View Full Version
Sabtu, 08 Sep 2012

Pelajan dari Kisah Nabi Yusuf AS: Sungguh Fakta itu Bisa Direkayasa

SOLO (voa-islam.com) - Dalam kajian rutin Jum’at pagi di masjid Fauziah komplek Madrasah ‘Aliyah Putra Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Solo (7/9/2012), Ustadz Wahyudin menjelaskan tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.

Kisah tersebut yaitu ketika Nabi Yusuf AS akan dibuang dan bahkan diantara saudaranya ada yang berniat untuk membunuhnya. Sebuah ‘ibroh yang jika dilihat dari waqi’iyah (kondisi) zaman dulu, sebetulnya sangat sesuai dengan realita sekarang ini.

Saat ini, masyarakat dan khususnya umat Islam selalu disuguhi dengan “sebuah fakta rekayasa” dari setiap kejadian yang menimpa umat Islam, khususnya terkait kasus terorisme.

Kisah tersebut dimulai ketika Nabi Ya’qub AS melihat ada sesuatu yang beda dari diri anaknya yang bernama Yusuf dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Perbedaan yang dilihat Nabi Ya’qub AS yaitu kebaikan akhlaq yang terpancar pada diri Yusuf. Dari sesuatu yang beda itulah, kemudian menimbulkan rasa cinta dan perlakuan yang istimewa Nabi Ya’qub AS kepada Yusuf.

Hal itu akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan putra-putra Nabi Ya’qub lainnya. Kecemburuan sosial yang dirasakan anak-anaknya Nabi Ya’qub kepada Yusuf itu yang kemudian menciptakan niat jahat dan tipu daya atau makar anak-anaknya Nabi Yaqub AS kepada Yusuf yang merupakan saudaranya sendiri.

Akhirnya, mereka-pun bermusyawarah dan bersepakat, bagaimana caranya untuk menyingkirkan Yusuf dari kehidupan mereka, agar ayah mereka yakni Nabi Ya’qub AS kembali menyayangi mereka, memberi harta pada mereka, dan memberikan perhatian manis yang dulu pernah diberikan kepada mereka sebelum kehadiran Yusuf.

Diantara mereka (anak-anaknya Nabi Ya’qub AS), kemudian ada yang usul agar Yusuf dibunuh saja, akan tetapi ada pula diantara mereka yang tidak setuju dengan usul tersebut, dan lebih memilih untuk membuang Yusuf ketempat yang jauh yang tujuan utamanya yakni menghindarkan Yusuf dari kehidupan mereka dan ayah mereka, yakni Nabi Ya’qub AS

Berjalannya waktu, mereka-pun akhirnya dengan mantab dan sesegera mungkin menjalankan “misi dan niat jahatnya” untuk membuang Yusuf. Ketika itu, mereka punya ide atau rencana untuk mengajak Yusuf bermain-main menggembala kambing. Setelah berhasil membujuk Yusuf, mereka lalu meminta ijin kepada Nabi Ya’qub AS untuk mengajak Yusuf bermain dengan mereka.

Meski dalam diri Nabi Ya’qub AS waktu itu ada perasaan khawatir, tapi karena cerdiknya rekayasa dan bujuk rayu anak-anaknya yang meyakinkan itu, akhirnya Nabi Ya’qub AS mengijinkan anak-anaknya untuk mengajak Yusuf bermain bersama mereka.

“Itupun hasil rekayasa pula dia (saudara-saudaranya Yusuf-red) kepada ayahnya, meminta ijin untuk bermain menggembalakan kambing-kambingnya, mengajak Yusuf yang masih kecil saat itu. Tentu, orang tuanya juga khawatir, awalnya tidak mengijinkan. Tetapi rekayasa mereka (saudara-saudaranya Yusuf-red), dengan mengatakan kami akan menjaga mati-matian, masak kami sepuluh orang tidak berani kalau mengahadapi binatang buas, itu rekayasa yang mereka buat,” ungkapnya.

Ustadz Wahyudin kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa setelah anak-anak Nabi Yaqub AS lainnya berhasil membujuk Yusuf dan meminta ijin kepada Nabi Ya’qub AS untuk mengajak Yusuf bermain, mereka lantas mengerjakan niat jahatnya untuk mencelakai Yusuf dengan cara memasukkannya kedalam sumur.

“Dan sesudah dicemplungkan (dimasukkan-red) kedalam sumur, lalu dia menyembelih binatang, bajunya Yusuf itu diolesi dengan bidamin kadzib kalau Al Qur’an menyebutkan, dengan darah palsu, darah binatang. Untuk apa hal itu, untuk merekayasa, sebagai fakta, jadi fakta itu bisa dibuat,” tegas Pimpinan Ponpes Al Mukmin Ngruki Solo ini sambil menyitir Q.S. Yusuf ayat 18.
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.

