JAKARTA (VoA-Islam) – Ribuan massa umat Islam yang terdiri dari berbagai elemen ormas Islam, siang tadi (17/9), turun ke jalan untuk mengutuk Film "Innocence of Muslims" yang menghina Nabi Muhammad SAW dan menistakan Islam buatan Yahudi AS tersebut. Aksi dimulai dengan melakukan long march dari Bunderan HI menuju Kedubes AS di Merdeka Selatan.
Sejumlah pimpinan ormas Islam secara bergiliran melakukan orasi untuk memprotes film sampah tersebut. Dalam aksi tersebut, massa sempat membakar bendera AS dan membakar ban di jalan. Sekjen FPI KH. Muhammad Al Khaththath dalam pernyataan sikapnya menyatakan, penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw adalah masalah besar bagi umat Islam. Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw tidak boleh dilakukan oleh siapapun baik Muslim apalagi non Muslim.
“Di Masa Nabi Muhammad Saw ada pemimpin Yahudi, Kaab bin Al Asyraf, yang melakukan penghinaan terhadap Nabi. Kemudian Nabi Saw menghukumnya dengan hukuman mati dengan memerintahkan Muhammad bin Maslamah untuk mengeksekusinya.
Sehubungan dengan dengan diproduksinya dan diedarkannya film “Innocence of Muslims” yang telah memicu kemarahan dan protes umat Islam di seluruh dunia, maka Forum Umat Islam (FUI) menyatakan: Menolak film tersebut dan film-film lain yang menghina Islam; Menuntut penulis skenario, produser dan sutradara film tersebut agar dihukum mati; Menuntut siapapun yang mempunyai wewenang dan kemampuan agar mengeksekusi siapapun yang menghina Islam;
FUI menuntut pemerintahan dunia Islam agar menekan Amerika Serikat untuk tidak melindungi warganya yang menghina Islam. Juga diserukan agar umat Islam bersatu padu menggalang kekuatan untuk mempertahankan kesucian Nabinya, kesucian Al Qur’an dan kesucian Islam.
Sementara itu, Front Pembela Islam (FPI) menyatakan, wajar jika umat Islam sedunia murka melihat penayangan film Innocence of Muslims di situs media sosial Youtube. “Tak ada yang tidak marah melihat film seperti itu,” kata juru bicara FPI, Munarman.
Pembuatan film Innocence of Muslims, kata dia, menunjukkan bahwa tuduhan selama ini bahwa umat Muslim sering bersikap rasis, intoleran, dan suka melakukan penghinaan adalah tidak benar. "Justru mereka yang membuat film ini yang rasis dan tidak toleran,” katanya. "Bukan Islam," kata dia.
Dalam pernyataan sikapnya, FPI menegaskan, penghina Nabi, Penoda Agama dan Penista Islam, dituntut bertobat, jika menolak maka wajib dihukum mati oleh negara. Jika negara tidak menghukum mati mereka, apalagi jika melindunginya, maka umat Islam berhak dan berkewajiban menghukum mati mereka untuk ‘Izzul Islam wal Muslimin.
Berakhir Ricuh
Saat mendekati Balai Kota, tiba-tiba massa pengunjuk rasa mencoba menerobos barikade aparat. Kericuhan pun pecah, setelah massa mendekati Kedutaan Besar AS. Untuk mengantisipasi gerak massa yang kian merangsek maju, aparat bertindak dengan menembakkan water canon dan gas air mata kepada kerumunan massa. Massa pun membalas dengan lemparan batu. Massa sempat terpecah, namun coba bertahan. Kericuhan ini berlangsung hingga sore hari.
Terbetik kabar, korban berjatuhan di kedua belah pihak, baik pihak polisi maupun pengunjuk rasa. "Dari laporan ada empat orang anggota polisi yang terluka, tapi saya belum mengetahui secara detail, nanti di cek lagi," ucap Kapolres Jakarta Pusat, Kombes AR Yoyol, di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat kepada wartawan.
Dubes AS mendapat penjagaan super ketat dari aparat. Sepertinya pihak Kedubes AS ketar-ketir dengan aksi umat Islam di depan Kedubes AS. Mereka khawatir dengan apa yang terjadi di Libya, dimana Dubes AS J Christopher Stevens untuk Libya tewas dengan cara mengenaskan.
Diberitakan sebelumnya film berjudul “Innocence of Muslims” mengundang protes di berbagai belahan dunia. Dalam film berdurasi dua jam itu Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil).
Sam Bacile (56), pembuat film itu, melibatkan 59 aktor dan 45 orang kru. Menurut AP (12/9), Sam adalah warga California, Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi Israel. Dengan bantuan dari 100 donatur Yahudi, Sam berhasil mengumpulkan dana lima juta dolar AS untuk pembuatan “Innocence of Muslims”. Dalam wawancaranya dengan media, Sam menyatakan sengaja membuat film itu. Menurutnya, dengan film ini, kelemahan Islam dapat diekspos ke seluruh dunia.
Aks unjuk rasa ini merupakan aksi protes kedua, setelah sebelumnya 500 massa dari Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mengadakan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Jumat (14/9/2012) lalu. Desastian