Jakarta (voa-islam.com) Kemenangan Jokowi-Ahok bukan menjadi berkah antara PDIP dan Gerindra, tapi mulai muncul grundelan. Grundelan yang muncul di media itu, nampaknya akan menimbulkan pecah kongsi antara Mega dengan Prabowo. Justeru kemenangan Jokowi-Ahok, tak menguntungkan tokoh PDIP Megawati, sebaliknya justeru menaikkan rating Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Letnan Jenderal Prabowo Subianto.
Dampaknya, antara tokoh kedua partai itu, PDIP dan Gerindra saling melemparkan pernyataan di media, yang nadanya sangat destruktif bagi kongsi kedua partai itu. Di mana suaminya Mega, Taufik Kiemas, jelas-jelas merasa sangat dirugikan PDIP bergandeng tangan dengan Gerindra. Sampai Taufik, mengeluarkan yang mengejutkan, dan menimbulkan berbagai spekulasi politik bagi masa depan hubungan antara PDIP dan Gerindra, yang dirajut sejak pemilihan presiden di tahun 2009, lalu.
"Saya rasa kapok juga. Kami nggak mau jadi anak kecil. Untung banyak wartawan yang ngomong, Syaiful Mujani (hasil riset Syaiful Muzani Research and Counculting) ngomong, jadi bahagia juga kita ini," jelas politisi senior PDI Perjuangan Taufik Kiemas, di gedung DPR, Jakarta, Senin (24/9/2012).
Melihat kondisi seperti ini, Taufik yang juga Ketua MPR ini mengaku kalau PDIP tidak mau lagi berkoalisi. Sebab, justru pihak lain yang diuntungkan. "Saya rasa ada pikiran seperti itu (enggan berkoalisi lagi, red). Tapi kan yang ngomong bukan kader PDIP. Pengamat. Dan membuat semangat kita untuk tidak berkoalisi lagi semakin besar," tandasnya.
Sebelumnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengatakan, kemenangan pasangan Cagub Jokowi-Ahok dalam Pemilukada DKI Jakarta lebih menguntungkan Prabowo Subianto, dibanding Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
CEO SMRC Grace Natali mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 7 sampai 11 September 2012, warga yang memberikan dukungan ke pasangan Cagub Jokowi-Ahok lebih banyak juga memberikan dukungan kepada Prabowo dibanding Megawati, dalam Pilpres di 2014.
"Yang menarik, pemilih Jokowi - Ahok, 25 persen memilih Prabowo, dan hanya 13 persen memilih Megawati sebagai Presiden," ujarnya saat rilis exit poll Pilkada DKI Jakarta, dengan tema Pilkada DKI Jakarta, Pemilu, dan Pilpres 2014, di Jakarta (23/9/2012).
Secara umum pemilih Jokowi - Ahok lebih berhubungan dengan pemilih Prabowo. Tidak pernah terjadi dalam survei nasional maupun Pilkada di daerah lain dukungan pada Prabowo jauh diatas Megawati ketika stimulasi dilakukan secara alami semi terbuka.
Grace menilai Pilkada DKI dan kemenangan Jokowi - Ahok lebih berhubungan dengan pemilih Prabowo dibanding Megawati. Pilkada DKI dan hasilnya lebih memperkuat Prabowo ditingkat massa pemilih dibanding Megawati dan tokoh lain. Benar-benar Prabowo sebagai fihak yang diuntungkan dengan kemenangan Jokowi-Ahok.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum, Partai Gerindra Fadli Zon, menegaskan bahwa Prabowo ratingnya sudah tinggi, tanpa ada pemilukada DKI, yang mengusung Jokowi-Ahok. Jadi Prabowo sudah memiliki elektebilitas yang tinggi, tanpa Jokowi-Ahok. Perang antara PDIP dan Gerindra, ekses dari pemilukada DKI, nampaknya tak dapat dihindari. af/ilh.