View Full Version
Selasa, 25 Sep 2012

Berita Metro TV Produksi Stigma Negatif Terhadap Kegiatan Rohis

JAKARTA (voa-islam.com) – Sebuah kiriman email yang diterima redaksi voa-islam.com memberitakan bahwa tayangan MetroTV dalam program Headline News, 5 September 2012, dengan tema "Awas, Ancaman Teroris Muda" melanggar Kode Etik Jurnalistik dan Standar Program Siaran (P3SPS).

Hal itu ditegaskan Indonesia Media Watch (IMW) dalam siaran pers yang diedarkan Selasa (25/9/2012).

‘’Dalam tayangan tersebut, MetroTV menayangkan infografis yang tidak ada sumbernya, sehingga terjadi simplifikasi terhadap hasil penelitian Bambang Pranowo, padahal penelitiannya berfokus pada radikalisasi," jelas Kordinator Divisi Monitoring IMW, Ardinanda, dalam siaran pers itu.

...IMW akan terus melaporkan pelanggaran Metro TV ke KPI & Kemenkominfo sampai terbitnya sanksi pencabutan izin lembaga penyiaran pengguna frekuensi publik itu

Karenanya, IMW mencermati secara serius tayangan lembaga penyiaran termasuk MetroTV yang menumpang frekuensi publik. Jangan sampai mereka merugikan publik dengan mengabaikan Undang-Undang Penyiaran dan P3SPS.

IMW terus memantau tayangan MetroTV selama 24 jam, dan berharap lembaga penyiaran itu memperbaiki diri dan meningkatkan mutu siaran.

"Kalau tidak, IMW akan terus melaporkan pelanggaran Metro TV ke KPI & Kemenkominfo sampai terbitnya sanksi pencabutan izin lembaga penyiaran pengguna frekuensi publik itu," tutur IMW.

Sebelumnya, pada Senin (24/9), Komisi Penyiaran Indonesia Pusat memfasilitasi dialog MetroTV dengan IMW, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK), dan Ikatan Rohis Se-Jabodetabek (IROJA). MetroTV diwakili Putra Nababan (Pimpinan Redaksi), Najwa Shihab (Wakil Pimpinan Redaksi) serta Suryopratomo (Direktur Pemberitaan).

Dalam pertemuan itu, masyarakat pemirsa yang diwakili IMW, MUI, FSLDK, dan IROJA, meminta pertanggungjawaban dan komitmen MetroTV untuk menjadi lembaga penyiaran yang jujur dan adil.

Seolah-olah, kesalahan MetroTV sekadar kesalahan teknis yaitu tidak menyebutkan sumber infografik. Padahal, melalui tayangan itu MetroTV telah ikut memproduksi stigma negatif terhadap kegiatan kerohanian sekolah

Setelah menuai badai protes dari dunia pendidikan dan Ormas Islam, pada 15 September MetroTV melalui situsnya menyampaikan maaf.

Namun, kata maaf itu dinilai pemrotes masih belum proporsional. Stasiun televisi anggota Media Grup milik pengusaha Surya Paloh ini menganggap publik salah paham lantaran pihaknya tidak menyebutkan sumber tayangannya.

‘’Memang redaksi tidak menyebutkan sumber dari info grafik tersebut yang kemudian menimbulkan tafsir bahwa lima pola itu bersumber dari MetroTV. Untuk itu,  MetroTV  meminta maaf karena telah menimbulkan kesalahpahaman,’’ tulis manajemen MetroTV.

Menurut Forum Silaturahmi Mantan (FSM) LDK Jabodetabek, pernyataan MetroTV itu meremehkan substansi tayangan mereka yang berdampak serius terhadap kegiatan kerohanian sekolah.

‘’Seolah-olah, kesalahan MetroTV sekadar kesalahan teknis yaitu tidak menyebutkan sumber infografik. Padahal, melalui tayangan itu MetroTV telah ikut memproduksi stigma negatif terhadap kegiatan kerohanian sekolah,’’ jelas juru bicara FSM LDK Jabodetabek, John Bon Bowi.

Selain itu ia juga memaparkan bahwa berdasarkan pengakuan sejumlah mantan pekerja profesional di Media Grup, lembaga penyiaran publik MetroTV dan koran Media Indonesia (MI) mengidap bias anti-Islam. [nurbowo]


latestnews

View Full Version