View Full Version
Selasa, 02 Oct 2012

Tujuan Pendidikan Gagal, Karena Mengabaikan Akhlak

JAKARTA (VoA-Islam) – Sangat disayangkan, jika sekolah hanya membuat anak menjadi stres, belajar tidak membuat pelajar semakin baik dan berakhlak. Sehingga sekolah pun menjadi beban. Cerdas saja tidak cukup tanpa disertai akhlak.

“Semua orang yang beramal akan binasa kecuali yang berilmu. Semua orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal. Semua yang beramal akan binasa kecuali yang ikhlas. Maka, pelajar Indonesia, selain cerdas, juga berakhlak, bertanggungjawab dan  bermanfaat bagi masyarakat,” kata Direktur INSISTS Adnin Armas kepada Voa Islam di Jakarta

Adnin Armas menyesalkan aksi keberingasan para pelajar hingga jatuh korban. “Kenapa orang sekolah malah beringas. Kenapa sekolah jadi malapetaka, kenapa orang yang belajar membuat seseorang menjadi jahat, tidak bertanggung jawab. Ini akibat, kesalahan sistem pendidikan karakter yang menyebabkan pelajar jadi beringas.”

Ada tiga hal yang dapat membentuk anak tidak hanya mengutamakan kecerdasan. Yakni , sejuahmana kualitas guru agamanya,  bagaimana materi agamanya, dan kesungguhan anak belajar agama.

Kata Adnin, agama dipingirkan dalam sistem pendidikan. Kita terjebak pada angka, kuantitatif tidak dibarengi oleh kualitatif. Ada yang hilang dari tujuan  belajar itu sendiri, yakni membentuk anak yang baik, berakhlak, beretika, pintar dan bermanfaat bagi diri, keluarga, dan masyaraat.

“Tujuan pendidikan seharusnya mendorong anak untuk berakhlak dan memberi manfaat, bukan malah merugikan orang lain. Tujuan pendidikan  tidak tercapai. Karakter building yang dibangun tidak di atas dasar agama.”  

Peran orang tua harus ikut bertanggung jawab. Karena sekolah bukan satu-satunya tempat lembaga pendidikan. Rumah adalah pendidikan pertama bermula, bukan sekolah. Orang tua adalah guru yang pertama. Jika orang tua kurang peduli, jangan harap membentuk anak yang berakhlak akan terwujud. Sekolah tidak bisa dijadikan tumpuan kesalahan.

“Keberingasan itu boleh jadi dimulai dari rumah dan dari lingkungan tempat nya tinggal. Betapa tidak, dari rumah TV yang menayangkan kekerasan, dapat membentuk anak menjadi pribadi yang beringas.

Jika membaca biografi para ulama terdahulu, yang memadukan antara intelektual dengan akhlak, adalah berawal dari keluarga. Diantara mereka, seperti Imam Syafii, Imam Bukhori, Fakruddin ar Razi, ada yang mendapat ilmu dan didikan dari ayahnya, ibunya,  kakeknya, pamannya. Artinya ada anggota keluarga yg dititipkan.Desastian


latestnews

View Full Version