JAKARTA (VoA-Islam) – Ada yang salah dalam sistem pendidikan kita, yakni sistem pendidikan yang tidak berorientasi pada akhirat. Sistem pendidikan di negeri ini hanya berorientasi pada aspek duniawi saja.
Demikian ditegaskan Direktur KPM(Klinik Pendidikan MIPA) Ir R Ridwan Saputra Ridwan kepada VoA-Islam ketika dimintai pendapatnya tentang sistem pendidikan di Indonesia dan maraknya tawuran pelajar belakangan ini.
“Kalau orientasinya akhirat, maka pelajar Indonesia menjadi tahu dan berpikir panjang, apa dampak dan konsekuensi dari perbuatan buruk yang ia dilakukan ketika di akhirat nanti. Jika orientasinya akhirat, tidak mungkin ada pelajar yang mengaku puas setelah membunuh rekannya sesama pelajar,” ujar Ridwam
Karena itu, peran penting pelajaran agama harus ditingkatkan, tidak hanya sisi kognitifnya, tapi juga memberi pemahaman yang benar. Yang harus ditekankan, bukan hanya pada guru agama saja, tapi semua guru. Gurunya pun harus yang memiliki visi-misi dalam mendidik anak, bukan asal digaji. “Jadi, Indonesia harus mengubah orientasi pendidikannya,” tandasnya.
Ridwan mengatakan, sanksi mutasi kepada kepada sekolah, ataupun memindahkan sekolah yang berdekatan dengan sekolah lain, hanyalah solusi instan. Terpenting, sistemnya harus dibangun lebih dulu, tak terkecuali kurikulum dan perangkat gurunya. Agar tawuran tidak terjadi lagi, sistem pendidikannya harus berorientasi akhirat. “Teknisnya, kembali pada pembenahan internal, bukan hanya memindahkan sekolah, memutasi kepala sekolah, ataupun membubarkan sekolah.”
Menurut Ridwan, memperbaiki sistem pendidikan di negeri ini, tidak cukup hanya sekedar menambah jam mata pelajaran agama. “Bukan itu masalahnya. Mau ditambah 10 jam pun, jika tidak ada suri teladan yang baik, tidak ada gunanya. Harus ada control yang sifatnya harian. Setiap satu jam, diingatkan dengan akhirat , keteladanan dari guru jauh lebih penting.“ Desastian