Makar mereka tidak cukup hanya disitu saja, setelah “sukses” mencelakai Yusuf, mereka-pun harus memutar otak agar ayah mereka (Nabi Ya’qub AS) tidak menyalahkan mereka atas kejahatan yang barusan mereka perbuat. Akahirnya mereka membuat tipu daya lainnya dengan mengatakan bahwa Yusuf telah tewas dimakan binatang buas

“Sebagai fakta yang nantinya ditunjukkan kepada ayahnya, bahwa Yusuf benar-benar telah dimakan binatang buas. Lalu dibuatlah, fakta itu, fakta palsu,” lanjut Ustadz Wahyudin.

Agar sandiwara mereka seolah-olah itu betul dan benar adanya, kemudian dibumbui-lah kisah tersebut dengan datangnya mereka kepada Nabi Ya’qub AS sambil menangis tersedu-sedu dan dengan membawa baju gamis Yusuf yang sudah dilumuri darah palsu dari binatang yang mereka sembelih.

“Dengan pulang dalam keadaan menangis kepada ayahnya, minta maaf. Kalau Yusuf itu menjadi makanan serigala, ini bajunya berdarah-darah. Ketika kami sedang menggembalakan, lalu dia diterkam, ini bekas bajunya berdarah-darah,” jelasnya.

Akan tetapi sebagai utusan Allah, Nabi Ya’qub AS lantas tidak percaya begitu saja dengan apa yang diceritakan anak-anaknya tersebut. Nabi Ya’qub AS tetap menaruh curiga kepada putra-putranya itu, atas “tragedi” yang telah menimpa anak kesayangan Nabi Ya’qub yakni Yusuf.

“Orang tuanya, tentu karena ayahnya itu Nabi, nggak mungkin percaya begitu saja kepada fakta yang dibuat-buat, fakta buatan. Yah, akhirnya Nabi Ya’qub berkata; ‘aku akan bersabar dengan musibah ini. Karena dia (Nabi Ya’qub, red.) yakin, wamakaruu wamakarallah wallahu khoirul maakiriin..,” katanya.

Dari kisah ini tentunya bisa kita ambil ‘ibroh (pelajaran), bahwasanya setiap berita yang datang kepada kita, khususnya bagi umat Islam, berita tersebut harus kita filter dan seleksi betul sebelum kita mempercayainya dan kita sebarkan. Sebab, apa yang kita ucapkan itu tentunya akan ada efeknya dikemudian hari, baik kepada diri kita maupun pada orang yang bersangkutan.

Kemudian, ibroh kedua yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yusuf AS tersebut dan yang  menjadi penekanan dari kisah itu adalah, setiap peristiwa atau kejadian yang pada hakikatnya merupakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi, belum tentu alur cerita atau kronologi dari kejadian tersebut itu betul-betul sesuai dengan fakta yang terjadi di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

Sebab, sebagaimana kisah Nabi Yusuf AS seperti diatas, ternyata sebuah kejadian yang sudah terjadi, faktanya bisa saja di buat-buat dan di dramatisir. Bisa saja hal ini bertujuan untuk menutup-nutupi kejadian yang sesungguhnya telah terjadi, atau ada makar atau rencana jahat lainnya yang hendak dijalankan.

Faktanya dalam kisah yang menimpa Nabi Yusuf AS itu, beliau telah dicelakai oleh saudara-saudaranya dengan cara menceburkannya kedalam sumur. Tapi kisah dan “fakta” yang dibeberkan kepada Nabi Yaqub itu bahwa Yusuf telah dimakan binatang buas dan bukti dari hal itu yakni baju gamis Yusuf berlumuran darah, meskipun darah tersebut adalah darah binatang, jadi ini sisi Rekayasa atau Dramatisasinya.

Maka, kaum muslimin harus selalu waspada dengan setiap kejadian yang sedang menimpa kaum muslimin, dalam hal ini mungkin saja dalam kasus “terorisme” dan juga kabar yang disajikan oleh orang-orang kafir. Sebab, orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti untuk membuat makar kepada kaum muslimin.

“Makar itu ada dua, makarnya manusia dan makarnya Allah. Makarnya manusia itu mesti jahat, tetapi makarnya Allah adalah untuk menumpas kejahatan itu dan berujung dengan kebaikan bagi manusia,” pungkas Ustadz Wahyudin. [Abd/Kru FAI]

SOLO (voa-islam.com) - Dalam kajian rutin Jum’at pagi di masjid Fauziah komplek Madrasah ‘Aliyah Putra Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki Solo (7/9/2012), Ustadz Wahyudin menjelaskan tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam.

