View Full Version
Jum'at, 28 Sep 2012

MUI: Pendidikan Akhlak Pelajar Tidak Cukup Diserahkan Pada Guru Agama

Jakarta (Voa-Islam) – Menyikapi tawuran pelajar yang terjadi akhir-akhir ini hingga jatuh korban (tewas), Ketua Majelis Ulama Indonesia ((MUI) KH. Ma’ruf Amin menyatakan keprihatinannya yang mendalam. Ini mengaku kecewa dengan pembinaan akhlak pelajar, sehingga perlu penanganan serius dari pemerintah.

“Pembinaan pelajar ini sangat mengecewakan, kita akan melakukan upaya dan kerjasama anatara MUI dengan Dikbud untuk melakukan perbaikan akhlak bangsa, terutama melalui pendidikan di sekolah. Jatuhnya korban hingga tewas adalah perbuatan yang melampaui batas. Kalau persoalan ini tidak ditangani serius oleh Dikbud, dikhawatirkan akan jatuh korban lebih banyak lagi,” kata Kiai Ma’ruf Amin di sela-sela Rakernas LPPOM MUI di Jakarta, kemarin.  

Dikatakan kiai, harus ada upaya dari kepala sekolah untuk pembinaan akhlak secara koordinasi. Untuk pembinaan akhlak pelajar ini, MUI akan ikut ambil bagian.  Selama ini kita hanya mementingkan aspek ketrampilan dan otaknya saja, tidak pada pendidikan akhlaknya. Sehingga sangat menyedihkan jika ada pelajar yang menyatakan rasa puasnya setelah membunuh rekannya sesama pelajar.

“Merasa puas setelah membunuh itu adalah perasaan yang tumbuh dari cara berpikir dan pendidikan yang salah. Seharusnya usai membunuh itu timbul rasa penyesalan, bukan kepuasan. Inilah akibat ada sesuatu yang salah dalam pendidikan di negeri ini.”

Salah satu yang mendukung pembinaan akhlak pelajar adalah kegiatan ekstrakurikuler rohis di sekolah-sekolah. Namun, disayangkan jika kemudian Rohis justru dituduh sebagai cikal bakal teroris.

Dikatakan KH. Maruf Amin, Rohis itu harus dikelola dengan baik, perlu ditata ulang agar tidak disusupi dan dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Rohis tetap harus mendapat bimbingan dan arahan dari kepala sekolah dan para guru di sekolah.

Ketika ditanya, apakah tawuran pelajar akibat pendidikan agama yang kurang di sekolah, hanya dua jam saja. Menurut Kiai, tidak masalah, jika hanya dua jam, namun tetap ada kegiatan pembinaan akhlak secara integratif dibawah arahan pimpinan kepala sekolah dan para guru untuk melakukan hal-hal yang positif. Terpenting harus ada standar pendidikan agama dan disiplin yang benar. 

Ada laporan dari beberapa guru di Depok, bahwa saat ini sekolah sangat kekurangan guru agama. Kalau pun ada hanya guru honorer saja. Kiai menyesalkan kenapa itu bisa terjadi. Itulah akibat, porsi guru agama sering dinomorduakan. Harus ada pengangkatan guru agama oleh pemerintah. Terpenting, permasalahan akhlak pelajar tidak cukup hanya diserahkan pada guru agama saja. Tapi juga kepala sekolah bersama para guru lainnya. Semua pihak harus terlihat  untuk melakukan arahan dan pembinaan akhlak pejara menjadi lebih baik.

Menyinggung apakah sebaiknya kepala perlu dimutasi, jika gagal menghentikan pelajar untuk tidak melakukan tawuran yang berlangsung bertahun-tahun, Kiai Maruf menyatakan bisa saja kepala sekolah yang bersangkutan dimutasi. Karena kepala sekolah dinilai tidak bisa melakukan  bimbingan kepada anak didiknya.

“Saya setuju jika kepala sekolah seperti itu diberi sanksi. Kiai menduga tawuran pelajaran yang seolah menjadi tardisi ini ditunggani oleh provokator. Boleh jadi tawuran ini disebabkan factor internal maupun eksternal,” ujarnya. Desastian


latestnews

View Full Version