada ulama mengirim surat kepada presiden untuk membubarkan Syiah. Surat itu, kata Jalal, mendarat dulu di Sekretariat Negara. Pihak Setneg kemudian memanggil Jalal, yang ketika itu memberi penjelasan tentang Syiah. "Dan Alhamdulillah, pihak pemerintah mendukung kami," ujarnya.
...Dan Alhamdulillah, pihak pemerintah mendukung kami
Dalam kesempatan wawancara itu, Jalaluddin kembali melontarkan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana. Ketika ditanya, mengapa di Sampang selalu terjadi konflik antar Syiah dan Sunni, Jalal mengatakan, karena di Sampang Syiah minoritas."Karena di sana merupakan kantong Syiah terkecil. Karena orang umumnya berani kepada yang lemah. Coba kalau mereka menyerang Syiah di Bandung?" kata Jalal.
Pria yang pernah ditolak sebagai kandidat doktor UIN Makassar oleh para ulama di Sulsel ini, menyatakan dengan tegas agar penganut Syiah menolak untuk direlokasi. "Relokasi adalah tahap kedua sebelum genosida, sebelum dibunuh. Paling tidak relokasi menunjukkan secara tegas bahwa they must not be here. Oleh karena itu kami anjurkan agar orang Syiah tidak boleh direlokasi," tuturnya. [Widad/Arta]
Jalaluddin Rakhmat: Presiden SBY Pernah Kirim Saya Sebagai Wakil Syiah ke Luar Negeri
Pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia, Jalaluddin Rakhmat. Di tengah desakan umat Islam agar Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebagai otoritas yang diakui pemerintah terkait persoalan umat Islam, untuk mengeluarkan fatwa sesat terhadap organisasi Syiah, Kang Jalal, pentolan Syiah di Indonesia justru menyatakan bahwa pemerintah mendukung keberadaan Syiah.
Dalam wawancara dengan situs www.viva.co.id , Ahad 2 September 2012, Jalal yang belakangan mulai terang-terangan sebagai tokoh Syiah Itsna Asyariyah di Indonesia mengatakan bahwa hubungan pemerintah dengan Syiah berjalan cukup baik, paling tidak secara politis. Pria berkaca mata tebal ini kemudian mengungkapkan, "Saya misalnya pernah dikirim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai wakil Syiah untuk ke luar negeri," ujarnya.
Selain itu, terang Jalal, jika Kementerian Luar Negeri mengirimkan perwakilan Syiah untuk acara di luar negeri, maka dirinyalah yang dikirim sebagai delegasi. "Syiah sesungguhnya diakui. Kami punya organisasi yang diakui secara resmi oleh negara. Kami juga terdaftar di Kementerian Dalam negeri," terangnya bangga.
Secara terbuka, dalam wawancara tersebut, Jalal juga menceritakan, sekitar satu atau dua tahun lalu pernah ada ulama mengirim surat kepada presiden untuk membubarkan Syiah. Surat itu, kata Jalal, mendarat dulu di Sekretariat Negara. Pihak Setneg kemudian memanggil Jalal, yang ketika itu memberi penjelasan tentang Syiah. "Dan Alhamdulillah, pihak pemerintah mendukung kami," ujarnya.
Dalam kesempatan wawancara itu, Jalaluddin kembali melontarkan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana. Ketika ditanya, mengapa di Sampang selalu terjadi konflik antar Syiah dan Sunni, Jalal mengatakan, karena di Sampang Syiah minoritas."Karena di sana merupakan kantong Syiah terkecil. Karena orang umumnya berani kepada yang lemah. Coba kalau mereka menyerang Syiah di Bandung?" kata Jalal. Pria yang pernah ditolak sebagai kandidat doktor UIN Makassar oleh para ulama di Sulsel ini, menyatakan dengan tegas agar penganut Syiah menolak untuk direlokasi. "Relokasi adalah tahap kedua sebelum genosida, sebelum dibunuh. Paling tidak relokasi menunjukkan secara tegas bahwa they must not be here. Oleh karena itu kami anjurkan agar orang Syiah tidak boleh direlokasi," tuturnya. (zal/salam-online.com)