 

Kisah tersebut yaitu ketika Nabi Yusuf AS akan dibuang dan bahkan diantara saudaranya ada yang berniat untuk membunuhnya. Sebuah ‘ibroh yang jika dilihat dari waqi’iyah (kondisi) zaman dulu, sebetulnya sangat sesuai dengan realita sekarang ini.

 

Saat ini, masyarakat dan khususnya umat Islam selalu disuguhi dengan “sebuah fakta rekayasa” dari setiap kejadian yang menimpa umat Islam, khususnya terkait kasus terorisme.

 

Kisah tersebut dimulai ketika Nabi Ya’qub AS melihat ada sesuatu yang beda dari diri anaknya yang bernama Yusuf dibandingkan dengan anak-anaknya yang lain. Perbedaan yang dilihat Nabi Ya’qub AS yaitu kebaikan akhlaq yang terpancar pada diri Yusuf. Dari sesuatu yang beda itulah, kemudian menimbulkan rasa cinta dan perlakuan yang istimewa Nabi Ya’qub AS kepada Yusuf.

 

Hal itu akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial dikalangan putra-putra Nabi Ya’qub lainnya. Kecemburuan sosial yang dirasakan anak-anaknya Nabi Ya’qub kepada Yusuf itu yang kemudian menciptakan niat jahat dan tipu daya atau makar anak-anaknya Nabi Yaqub AS kepada Yusuf yang merupakan saudaranya sendiri.

 

Akhirnya, mereka-pun bermusyawarah dan bersepakat, bagaimana caranya untuk menyingkirkan Yusuf dari kehidupan mereka, agar ayah mereka yakni Nabi Ya’qub AS kembali menyayangi mereka, memberi harta pada mereka, dan memberikan perhatian manis yang dulu pernah diberikan kepada mereka sebelum kehadiran Yusuf.

 

Diantara mereka (anak-anaknya Nabi Ya’qub AS), kemudian ada yang usul agar Yusuf dibunuh saja, akan tetapi ada pula diantara mereka yang tidak setuju dengan usul tersebut, dan lebih memilih untuk membuang Yusuf ketempat yang jauh yang tujuan utamanya yakni menghindarkan Yusuf dari kehidupan mereka dan ayah mereka, yakni Nabi Ya’qub AS

 

Berjalannya waktu, mereka-pun akhirnya dengan mantab dan sesegera mungkin menjalankan “misi dan niat jahatnya” untuk membuang Yusuf. Ketika itu, mereka punya ide atau rencana untuk mengajak Yusuf bermain-main menggembala kambing. Setelah berhasil membujuk Yusuf, mereka lalu meminta ijin kepada Nabi Ya’qub AS untuk mengajak Yusuf bermain dengan mereka.

 

Meski dalam diri Nabi Ya’qub AS waktu itu ada perasaan khawatir, tapi karena cerdiknya rekayasa dan bujuk rayu anak-anaknya yang meyakinkan itu, akhirnya Nabi Ya’qub AS mengijinkan anak-anaknya untuk mengajak Yusuf bermain bersama mereka.

 

“Itupun hasil rekayasa pula dia (saudara-saudaranya Yusuf-red) kepada ayahnya, meminta ijin untuk bermain menggembalakan kambing-kambingnya, mengajak Yusuf yang masih kecil saat itu. Tentu, orang tuanya juga khawatir, awalnya tidak mengijinkan. Tetapi rekayasa mereka (saudara-saudaranya Yusuf-red), dengan mengatakan kami akan menjaga mati-matian, masak kami sepuluh orang tidak berani kalau mengahadapi binatang buas, itu rekayasa yang mereka buat,” ungkapnya.

 

Ustadz Wahyudin kemudian melanjutkan penjelasannya bahwa setelah anak-anak Nabi Yaqub AS lainnya berhasil membujuk Yusuf dan meminta ijin kepada Nabi Ya’qub AS untuk mengajak Yusuf bermain, mereka lantas mengerjakan niat jahatnya untuk mencelakai Yusuf dengan cara memasukkannya kedalam sumur.

 

“Dan sesudah dicemplungkan (dimasukkan-red) kedalam sumur, lalu dia menyembelih binatang, bajunya Yusuf itu diolesi dengan bidamin kadzib kalau Al Qur’an menyebutkan, dengan darah palsu, darah binatang. Untuk apa hal itu, untuk merekayasa, sebagai fakta, jadi fakta itu bisa dibuat,” tegas Pimpinan Ponpes Al Mukmin Ngruki Solo ini sambil menyitir Q.S. Yusuf ayat 18.

“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.

 

Makar mereka tidak cukup hanya disitu saja, setelah “sukses” mencelakai Yusuf, mereka-pun harus memutar otak agar ayah mereka (Nabi Ya’qub AS) tidak menyalahkan mereka atas kejahatan yang barusan mereka perbuat. Akahirnya mereka membuat tipu daya lainnya dengan mengatakan bahwa Yusuf telah tewas dimakan binatang buas

 

“Sebagai fakta yang nantinya ditunjukkan kepada ayahnya, bahwa Yusuf benar-benar telah dimakan binatang buas. Lalu dibuatlah, fakta itu, fakta palsu,” lanjut Ustadz Wahyudin.

 

Agar sandiwara mereka seolah-olah itu betul dan benar adanya, kemudian dibumbui-lah kisah tersebut dengan datangnya mereka kepada Nabi Ya’qub AS sambil menangis tersedu-sedu dan dengan membawa baju gamis Yusuf yang sudah dilumuri darah palsu dari binatang yang mereka sembelih.

 

“Dengan pulang dalam keadaan menangis kepada ayahnya, minta maaf. Kalau Yusuf itu menjadi makanan serigala, ini bajunya berdarah-darah. Ketika kami sedang menggembalakan, lalu dia diterkam, ini bekas bajunya berdarah-darah,” jelasnya.

 

Akan tetapi sebagai utusan Allah, Nabi Ya’qub AS lantas tidak percaya begitu saja dengan apa yang diceritakan anak-anaknya tersebut. Nabi Ya’qub AS tetap menaruh curiga kepada putra-putranya itu, atas “tragedi” yang telah menimpa anak kesayangan Nabi Ya’qub yakni Yusuf.

 

“Orang tuanya, tentu karena ayahnya itu Nabi, nggak mungkin percaya begitu saja kepada fakta yang dibuat-buat, fakta buatan. Yah, akhirnya Nabi Ya’qub berkata; ‘aku akan bersabar dengan musibah ini. Karena dia (Nabi Ya’qub, red.) yakin, wamakaruu wamakarallah wallahu khoirul maakiriin..,” katanya.

 

Dari kisah ini tentunya bisa kita ambil ‘ibroh (pelajaran), bahwasanya setiap berita yang datang kepada kita, khususnya bagi umat Islam, berita tersebut harus kita filter dan seleksi betul sebelum kita mempercayainya dan kita sebarkan. Sebab, apa yang kita ucapkan itu tentunya akan ada efeknya dikemudian hari, baik kepada diri kita maupun pada orang yang bersangkutan.

 

Kemudian, ibroh kedua yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Yusuf AS tersebut dan yang  menjadi penekanan dari kisah itu adalah, setiap peristiwa atau kejadian yang pada hakikatnya merupakan sebuah kejadian yang benar-benar terjadi, belum tentu alur cerita atau kronologi dari kejadian tersebut itu betul-betul sesuai dengan fakta yang terjadi di TKP (Tempat Kejadian Perkara).

 

Sebab, sebagaimana kisah Nabi Yusuf AS seperti diatas, ternyata sebuah kejadian yang sudah terjadi, faktanya bisa saja di buat-buat dan di dramatisir. Bisa saja hal ini bertujuan untuk menutup-nutupi kejadian yang sesungguhnya telah terjadi, atau ada makar atau rencana jahat lainnya yang hendak dijalankan.

 

Faktanya dalam kisah yang menimpa Nabi Yusuf AS itu, beliau telah dicelakai oleh saudara-saudaranya dengan cara menceburkannya kedalam sumur. Tapi kisah dan “fakta” yang dibeberkan kepada Nabi Yaqub itu bahwa Yusuf telah dimakan binatang buas dan bukti dari hal itu yakni baju gamis Yusuf berlumuran darah, meskipun darah tersebut adalah darah binatang, jadi ini sisi Rekayasa atau Dramatisasinya.

 

Maka, kaum muslimin harus selalu waspada dengan setiap kejadian yang sedang menimpa kaum muslimin, dalam hal ini mungkin saja dalam kasus “terorisme” dan juga kabar yang disajikan oleh orang-orang kafir. Sebab, orang-orang kafir tidak akan pernah berhenti untuk membuat makar kepada kaum muslimin.

 

“Makar itu ada dua, makarnya manusia dan makarnya Allah. Makarnya manusia itu mesti jahat, tetapi makarnya Allah adalah untuk menumpas kejahatan itu dan berujung dengan kebaikan bagi manusia,” pungkas Ustadz Wahyudin. (Abd/Kru FAI)

latestnews

View Full Version